Perwilayahan fungsional dapat ditentukan menggunakan analisis gravitasi

Full PDF PackageDownload Full PDF Package

This Paper

A short summary of this paper

35 Full PDFs related to this paper

Download

PDF Pack

Versi bahan oleh Eni A dan Tri H

Di atas kau sudah membahas wilayah formal dan wilayah fungsional. Tentu kau bisa membedakan keduanya dengan mudah. Pada subbab ini kau akan membahas perwilayahan formal dan perwilayahan fungsional. Apakah perbedaan antara wilayah dan perwilayahan? Serta, apakah yang dimaksud perwilayahan? Secara sederhana, wilayah mengatakan bendanya, sedang perwilayahan mengatakan prosesnya. Perwilayahan merupakan proses penentuan suatu wilayah dengan menarik batas berdasarkan variabel atau criteria tertentu baik secara kuantitas maupun kualitas. Penentuan bisa memakai satu variabel (kriteria sederhana), contohnya unsure pendapatan per kapita penduduk, atau memakai banyak variable (kriteria kompleks).

Dalam pembangunan wilayah atau yang berkaitan dengan pengembangan wilayah dibutuhkan suatu perencanaan yang matang, sehingga terdapat kesesuaian antara wilayah dengan pemanfaatannya. Misalnya, jumlah sarana transportasi bus kota perlu ditambah untuk melayani penduduk yang semakin padat jawaban angka pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk yang masuk lebih tinggi. Salah satu metode yang dipakai ialah metode nilai bobot indeks.

Penentuan suatu wilayah menjadi perwilayahan formal sanggup dilakukan dengan metode nilai bobot indeks. Perwilayahan formal bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian wilayah yang bersifat seragam atau homogen sesuai dengan variabel atau kriteria yang digunakan.

Berdasarkan beberapa variabel atau kriteria maka penarikan batas wilayah sanggup dilakukan dengan metode nilai bobot indeks. Misalnya, variabel yang dipakai untuk memilih wilayah homogen secara sosial ekonomi ialah pendapatan per kapita dan tingkat pertumbuhan penduduk. Contoh penentuan nilai bobot indeks kedua variabel tersebut di tujuh wilayah kota X dilakukan sebagai berikut.

Tabel 7.1 Pendapatan per Kapita dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota X

Perwilayahan fungsional dapat ditentukan menggunakan analisis gravitasi

Nilai indeks setiap wilayah dihitung dengan ketentuan sebagai berikut. Pendapatan per kapita:

Perwilayahan fungsional dapat ditentukan menggunakan analisis gravitasi

Tabel 7.2 Nilai Bobot Indeks Wilayah A–G

Perwilayahan fungsional dapat ditentukan menggunakan analisis gravitasi

Perwilayahan A–G kota X berdasarkan tabel 7.2 sanggup dibedakan menjadi tiga wilayah homogen berdasarkan kondisi sosial ekonomi (standar deviasi = 0,5), yaitu:

Wilayah II 2,9–3,9 (B, C, F).

Wilayah III > 3,9 (A, D, G).

Perwilayahan fungsional dapat ditentukan menggunakan analisis gravitasi

2. Perwilayahan Fungsional

Perwilayahan fungsional ditentukan dengan adanya hubungan dari titik-titik pertumbuhan pada unit-unit wilayah dengan titik sentra pertumbuhan. Jadi, perwilayahan fungsional lebih menitikberatkan adanya arus hubungan dengan titik pusat.

Penentuan perwilayahan fungsional umumnya memakai dua pendekatan analisis, yaitu analisis fatwa barang/orang dan analisis gravitasi. Analisis fatwa barang/orang menitikberatkan pada sesuatu yang dilakukan orang, sedang analisis gravitasi menitikberatkan pada suatu kemungkinan yang akan dilakukan orang berdasarkan pengamatan.

