Apa hikmah diturunkannya al quran bagi umat manusia

Al-Quran merupakan pedoman umat manusia untuk mengarungi kehidupan di dunia. sebagaimana kitab samawi sebelumnya, al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad pun berisi rambu-rambu universal bagi umat manusia. Isinya diimplementasikan serta djelaskan oleh laku, ucapan dan penetapan dari Nabi Muhammad (sunnah) sendiri sebagai “bayan”.

Namun, berbeda dengan kitab samawi sebelumnya, al-Quran memiliki 2 tahap turun: Inzali (secara langsung) dan Tanzili (secara bertahap), berbeda dengan kitab sebelumnya yang hanya memiliki satu proses, yakni Inzali.

Dalam proses turunnya al-Quran secara bertahap terdapat banyak hikmah yang terkandung di dalamnya. Syekh Manna’ al-Qathan dalam kitabnya “Mabahis fi Ulum al-Quran” hal 107 menyebutkan setidaknya ada 5 hikmah mengapa al-Quran diturunkan secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun:

Pertama, Menetapkan hati Nabi Muhammad Saw.

Sebagai utusan Tuhan, Nabi Muhammad berupaya secara total dalam menyampaikan risalah yang diembankan kepadanya. Dengan gigih, Nabi berjuang menyampaikan amanat tersebut meski sering mengalami penolakan dan penindasan dari kaumnya sendiri, kaum Quraisy di awal masa kenabiannya.

Tak jarang kaumnya mengolok-oloknya, menghina bahkan sampai melakukan kekerasan fisik ketika Nabi Muhammad berdakwah. Alih-alih Nabi marah, Nabi yang sangat ingin umatnya beriman sampai-sampai diekspresikan oleh Allah dalam Al-Quran ingin bunuh diri karena saking inginnya Nabi Saw agar umatnya beriman.

“Maka (apakah) barangkali engkau akan bunuh diri karena bersedih setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman dengan keterangan ini (Al-Quran ini).(Al-Kahfi: 18/06)

 Dalam hal ini, hikmah diturunkannya al-Quran secara bertahap dari waktu ke waktu ialah sebagai “Tatsbit”, peneguhan dan penetapan hati Nabi.

Sebagai contoh, ketika Nabi Muhammad mengalami penolakan dari kaumnya, maka al-Quran akan menjelaskan keadaan sama yang dialami utusan-utusan sebelumnya, mereka yang juga mengalami penolakan-penolakan bahkan kekerasan fisik dari umatnya. Namun, kemudian mereka sabar dalam menghadapinya dan terus berjuang hingga datang pertolongan dari Allah.

“Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Dan tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat (ketetapan) Allah. Dan sungguh, telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu.” (Al-An’am: 06/134)

Hal tersebut selaras dengan hikmah kisah-kisah Nabi yang terdapat dalam al-Quran.

“Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman.” (Hud: 11/120)

Kedua, menantang dan melemahkan argumen orang-orang yang mengingkarinya.

Salah satu batu kerikil yang sering dihadapi oleh Nabi Muhammad dalam dakwahnya ialah kaum musyrikin yang juga gigih dalam mengingkarinya. Tak jarang, mereka mencoba melemahkan dan menentang dakwah Nabi dengan meminta bukti kenabian dengan cara menanyakan pertanya’an-pertanyaan sukar atau meminta sesuatu yang aneh. Seperti pertanyaan “kapan terjadinya hari kiamat” (Al-A’raf: 07/187), ataupun permintaan disegerakannya siksa (Al-Hajj: 22/47).

Kemudian al-Quran turun menjelaskan kepada mereka, bahkan lebih dari apa yang mereka inginkan. Hal tersebut terjadi, setiap kali mereka mencoba menentang dan melemahkan Nabi dengan pertanyaan atau permintaan yang sukar, maka al-Quran akan turun menjawab dan melemahkan tantangan mereka itu.

“Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik” (Al-Furqan: 25/33)

Ketiga, mempermudah menghafal dan memahaminya.

Al-Quran turun pertama kali kepada umat yang kebanyakan “ummi”, tidak bisa membaca dan menulis. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya,

“Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum ummi dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Jumuat: 62/02)

Maka diturunkannya al-Quran secara bertahap memiliki hikmah tersendiri dalam proses transmisi ayat-ayat al-Quran kepada para sahabat Nabi saat itu. Mereka akan dengan mudah menghafal, memahami makna dan kandungannya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan dengan bertahap. Setiap turun satu atau beberapa ayat al-Quran, para sahabat akan menghafalnya dan mentadabburi maknanya sebelum kemudian menjadikannya laku kehidupan.

