Apakah infeksi bakteri pada Miss V bisa sembuh sendiri?

Fimela.com, Jakarta Meski terlihat ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya, kondisi miss v atau vagina gatal tak boleh disepelekan begitu saja. Ada beragam hal yang bisa membuat miss v terasa gatal. Ini juga sering menyebabkan rasa tidak nyaman dan kurang percaya diri. Bahkan, ini bisa menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi penderitanya. 

Miss v gatal karena iritasi atau infeksi bisa sembuh dengan sendirinya. Tapi, karena kondisi lain miss v gatal memerlukan perawatan serta penanganan lebih intensif. Miss v gatal yang terus menerus juga perlu dilakukan pemeriksaan guna mengetahui lebih jelas apa penyebabnya.

Mengenai miss v gatal, mengutip dari laman healthline.com, ada beberapa penyebab umum kenapa miss v gatal. Penyebab tersebut antara lain sebagai berikut:

Iritasi

Ilustrasi/copyright shutterstock.com/Siriluk ok

Penyebab pertama ada iritasi. Hal ini terjadi karena miss v kontak langsung dengan bahan kimia seperti penggunaan sabun mandi, sabun pembersih kewanitaan, penggunaan pembalut, pelumas miss v atau penggunaan pakaian yang mengandung zat terte

Infeksi Jamur

Ilustrasi Miss V/https://www.shutterstock.com/New Africa

Miss v gatal juga bisa disebabkan oleh infeksi jamur. Tumbuhnya jamur Candida albicans yang tak terkendali tidak hanya menyebabkan miss gatal. Tetapi menyebabkan iritasi, sensasi seperti terbakar dan keputihan. Saat kita kurang menjaga kebersihan area miss v, ini sangat mungkin meningkatkan pertumbuhan jamur. Ini juga bisa disebabkan oleh daya tahan tubuh melemah, risiko diabetes, penggunaan pil KB dan konsumsi antibiotik tertentu.

Infeksi Bakteri

Ilustrasi perempuan mengalami masalah pada organ intimnya/copyright freepik.com/drobotdean

Selain infeksi jamur, miss v yang gatal juga terjadi karena infeksi bakteri. Karena ketidakseimbangan pH miss v, bakteri jahat di miss v rentan tumbuh tak terkendali. Akibatnya, miss v pun akan terasa gatal dan tidak nyaman. Infeksi bakteri juga meningkatkan masalah keputihan. 

Penyakit Menular Seksual

ilustrasi kaki perempuan/copryight Shutterstock

Bagi yang suka gonta-ganti pasangan dan tidak menggunakan pengaman saat berhubungan intim, ini bisa berisiko tinggi terhadap penyakit menular seksual. Gatal pada miss v bisa disebabka oleh penyakit menular seksual seperti klamidia, gonore, herpes genital, dan trikomoniasis. Kondisi ini umumnya ditandai dengan gejala keputihan abnormal, nyeri saat buang air kecil, terasa linu di miss v, adanya bintil pada kemaluan hingga menurunnya sistem kekebalan tubuh secara drastis.

Menopause

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Perempuan yang telah tiba masa menopause berisiko lebih sering mengalami miss v gatal. Penurunan hormon estrogen dalam tubuh menyebabkan miss v lebih kering dan mudah gatal.

Mencukur Bulu Kemaluan

ilustrasi /goffkein.pro/Shutterstock

Kebiasaan mencukur bulu kemaluan juga bisa meningkatkan risiko miss v gatal. Gesekan atau luka akibat pisau cukup bisa menyebabkan iritasi yang kemudian membuat gatal. Tumbuhnya rambut ke dalam kulit setelah proses pencukuran akan membuat miss v terasa lebih gatal.

Kutu Kemaluan

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Kutu kemaluan ditemukan di rambut area miss v. Ini adalah sejenis parasit dengan ukuran sangat kecil dan membuat miss v rentan gatal. Tak hanya menyebabkan gatal, kutu kemaluan juga menyebabkan iritasi dan munculnya benjolan di area miss v.

Itulah beberapa penyebab umum miss v gatal yang tak boleh disepelekan begitu saja. Untuk menangani masalah miss v gatal, Sahabat Fimela perlu menerapkan pola hidup sehat, menjaga kebersihan area miss v dan hindari hal-hal yang menyebabkan miss v gatal. Semoga informasi ini bermanfaat.

Infeksi vagina tidak boleh disepelekan. Jangan remehkan jika Moms mengalami vagina gatal atau keputihan ya, Moms!

Kedua gejala tersebut mungkin saja merupakan gejala dari infeksi vagina yang umum dialami oleh wanita.