Analisis fatwa barang/orang memandang wilayah fungsional berdasarkan pada arah dan intensitas fatwa barang/orang antara titik sentra dan wilayah sekitarnya. Jangkauan dampak titik sentra terhadap wilayah sekitar hingga pada titik minimum arus aliran. Dengan demikian, dampak fatwa barang/orang berlangsung intensif di wilayah terdekat dengan titik sentra dan kurang intensif di wilayah yang jauh dari titik pusat.

Beberapa jenis fatwa barang/orang sanggup disebutkan sebagai berikut.

a. Bidang gosip : surat kabar, tabloid, surat, telepon, dan telegram.

b. Bidang sosial : arus derma dan kemanusiaan, pasien berobat, serta siswa sekolah.

c. Bidang ekonomi : arus penumpang angkutan bus, barang kebutuhan pokok, barang ekspor, dan orang yang pergi bekerja.

d. Bidang politik : arus pengungsi dan mencari suaka politik, serta arus pembelanjaan negara.

Pendekatan analisis fatwa barang/orang sanggup dilakukan secara sederhana dengan teori grafik. Contoh analisis fatwa barang/orang ialah arus angkutan penumpang yang memakai jalur bus umum di kota Y. Jalur bus angkutan umum yang ada mengatakan terjadinya hubungan sosial ekonomi antarwilayah. Contoh matriks jalur bus antarwilayah di kota Y sanggup kau lihat sebagai berikut.

Tabel 7.3 Contoh Matriks Metode Jalur Bus Umum Antarwilayah Kota Y

Perwilayahan fungsional dapat ditentukan menggunakan analisis gravitasi

Perwilayahan fungsional dapat ditentukan menggunakan analisis gravitasi

Coba kau simak matriks di atas. Manakah wilayah yang paling banyak dilayani oleh angkutan bus umum? Dengan gampang tentu kau menyebut wilayah W. Wilayah W dilayani angkutan bus umum dari aneka macam wilayah dan jumlah bus yang melayaninya paling banyak. Agar lebih jelas, kau sanggup menyimak jaringan hubungan fungsional jalur angkutan bus umum yang melayani wilayah T, U, V, W, X, Y, dan Z di kota Y pada gambar 7.3.

Dari gambar 7.3 mengatakan bahwa titik W merupakan sentra jaringan jalur angkutan bus umum dalam suatu perwilayahan fungsional kota Y. Perwilayahan fungsional biasanya merupakan wilayah luas dengan unitunit yang lebih kecil yang secara fungsional saling terkait. Wilayah ini sanggup diamati pada suatu kota, contohnya Jakarta. Wilayah Kota Jakarta dihubungkan oleh jalan lingkar potongan dalam (inner ring road) dan jalan lingkar potongan luar (outer ring road). Coba kau simak gambar 7.4. Tampak tempat pinggiran Kota Jakarta dihubungkan oleh jalan lingkar luar.


Sumber http://www.ssbelajar.net/

Pewilayahan atau regionalisasi merupakan upaya untuk membagi-bagi permukaan bumi berdasarkan karakteristik tertentu yang membedakan wilayah itu dengan wilayah-wilayah yang lain. Manfaat pewilayahan antara lain dapat menyederhanakan informasi tentang suatu gejala atau fenomena permukaan bumi yang beragam, dapat menyusun secara teratur keanekaragaman permukaan bumi dan dapat memantau perubahan- perubahan yang terjadi baik gejala alam maupun manusia.

Untuk melaksanakan pewilayahan, ada tiga metode yang dapat digunakan. Ketiga metode itu adalah sebagai berikut.


  • Generalisasi wilayah dengan mengubah atau menghilangkan faktor- faktor tertentu yang dianggap kurang penting sehingga terbentuk wilayah homogen atau wilayah formal dengan parameter tertentu.
  • Delimitasi adalah cara penentuan batas terluar suatu wilayah dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Delimitasi dengan cara kualitatif merupakan penentuan batas terluar suatu wilayah atas dasar kenampakan-kenampakan yang dominan pada suatu tempat dengan bantuan interpretasi foto udara dan citra satelit. Delimitasi dengan cara kuantitatif merupakan penentuan batas wilayah atas dasar ukuran-ukuran kuantitatif dari data yang terkumpul.
  • Klasifikasi wilayah sebagai upaya pengelompokkan wilayah secara sistematis ke dalam kelompok-kelompok wilayah tertentu berdasarkan keseragaman sifat semua individu dalam wilayah tersebut.

