PENERAPAN landasan PENDIDIKAN di sekolah dasar

LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA

Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasa Indonesia menjadi fondasi. Fondasi merupakan bagian terpenting untuk mengawali sesuatu. Adapun menurut S. Wojowasito, (1972: 161), bahwa landasan dapat diartikan sebagai alas, ataupun dapat diartikan sebagai fondasi, dasar, pedoman dan sumber. Sedangkan Pendidikan adalah bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen. Maka dapat disimpulkan bahwa Landasan-landasan Pendidikan adalah alas, ataupun dapat diartikan sebagai fondasi, dasar, pedoman dan sumber-sumber dalam mencapai suatu rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.

  1. MACAM- MACAM LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN
  2. Yuridis

Berikut ini beberapa sumber UU negara Indonesia yang dijadikan dasar yuridis penyelenggaraan pendidikan di Indonesia :

  1. UU RI No.20 ahun 2003 tentang sisiknas : “setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar” (pasal 6).
  2. “Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar” (pasal 34) menjadi dasar penerimaan siswa baru di SD.
  3. Historis

Sejarah pendidikan di Indonesia merupakan jati diri kita. Ada tiga tokoh yang mewarnai pendidikan di Indonesia.

  1. Mohamad Syafei yang mendirikan Sekolah Indonesia Nedrlands School, Kayutanan di Sumatra Barat (1926) yang memiliki konsep : mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas dasar usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka karena sekolah Hindia Belanda hanya menyiapkan anak-anak menjadi pegawai mereka saja.
  2. Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta (1922) melahirkan falsafah “ Ing Ngaso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” yang artinya ‘ing ngarso sung tuladha’ = ketika di depan publik, seorang guru harus bisa memberikan contoh / teladan yang baik kepada orang lain terutama peserta didik. ‘Ing madya mangun karsa’ = ketika di tengah atau di antar publik, guru harus ‘mangun karsa’ bekerja keras (membangun kinerja yang terbaik). ‘Tut Wuri Handayani’ = ketika di belakang, seorang guru harus memberi se mangat dan motivasi, support, atau dorongan.
  3. K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Organisasi Islam (1912) di Yogyakarta, beliau ingin mewujudkan orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri, berguna bagi masyarakat dan negara. Beliau juga sering di sebut sebagai ‘sang pencerah’.
  4. Filsafat

Filsafat adalah cara berfikir yang sedalam-dalamnya, yakni sampai akar tentang hakikat Pendidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Landasan psikologis dalam penerapan landasan pendidikan sangatlah penting. Dengan mengetahui psikologis pendidikan (psikologi perkembangan, psikologi belajar, dan psikologi sosial) maka pemberian porsi materi serta pendekatan tang digunakan dalam kegiatan kependidikan akan pas sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Menurut Ibnu Taimiyyah “anak terlahir dalam keadaan fitrah.” Dalam suatu keadaan kebaikan bawaan dan lingkungan sosial itulah yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Menjadikan manusia dapat berinteraksi dengan baik dengan masyarakat dan lingkungan.

Antropologi pendidikan mencoba mengungkapkan proses-proses transmisi budaya atau pewarisan pengetahuan melalui proses sosialisasi.

Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang proses pembelajaran melalui kerjasama pihak sekolah dengan usahawan dalam proses belajar mengajar para siswa. Dan mengetahui semua yang berkaitan dengan ilmu ekonomi yang sangat banyak kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti : ilmu dalam bertransaksi (jual-beli) yang benar.

Manusia dari tiga komponen : “jasmani, rohani dan akal.” Ketiganya komponen tersebut akhirnya akan kembali kepada Sang Khaliq untuk mempertanggungjawabkan kinerja dari ketiga komponen tersebut. Manusia diutus ke dunia sebagai khalifah. Agar manusia mampu menjadi khalifah yang baik, maka manusia memerlukan pendidikan. Landasan pendidikan religi berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah.