Jika hal ini terjadi, sebaiknya Moms memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Cynthia Krause, MD, asisten profesor klinis kebidanan dan kandungan di Fakultas Kedokteran Mount Sinai di New York City mengatakan ada beberapa jenis infeksi yang umumnya menyerang vagina, misalnya infeksi jamur, bacterial vaginosis, atau trichomoniasis.

Namun sebelum membahas lebih lanjut, yuk ketahui apa itu infeksi vagina!

Baca Juga: 13 Cara Menghilangkan Bau Vagina Tak Sedap, Alami dan Aman

Apa Itu Infeksi Vagina?

Apakah infeksi bakteri pada Miss V bisa sembuh sendiri?

Foto: Organ Intim Wanita (shutterstock.com)

Infeksi vagina adalah sebuah kondisi ketika vagina terasa gatal, terbakar, kemerahan atau keputihan.

Penyebab infeksi vagina adalah parasit, bakteri, jamur atau ragi yang berada di vagina.

Jadi, ketika terinfeksi, maka Moms bisa merasakan ketidaknyamanan di area vagina.

Dilansir dari , infeksi vagina sendiri biasanya disebabkan oleh sesuatu yang sudah ada di dalam tubuh kita yang bernama jamur candida.

Baca Juga: Vagina Bau Amis? Ini Penyebabnya dan Cara Alami untuk Mengatasinya

Apakah infeksi bakteri pada Miss V bisa sembuh sendiri?

Foto: Ilustrasi Infeksi Vagina (Freepik.com)

Tapi, nyatanya jenis infeksi vagina tidak hanya tiga itu saja. Lalu, apa saja jenis-jenis umum infeksi vagina yang patut Moms waspadai? Yuk, simak pembahasan lengkapnya di bawah ini.

1. Infeksi Jamur

Jenis infeksi vagina yang paling umum adalah infeksi jamur. Gejala infeksi jamur vagina antara lain keputihan, gatal-gatal, dan vulva berwarna kemerahan.

Infeksi ini disebabkan oleh jamur genus Candida yang tumbuh secara berlebihan di daerah vagina.

Dari lebih dari 150 jenis jamur Candida, setidaknya ada 15 spesies yang menyebabkan infeksi vagina apabila tumbuh terlalu banyak.

Berdasarkan studi yang dilakukan The Lancet, 75% wanita pernah mengalami infeksi jamur pada vagina setidaknya sekali seumur hidupnya dan sekitar 40-50% wanita mengalaminya lebih dari satu kali.

Dalam jumlah normal, Candida yang ada pada tubuh tidak menyebabkan infeksi.

Namun, jamur Candida dapat tumbuh secara berlebihan akibat perubahan level hormon karena kehamilan, pil KB, atau menstruasi.

Beberapa kondisi lain yang meningkatkan risiko infeksi jamur vagina yaitu gula darah tinggi dan menurunnya kekebalan tubuh akibat sakit tertentu.

2. Bacterial Vaginosis

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Military Medical Research, sekitar 20-30% wanita pada usia reproduktif (15-44 tahun) pernah mengalami Bacterial Vaginosis.

Jenis infeksi vagina ini terjadi ketika Lactobacillus spp., bakteri baik yang ada pada vagina, digantikan oleh bakteri anaerob, seperti Gardnerella vaginalis, Mobiluncus curtisii, M. mulieris, dan Mycoplasma hominis.

Infeksi ini ditandai dengan keluarnya cairan pekat atau cairan licin dan jernih dari vagina, disertai bau amis saat berhubungan seksual.

Wanita yang sering berganti pasangan ketika berhubungan seks, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi jenis ini.

3. Trikomoniasis

Journal of Parasitology Research menyebutkan bahwa setiap tahun ada 250 juta kasus baru yang dilaporkan sebagai trikomoniasis.

Infeksi ini disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, parasit protozoa yang menginfeksi saluran urogenital.

Gejala trikomoniasis mirip dengan infeksi vagina lainnya, yakni rasa terbakar, iritasi, kemerahan, dan pembengkakan vulva, dengan keputihan berwarna kuning keabu-abuan atau kehijauan, dan dapat juga disertai dengan bau amis. Beberapa wanita juga mengalami rasa sakit saat buang air kecil.

Trikomoniasis menyumbang hampir setengah dari infeksi menular seksual yang dapat disembuhkan menurut WHO dan penyebarannya terjadi melalui hubungan seksual.

Pada wanita, infeksi jenis ini dapat menyebabkan komplikasi serius pada kehamilan seperti ketuban pecah dini, kelahiran prematur, berat lahir bayi rendah, infertilitas, dan kanker serviks.

Baca Juga: Cairan Berlebihan Keluar Dari Vagina Saat Berhubungan Intim, Wajarkah?

