Perut turun saat hamil 6 bulan

Saat memasuki usia kehamilan trimester dua, biasanya Bunda dan Ayah mulai menebak-nebak jenis kelamin Si Kecil. Selain pemeriksaan USG, banyak juga berkembang mitos mengenai ciri-ciri kehamilan yang menandakan jenis kelamin bayi.

Misalnya posisi tidur hamil anak laki-laki akan berbeda apabila hamil anak perempuan. Selain itu disebutkan bahwa bentuk dan posisi perut ibu hamil yang rendah menandakan jenis kelamin bayi laki-laki.

Namun apakah semua klaim tersebut benar adanya? Yuk simak penjelasannya berikut ini, ya Bunda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT


Ciri-ciri hamil anak laki-laki 

Apabila ibu mengandung bayi laki-laki, katanya akan memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat diamati. Sehingga banyak beredar mitos-mitos yang beredar mengenai ciri-ciri hamil anak laki-laki. Haibunda telah merangkum beragam mitos dan fakta terkait ciri-ciri hamil anak laki-laki, di antaranya:

1. Mual di pagi hari

Mitosnya apabila ibu mengalami morning sickness atau mual di pagi hari, itu berarti bayinya berjenis kelamin perempuan. Namun sebaliknya, jika ibu tidak mengalami mual tanda hamil anak laki-laki. Apakah hal tersebut benar?

Baca Juga : 10 Mitos dan Fakta Ciri Hamil Anak Laki-laki di Trimester 1

Faktanya, mual di pagi hari adalah gejala umum kehamilan yang sangat sering terjadi. Sebagian ibu hamil akan mengalami mual pada trimester pertama, namun ada juga beberapa wanita yang mengalaminya hingga melahirkan. Mual di pagi hari disebabkan karena perubahan hormon bukan dipengaruhi oleh jenis kelamin bayi ya, Bunda.

2. Kondisi kulit dan rambut

Apakah Bunda pernah mendengar klaim yang mengatakan bahwa kulit wanita saat hamil anak laki-laki cenderung bebas jerawat, sementara bayi perempuan akan meminjam kecantikan ibunya sehingga kulit mereka menjadi rusak? Atau konon katanya ibu hamil yang mengandung anak laki-laki akan memiliki rambut yang lebih panjang dan berkilau. 

Faktanya, hal tersebut hanyalah mitos belaka. Tidak ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan klaim tersebut. Perubahan kulit dan rambut selama kehamilan disebabkan oleh perubahan kadar hormon dalam tubuh. Perubahan hormon inilah yang dapat menyebabkan kulit bersih dan rambut berkilau atau malah timbul jerawat dan rambut rontok. Hal tersebut tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin bayi.

3. Ngidam makanan asin dan asam 

Banyak orang yang percaya bahwa seorang ibu ngidam makanan asin dan asam adalah bawaan hamil bayi laki-laki. Apakah Bunda pernah mendengar hal tersebut?

Nyatanya, tidak ada bukti ilmiah yang dapat membuktikan mitos tersebut. Ngidam yang dirasakan oleh para ibu bisa disebabkan karena perubahan hormon, kekurangan nutrisi, farmakologis atau zat aktif dalam makanan, juga bahkan faktor budaya. 

4. Bentuk dan posisi perut

Mitos mengatakan bahwa apabila ibu hamil mengandung bayi laki-laki posisi perutnya cenderung lebih rendah di dalam rahim. Sementara bayi perempuan cenderung posisinya lebih tinggi.

Jenis kelamin dapat diketahui dari bentuk dan posisi perut ibu hamil hanyalah mitos belaka. Faktanya ada banyak faktor yang menyebabkan bentuk dan posisi perut ibu hamil menjadi lebih rendah atau lebih tinggi. Misalnya tinggi badan ibu, elastisitas otot perut, volume air ketuban, dan ukuran serta posisi bayi di dalam rahim. 

5. Perubahan suasana hati

Mitos mengatakan bahwa jika seorang wanita mengandung bayi laki-laki, maka ia tidak akan mengalami perubahan suasana hati yang drastis. Sebaliknya jika mengandung bayi perempuan. Hal ini hanyalah mitos belaka. Perubahan suasana hati saat kehamilan disebabkan karena perubahan hormon dalam tubuh, bukan jenis kelamin bayi.

6. Warna urine

Banyak berkembang mitos yang mengatakan bahwa warna urine pada ibu hamil turut mempengaruhi jenis kelamin bayinya. Apabila urine tampak gelap, hal itu menunjukkan bahwa ia sedang mengandung bayi laki-laki. 

Secara ilmiah, perubahan urine sering terjadi selama kehamilan. Urine akan berwarna gelap dapat menjadi tanda dehidrasi akibat terjadinya mual dan muntah. Selain itu, perubahan warna urine bisa disebabkan karena makanan, obat-obatan, dan suplemen. Sehingga perubahan warna urine tidak mengindakasikan jenis kelamin bayi ya, Bunda.