Hal tersebut juga kemudian menjadi “manhaj ta’lim”, metode pembelajaran yang diterapkan sahabat kepada generasi setelahnya, tabiin. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abi Nadhrah yang mengatakan, bahwa Abu Said al-Khudri mengajarkan al-Quran 5 ayat di pagi hari dan 5 ayat pada sore hari.

Keempat, menyesuiakan peristiwa yang terjadi dan bertahap dalam menurunkan syariat.

Hikmah selanjutnya yang dapat diambil dari diturunkannya al-Quran secara bertahap ialah al-Quran yang turun menyesuaikan peristiwa yang terjadi dan bertahapnya pula pensyariatan hukum yang berlaku kemudian.

Hal tersebut akan sangat terlihat ketika mempelajari nash-nash al-Quran dengan meneliti ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah. Bagaimana tahapan tersebut sangat membantu umat Islam dalam mengamalkan ajaran Islam.

Contoh mudahnya bisa dilihat dari prosesi diharamkannya khamr. Bangsa Arab pada saat Nabi Muhammad datang dengan membawa syariat Islam adalah bangsa yang memiliki beberapa kebiasaan, yang dalam tanda kutip bisa dikatakan sulit untuk dirubah. Salah satunya adalah kebiasaan mereka meminum khamr atau sejenisnya yang memabukkan. Al-Quran dalam hal ini menyertakan 4 tahapan ayat dalam rentang waktu yang berbeda, sebelum melabeli khamr dengan label haram sepenuhnya.

Kelima, bukti konkret bahwa al-Quran kalam Allah.

Hikmah terakhir yang dapat dipetik dari diturunkannya al-Quran secara berangsur-angsur ialah membuktikan bahwa al-Quran itu sendiri merupakan kalam Allah. Sebagaimana yang maklum diketahui, al-Quran turun secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun tanpa adanya satu ayat pun yang kontradiktif dengan ayat yang lainnya. Hal tersebut membuktikan keautentikan al-Quran merupakan kalam Allah. Melihat jika al-Quran  merupakan buatan manusia maka musti terjadi silang ayat, dan hal tersebut tidak ditemukan dalam al-Quran.

“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) al-Quran? Sekiranya (al-Quran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.(An-Nisa: 4/82). Wallahu a’lam

tirto.id - Bulan suci Ramadan adalah momen ketika Al-quran pertama kali diturunkan.

Pada malam Lailatulqadar, Allah SWT menurunkan Al-quran secara keseluruhan dari Lauh Al-Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia.

Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah momen resmi pelantikannya sebagai rasul yang diutus untuk umat manusia.

Sejak itulah, penyiaran Islam pertama kali dimulai, mulai dari dakwah sembunyi-sembunyi hingga dakwah terang-terangan.

Apa hikmah diturunkannya al quran bagi umat manusia

Sebagai kitab suci, Al-quran berfungsi adalah sebagai landasan dasar ajaran Islam dan pedoman hidup manusia di dunia dan akhirat.

Karena itulah, isi Al-quran tergolong lengkap, mulai dari sejarah, hukum, etika, dan lain sebagainya.

Dalam buku Akidah Akhlak (2020) yang ditulis Yusuf Hasyim, dijelaskan mengenai isi pokok, keistimewaan, dan hikmah diturunkannya Al-quran sebagai berikut:

Isi Pokok Al-quran

Secara umum, terdapat enam isi pokok Al-quran sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia. Berikut enam isi pokok Al-quran tersebut:

1. Akidah

Akidah atau tauhid mengajarkan kepercayaan kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir dan takdir.

Keenam perkara ini dikenal sebagai rukun iman atau pokok-pokok kepercayaan Islam. Selain itu, Al-quran juga melakukan pembuktian bahwa Islam adalah ajaran agama yang benar dan harus diyakini keabsahannya.

2. Ibadah

Tujuan hidup manusia di dunia adalah beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana tertera dalam surah Adz-Dzariyat (51:56). Karena itulah, Al-quran menyebutkan sejumlah ibadah yang wajib dan sunah dikerjakan umat Islam.

Kendati demikian, ayat-ayat Al-quran hanya menyebutkan secara umum dan tidak merincinya. Penjelasan yang mengatur ibadah-ibadah tersebut dijelaskan melalui hadis Nabi Muhammad SAW.