  1. PENERAPAN
  2. Penerapan Landasan Pendidikan di Sekolah

Berikut ini bebepara contoh penerapan berbagai landasan pendidikan di Sekolah :

  1. Landasan Yuridis
  2. Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional dengan standar nilai.
  3. Keputusan kenaikan kelas dilakukan satu tahun sakali.
  4. Penerapan UU Guru dan Dosen.
  5. Landasan Historis
  6. Pelaksanaan upacara bendera dan peringatan hari besar nasional.
  7. Pembelajaran sejarah melalui mata pelajaran sejarah.
  8. Diajarkan lagu-lagu nasional untuk mengenang kembali sejarah perjuangan bangsa.
  9. Landasan Filsafat
  10. Penerapan kurikulum yang sesuai.
  11. Pembelajaran nilai-nilai moral dan pancasila melalui pelajaran PKn.
  12. Landasan Psikilogis
  13. Adanya guru bimbingan konseling untuk menyelesaikan masalah siswa.
  14. Kebijakan untuk mengumumkan juara di sekolah setelah ujian kenaikan kelas, sebagai penghargaan kepada siswa berprestasi dan juga motivasi untuk siswa lainnya.
  15. Pemberian beasiswa kepada siswa yang memiliki prestasi tinggi.
  16. Landasan Sosiologis
  17. Diadakannya kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah.
  18. Pelaksanaan piket kelas dalam bentuk kelompok yang juga mengajarkan gotong royong dan kerjasama kepada siswa.
  19. Landasan Antropologis

Pengadaan kebijakan sekolah tentang sosialisasi hal-hal baik kepada siswa.

  1. Landasan Ekonomi
  2. Pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi dan kepada siswa yang kurang mampu.
  3. Kerjasama sekolah dengan para usahawan dalam pengadaan buku untuk perpustakaan yang dapat membantu siswa dalam mendapatkan informasi serta sarana belajar bagi siswa.
  4. Pembayaran SPP untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
  5. Landasan Religi
  6. Pembelajaran agama untuk mendidik akhlak siswa.
  7. Kegiatan infaq dan zakat mendidik siswa untuk berbagi dengan sesama atas dasar Al-Qur’an dan Sunah.
  8. Pihak yang berperan dalam mewujudkan Landasan Pendidikan di Sekolah

Dalam melaksanakan landasan pendidikan tentunya diperlukan banyak pihak agar dapat berjalan dengan lancar.

Pemerintah menetapkan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan dan memberikan fasilitas, agar pendidikan berjalan dengan lancar dan merata di setiap wilayah negara Indonesia.

Guru memberikan pengajaran kepada siswa yang sesuai dengan landasan pendidikan. Mendidik dan mengajarkan hal-hal baik untuk membangun individu yang berkarakter.

Siswa merupakan objek pendidikan dan juga hasil dari proses pendidikan. Jadi apa seorang siswa kelak, tergantung pendidikan yang ia peroleh.

Dukungan dari masyarakat juga merupakan hal penting untuk menciptakan situasi yang aman dan kondusif dalam mewujudkan pendidikan yang sesuai dengan landasn pendidikan.

Penerapan lansasan pendidikan di lingkup sekolah bertujuan membangun karakter peserta didik menjadi individu yang berakhlak mulia. Di Sekolah anak-anak mendapatkan pendidikan formal yang sebenarnya untuk yang kedua kalinya setelah Keluarga di rumah. Penerapan Landasan Pendidikan dapat dilakukan dengan banyak cara yang mudah, yang dapat dijadikan kebiasaan atau kebijakan di sekolah.

http://ineusintiawati.blogspot.com/2012/03/pengertian-landasan.html

http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/landasan-pendidikan-dan penerapannya/

http://ithaaadellia.blogspot.com/2012/11/pelaksanaan-landasan-pendidikan.html

PENERAPAN landasan PENDIDIKAN di sekolah dasar

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.

Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus.Pertama,mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi penolong bagi umat manusia. Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan.

Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi .

B.     Fokus Masalah

1.        Pendidikan ditinjau dari beberapa batasan arti dan pengertian secara keseluruhan.

2.        Penjelasan landasan dari sudut pandang filosofis, sosiologis, kultural, dan psikologis.

3.        Pengertian asas-asas pokok pendidikan.

4.        Program penerapan pendidikan.

C.     Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi penulis tetapi juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca mengenai Landasan-landasan pendidikan dan penerapannya.

BAB II

KAJIAN TEORI

A.   LANDASAN PENDIDIKAN

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.

1.   Landasan Filosofis

a.   Pengertian Landasan Filosofis

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme

a)    Esensialisme

Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.

b)   Perenialisme

Perenialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.

c)   Pragmatisme dan Progresifme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari  nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.

d)   Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

b.   Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945, sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

2.    Landasan Sosiologis

a.   ­Pengertian Landasan Sosiologis

Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:

1.  Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.

2.  Hubungan kemanusiaan.

3.  Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.

4.  Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara

sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

3.    Landasan Kultural

a.   Pengertian Landasan Kultural

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.

Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai,dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.

b.   Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional

Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

4.  Landasan Psikologis

a.  Pengertian Landasan Psikologis

Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.

Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.

b.   Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis

Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.

5.    Landasan Ilmiah dan Teknologis

a.   Pengertian Landasan IPTEK

Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.

b.   Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah

Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.

B.   ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.

1.    Asas Tut Wuri Handayani Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu: 1. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)

2. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan

semangat)
3. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

2.  Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
1. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan

kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan

kehidupan peserta didik di masa depan.
2. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara

pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3.  Asas Kemandirian dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

BAB III

PEMBAHASAN

PENERAPAN PENDIDIKAN

1.    Program Aksi Penerapan Pendidikan Islami Tantangan  yang dihadapi umat Islam saat ini dalam bidang pendidikan Islami ialah belum memiliki teori pendidikan Islami yang komprehensif dan integral dalam membentuk pribadi Muslim yang diharapkan dan bagaimana menemukan teori pendidikan Islami itu menjadi praktis dan aplikatif. Namun demikian, jika dicermati perkembangannya, Islamisasi disiplin ini merebak kuat dan karenanya perbincangan tentang Islamisasi disiplin ilmu menguat tajam. Dalam perkembangan sekarang ini, telah muncul Islamic Anthropology yang dipelopori oleh Merril Wynn Davies dan Akbar S. Akhmad, Islamic Economy yang dipelopori oleh Muhammad Anwar dan Muhammad Najatullah Siddiqie, Islamic Sociology diprakarsai oleh  Ilyas B. Yunus dan Muhammad al-Mubarrak, Psikologi Islami (Islamic Psychology) digerakkan oleh Malik B. Badri, Muhammad Utsman Najati dan Hanna Djumhana Bastaman dan terakhir ini sedang diperbincangkan adalah pendidikan Islami (Islamic Education). Mencermati perkembangan di atas, maka ada sejumlah program aksi yang diperlu diperbincangkan untuk pengembangan profesionalitas guru dan unggul dalam menerapkan pendidikan Islami di Aceh. Beberapa program aksi yang mendesak untuk dikembangkan, di antaranya: Pertama, mewujudkan keunggulan dalam mutu lulusan. Masa depan umat manusia di abad 21 sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia mampu eksis secara fungsional di tengah-tengah kehidupan global yang amat kompetitif. Dalam situasi tersebut manusia yang akan survive adalah yang dapat mengubah tantangan menjadi peluang dan dapat mengisi peluang tersebut dengan produktif. Sementara itu, faktor kepribadian atau moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa depan membutuhkan manusia-manusia kreatif, inovatif, dinamis, terbuka, bermoral baik, mandiri atau penuh percaya diri, menghargai waktu, mampu berkomunikasi dan memanfaatkan peluang serta menjadikan orang lain sebagai mitra yang saling menguntungkan. Dengan memperhatikan keunggulan kompetitif masa depan di atas, maka lulusan pendidikan Islam hendaknya senantiasa memiliki sikap berpegang teguh kepada nilai-nilai spiritual yang bersumber pada ajaran agama semakin dibutuhkan masyarakat masa depan. Hal yang demikian diperlukan untuk mengatasi berbagai kegoncangan jiwa atau stress akibat kekalahan, kelelahan atau keterbatasan daya dalam bersaing dengan orang lain untuk memperebutkan kesempatan atau sebagai akibat dari kehidupan sekuler-materialistik yang semakin merajalela.