4. Chlamydia Vaginitis

Klamidia adalah penyakit menular seksual yang dapat menyebabkan peradangan pada vagina.

Menurut Planned Parenthood, Moms yang terkena klamidia akan mengalami rasa sakit dan perdarahan pada saat berhubungan intim.

Klamidia biasanya tidak memiliki gejala yang jelas sehingga banyak pengidap tidak dapat mendeteksinya sejak awal.

Oleh sebab itu lakukanlah tes penyakit menular seksual setidaknya satu tahun sekali untuk mencegah klamidia atau penyakit lainnya, ya.

5. Gonorrhea

Gonorrhea atau gonore merupakan infeksi menular seksual yang seringkali tidak menimbulkan gejala apapun.

Kondisi ini dapat menyebabkan keputihan, nyeri saat buang air kecil, dan nyeri saat berhubungan seks.

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penularan penyakit ini melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa kondom.

Seperti klamidia, penyakit gonore tidak memiliki gejala yang jelas sehingga diperlukan pemeriksaan dokter untuk mengetahuinya.

6. Non-Infectious Vaginitis

Menurut Cynthia Krause, non-infectious vaginitis terjadi ketika kulit di sekitar vagina menjadi sensitif terhadap iritasi akibat pemakaian produk sehari-hari seperti pembalut, sabun, atau deterjen.

Kondisi ini bukanlah merupakan suatu infeksi parah dan dapat dihindari dengan tidak memakai produk-produk yang menyebabkan iritasi tersebut.

Bentuk lain dari non-infectious vaginitis disebut atrophic vaginitis. Kondisi ini biasanya terjadi karena kadar menurunnya hormon saat menopause sehingga dinding vagina menjadi lebih tipis dan kering.

Moms, itulah jenis-jenis umum infeksi vagina yang biasa terjadi pada wanita. Agar terhindar dari penyakit-penyakit di atas, sebaiknya selalu jaga kebersihan organ vital, banyak minum air putih, dan terapkan pola hidup sehat. Selain itu, jangan lupa juga untuk selalu mengecek ke dokter apabila ada yang mengganggu ya, Moms.

Baca Juga: 9 Bahan Alami untuk Mengatasi Vagina Kering, Ampuh!

Cara Mencegah Infeksi Vagina

Apakah infeksi bakteri pada Miss V bisa sembuh sendiri?

Foto: Ilustrasi Infeksi Vagina (stuff.co.nz)

Agar kita terhindar dari kondisi infeksi vagina, ada penting untuk menjaga kesehatan serta kebersihan area kewanitaan terutama saat menstruasi.

Ini dia beberapa cara untuk mencegah infeksi vagina:

  • Ganti celana dalam 2 hingga 3 kali sehari
  • Konsumsi makanan yang mengandung probiotik
  • Gunakan pembersih vagina yang mengandung povidone-iodine
  • Ganti pembalut secara rutin

Dengan mengonsumsi makanan probiotik hal tersebut bisa berguna untuk membantu dan mendukung bakteri baik merawat area kewanitaan.

Baca Juga: Jangan Diabaikan, Ini 13 Cara Merawat Vagina agar Tetap Sehat

Tak hanya itu, menjaga kebersihan vagia dengan baik bisa menjadi usaha untuk mengindari bakteri, jamur serta ragi hinggap dan berkembang biak di vagina atau area sekitar vagina.

Nah itu dia Moms definisi dari infeksi vagina, jenis-jenis infeksi pada vagina serta cara mencegahnya.

Jika Moms merasa tidak nyaman di area kewanitaan, atau merasakan perih serta bengkak, jangan didiamkan ya!

Moms perlu langsung memeriksakan diri ke dokter untuk diberikan penanganan lebih lanjut dan pengobatannya. Yuk, rawat vagina dengan benar agar terhindar dari infeksi vagina!

Bagaimana cara mengembalikan bakteri baik pada Miss V?

Tambahkan asupan probiotik pada makanan yang kamu konsumsi. Probiotik memiliki kultur mikroorganisme yang membantu meningkatkan bakteri baik daripada bakteri jahat pada Miss V. Kamu bisa konsumsi yoghurt, kimchi, acar atau tempe.

Apa obat infeksi bakteri pada Miss V?

Metronidazole adalah obat pilihan untuk mengobati infeksi yang disebabkan jamur Trichomonas. Krim antijamur atau supositoria bisa dioleskan langsung ke bagian Miss V seperti miconazole, clotrimazole, tioconazole, terconazole, dan butoconazole. Sebenarnya pengobatan ini bisa dilakukan tanpa harus bertemu dengan dokter.