3. Muamalah

Al-quran juga menjelaskan mengenai muamalah dan hubungan sosial dalam bermasyarakat. Prinsip muamalah ini mengajarkan hubungan yang baik antarmanusia, baik dalam keluarga, tetangga, maupun masyarakat secara umum.

4. Akhlak Mulia

Salah satu tujuan Islam adalah menyebarkan akhlak yang mulia. Al-quran menjelaskan mengenai akhlak-akhlak tersebut sebagai prinsip yang harus dijalankan umat Islam.

5. Sejarah

Tidak hanya menceritakan mengenai kisah dan cerita-cerita umat terdahulu, Al-quran juga memberikan beberapa prediksi masa depan, misalnya mengenai kejatuhan Romawi, ekspansi ke bulan, dan lain sebagainya.

6. Syariat

Al-quran berisi syariat, hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah, sosial, politik, dan lain sebagainya.

Keistimewaan Al-quran

Al-quran merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Sebagai kitab suci, ia adalah landasan pokok ajaran Islam.

Terdapat sejumlah keutamaan yang menjadikan Al-quran bernilai agung dan istimewa sebagai berikut:

1. Keaslian Al-quran

Berbeda dari kitab-kitab suci lainnya yang sudah terdistorsi, Allah SWT sudah menjamin keaslian dan keotentikan Al-quran. Penegasannya tertera dalam Al-quran surah Al-Hijr ayat 9:

"Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al-quran dan sesungguhnya, kami benar-benar memeliharanya," (QS. Al-Hijr [15]: 9).

2. Kandungan yang Komprehensif

Dibanding kitab-kitab suci lainnya, kandungan Al-quran tergolong lengkap dan menyediakan pedoman dasar untuk menjawab seluruh problematika kehidupan manusia.

3. Susunan Bahasa yang Indah

Dalam buku Islam: The Key Concepts (2008), Kecia Ali dan Oliver Leaman menuliskan bahwa Al-quran termasuk kasus unik. Tidak ada kitab suci lain yang sangat sastrawi seperti Al-quran, namun juga mengandung esensi pokok yang penting, sebagai dasar keislaman seseorang.

Susunan bahasa yang indah dan sastrawi ini juga menjadi mukjizat Al-quran. Bukti bahwa Al-quran merupakan kitab suci ilahi ini dijelaskan dalam surah Hud ayat 13:

"Bahkan mereka mengatakan, 'Dia [Muhammad] telah membuat-buat Al-quran itu.' Katakanlah, '[Kalau demikian], datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya [Alqur'an] yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar," (QS. Hud [11]: 13).

Allah SWT menantang siapa saja yang dapat membuat surah semacam Al-quran dan menyaingin susunan bahasanya yang indah.

Namun, meskipun mushaf Al-quran sudah tersebar di berbagai tempat di belahan dunia, hingga saat ini, tak seorang pun yang bisa membuat semacam Al-quran. Hal ini menandakan bahwa Al-quran benar-benar mukjizat dan berasal dari Allah SWT.

Hikmah Diturunkan Al-quran

Sebagai pedoman hidup untuk umat manusia, hikmah diturunkannya Al-quran adalah untuk menjadi petunjuk manusia selama hidup di dunia dan agar selamat di akhirat.

Dilansir dari NU Online, Allah SWT menurunkan Al-quran secara bertahap. Proses penurunan wahyu yang bertahap dan tidak sekaligus ini memiliki hikmah agar penetapan hukum Islam mudah diterima, dihapal, dan dimengerti.

Gus Yusuf dalam ceramah berjudul "Alqur'an Bisa Memberi Rahmat dan Laknat" yang disiarkan melalui channel Youtube resminya menyebutkan, membaca Al-quran dan memahami isinya dapat membentuk akhlak yang baik pada seseorang.

"Contohnya santri-santri di pondok pesantren, yang pertama ditekankan tidak hanya soal pengetahuan, soal kepintaran, tetapi akhlak, akhlakul karimah. Dan itu ada di Al-qur'an," ujarnya.

Baca juga:

  • Mengenal Mad Wajib Muttasil dalam Alquran dan Cara Membacanya
  • Makna Mencintai Al-Quran Sebagai Pedoman Hidup Manusia

Baca juga artikel terkait SEJARAH ALQURAN atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/tha)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno
Kontributor: Abdul Hadi

Array

Subscribe for updates Unsubscribe from updates