Klasifikasi wilayah dapat didasarkan pada topik. Berdasarkan topik ada lima kategori besar berikut.


  • Single topic region atau wilayah bertopik tunggal, yakni pewilayahan yang didasarkan pada satu macam unsur saja, seperti curah hujan.
  • Combined topic region atau wilayah bertopik gabungan, yakni pewilayahan yang didasarkan atas gabungan beberapa unsur yang masih satu topik, seperti curah hujan, temperatur, dan tekanan udara.
  • Multiple topic region atau wilayah bertopik banyak, yakni pewilayahan yang didasarkan pada beberapa topik berbeda tapi masih berhubungan antara satu dengan yang lain, seperti daerah pertanian yang membutuhkan data tentang iklim, keadaan tanah, geomorfologi dan data penting lainnya.
  • Total region atau wilayah total, yakni wilayah yang didasarkan pada semua unsur dalam suatu wilayah. Wilayah administrasi desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi.
  • Compage, yakni pewilayahan berdasarkan aktivitas manusia yang paling menonjol. Misalnya, wilayah miskin dan wilayah bencana.

Proses pewilayahan dapat dilakukan berdasarkan hal-hal berikut.

  • Homogenitas (keseragaman). Dengan kriteria ini, kita dapat menemukan wilayah yang dicirikan keseragaman atau homogenitas tertentu, seperti wilayah hutan hujan tropis dan wilayah pertanian. Berdasarkan keseragaman, kita menentukan perwilayahan wilayah formal. Jika berdasarkan lebih dari satu kriteria atau variabel, batas- batas wilayah formal dapat diperoleh dengan menggunakan metode nilai bobot indeks.
  • Hubungan antara titik-titik pertumbuhan pada unit-unit wilayah dan titik pusat. Proses perwilayahan seperti ini disebut dengan proses pewilayahan wilayah fungsional. Untuk menentukan perwilayahan wilayah fungsional, kita dapat menggunakan pendekatan analisis aliran barang/orang dan analisis gravitasi.
    • Analisis aliran barang/orang melihat wilayah fungsional atas dasar arah dan intensitas aliran barang/orang antara titik pusat dan wilayah sekitarnya. Biasanya intensitas aliran barang/orang antara titik pusat dan wilayah terdekat lebih tinggi daripada intensitas aliran barang/orang antara titik pusat dan wilayah terjauh.
    • Analisis gravitasi menyatakan bahwa interaksi antara dua titik geografis atau wilayah berhubungan langsung dengan ‘massa’ mereka, seperti populasi, pekerjaan, pendapatan, dan perputaran ritel dan berbanding terbalik dengan ‘jarak’ seperti jarak perjalanan, jarak penerbangan dan jarak tempuh. Begitu massa dan jarak ditetapkan, gaya gravitasi antara dua pusat wilayah dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut.

Perwilayahan fungsional dapat ditentukan menggunakan analisis gravitasi

Di mana G 1-2 merupakan gaya gravitasi (kekuatan interaksi) antara wilayah 1 dan 2. M1 dan M2 mewakili massa wilayah 1 dan 2, d adalah jarak antara keduanya, dan k adalah angka konstanta empiris dengan nilai 1.

Manfaat Pewilayahan (Regionalisasi)

Berikut di bawah ini merupakan manfaat dari dilakukannya regionalisasi, yaitu:

  • Mengurutkan dan menyederhanakan informasi mengenai keanekaragaman dan gejala atau fenomena di permukaan bumi.
  • Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan antar wilayah.
  • Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap daerah.
  • Memantau perubahan-perubahan yang terjadi, baik gejala alam maupun manusia.