Kedua, beberapa indikator keunggulan lulusan pendidikan Islam yang perlu diperjuangkan, yakni:

1.  secara akademik, lulusan pendidikan Islam dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, terutama pada PTN terkemuka.

2.  secara moral, lulusan pendidikan Islam dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya kepada masyarakat sekitarnya.

3.  secara individual, lulusan pendidikan Islam semakin meningkat ketakwaannya.

4.  secara sosial, lulusan pendidikan Islam dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya dan

5.  secara kultural, lulusan pendidikan Islam mampu menginterpretasikan ajaran agamanya sesuai dengan lingkungan sosialnya.Dengan kata lain, dimensi kognitif intelektual, afektif emosional, psikomotorik-praktis dan kultural dapat terbina secara seimbang dan selaras.Inilah indikator-indikator yang dapat dijadikan tolok ukur untuk melihat ketepatan strategi penerapan pendidikan Islam yang diterapkan. Ketiga, pengembangan profesionalitas guru. Pengembangan profesionalitas guru di satu pihak mengacu kepada sikap guru terhadap profesinya, dan di satu pihak lagi adalah derajat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru dalam rangka melakukan pekerjaannya sebagai guru. Ada dua hal yang sangat inti dalam pengembangan profesionalitas ini, yakni panggilan hidup dan keahlian.

a. Guru hendaknya menyadari benar bahwa profesi yang disandangnya

adalah sebagai pemenuhan panggilan hidupnya. Artinya itulah lapangan

pengabdiannya dan itulah lapangan kehidupannya. Kriteria ”panggilan

hidup” mengacu kepada pengabdian, sekarang orang lebih senang

menyebutnya dengan ”dedikasi”.
b. Guru hendaknya menyadari benar bahwa profesi guru yang disandangnya

adalah diperoleh dengan suatu keahlian khusus. Oleh karenanya, kriteria

”keahlian khusus” mengacu kepada mutu layanan yang tercermin dalam

proses belajar mengajar.
Jika demikian halnya, maka persoalan ”dedikasi” dan ”keahlian” guru itulah yang secara sungguh-sungguh hendak dikembangkan profesionalitasnya. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Karena adanya pendidik profesional itu, maka sekolah-sekolah unggul bernuansa Islami-lah yang dilirik dan menjadi alternatif pilihan masyarakat di masa kini dan masa depan, Insya Allah.

BAB IV

KESIMPULAN

1.    Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan. Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia. Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal. Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia.

2.    Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir. Ada tiga asas pokok Pendidikan yaitu a.  Asas Tut wuri Handayani. b.  Asas Belajar Sepanjang Hayat.

c.  Asas Kemandirian dalam Belajar.

3.    Tantangan  yang dihadapi umat Islam saat ini dalam bidang pendidikan Islami ialah belum memiliki teori pendidikan Islami yang komprehensif dan integral dalam membentuk pribadi Muslim yang diharapkan dan bagaimana menemukan teori pendidikan Islami itu menjadi praktis dan aplikatif.
BAB V

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997 Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

http://www.kompas.com.

Penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas B. Makalah disusun guna memenuhi sebagian tugas kelompok pada mata kuliah Pengantar Pendidikan tahun akademik 2013/2014 dengan dosen pengampu Afid Burhanuddin, M.Pd. Anggota kelompok: 1. Anang Adi Saputra 2. Dwi Rahmawati 3. Hermawanto 4. Nur Faelani 5. Supriyadi

6. Yunita Nurul Aini