7. Ukuran payudara

Apakah Bunda percaya pada mitos yang mengatakan bahwa jika payudara kanan tampak lebih besar daripada yang kiri, hal tersebut menandakan jenis kelamin bayi laki-laki? 

Tentunya hal ini hanyalah mitos belaka. Faktanya, perubahan hormon selama kehamilan akan meningkatkan aliran darah dan menyebabkan perubahan pada payudara sehingga membuatnya tampak lebih besar. Payudara akan membengkak karena sedang mempersiapkan suplai ASI sebagai sumber energi kelak ketika bayi lahir. 

8. Berat badan

Banyak orang yang meyakini bahwa jika sedang mengandung bayi laki-laki, maka berat badan sebagian besar terlihat di perut. Sementara jika bayi berjenis kelamin perempuan, maka berat badan terdistribusikan ke seluruh tubuh, termasuk wajah. 

Kebanyakan wanita hamil memang mengalami kebaikan berat badan selama kehamilan, namun kenaikan tersebut merupakan hal menunjukkan kehamilan yang sehat. Sehingga tidak ada korelasi antara berat badan saat kehamilan ditentukan oleh jenis kelamin bayi. 

 9. Detak jantung

Konon katanya, saat dilakukan pemeriksaan kehamilan, apabila detak jantung bayi di bawah 140 denyut per menit, maka hal tersebut menandakan bayi yang dikandung berjenis kelamin laki-laki. 

Bunda, klaim ini hanya mitos ya. Sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan hal tersebut. 

Bahkan sebuah studi berjudul Gender-Related Difference in Fetal Heart Rate membeberkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara detak jantung bayi laki-laki dan perempuan pada trimester pertama. 

10. Kaki terasa dingin

Kaki yang terasa dingin mengindikasikan bhawa sirkulasi darah yang buruk, diabetes, dan cuaca yang sangat dingin. Kaki terasa dingin bukan mengindikasikan bahwa ibu hamil mengandung bayi laki-laki.

Jika kaki terasa dingin, segera konsultasikan ke dokter untuk mengetahui diagnosisnya dan mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Tes yang dapat menunjukkan jenis kelamin janin

Kini, Bunda sudah paham bahwa untuk mengetahui jenis kelamin janin tidak bisa dilihat dari ciri-ciri selama kehamilan. Bunda harus melakukan tes bersamaan dengan memeriksakan kehamilan. Berikut tes yang lazim dilakukan oleh dokter ataupun bidan untuk mengetahui jenis kelamin janin:

1. Tes ultrasonografi (USG)

USG merupakan jenis tes yang paling lazim dilakukan oleh ibu hamil. USG tidak khusus digunakan untuk mengetahui jenis kelamin bayi saja, namun juga memantau bagaimana perkembangan dan kesehatan bayi secara menyeluruh. Namun kadang kala, prediksi jenis kelamin melalui USG tidak selalu akurat. Hal ini dikarenakan posisi bayi yang tidak pas atau alat kelamin yang tidak jelas terlihat. 

USG dapat dilakukan sejak usia kehamilan menginjak 7 minggu hingga 30 minggu ke atas atau mendekati persalinan. Ibu hamil juga disarankan setidaknya minimal 3 kali melakukan USG selama masa kehamilan untuk memantau perkembangan dan kesehatan bayi.

2. Tes darah prenatal non invasif (NIPT)

Bunda dapat melakukan tes darah prenatal non invasif (NIPT) apabila ingin mengetahui jenis kelamin bayi di dalam kandungan. Meski begitu, sama dengan USG, pada dasarnya NIPT bukanlah tes khusus hanya untuk mengetahui jenis kelamin bayi saja. Tes ini biasanya digunakan untuk melihat ada atau tidaknya kelainan kromosom seperti down syndrome pada bayi. Jika tes menunjukkan hasil tidak normal, maka dokter akan segera merekomendasikan pemeriksaan lanjutan. 

Tes NIPT dapat dilakukan sejak usia kandungan menginjak 10 minggu. Tes ini akan mengambil sampel darah untuk mendeteksi ada atau tidaknya DNA janin yang mengalami kelainan kromosom. Kromosom ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jenis kelamin bayi secara akurat. 

3. Tes genetic chronic villus sampling (CVS)

CVS merupakan tes genetik untuk mendeteksi adanya kelainan down syndrome atau gangguan genetik lain. Tes ini akan menguji sampel jaringan yang terdapat dalam plasenta yaitu vilus korionik. Dokter juga biasanya akan merekomendasikan tes ini untuk ibu hamil di atas usia 35 tahun. Tes CVS dapat mulai dilakukan ketika kehamilan memasuki usia 10-12 minggu. 

Meski begitu, tes CVS ternyata memiliki beberapa resiko seperti terjadinya keram, memar, dan memicu flek.

4. Tes amniosentesis 

Tes amniosentesis atau disingkat tes amino merupakan tes yang digunakan untuk mendeteksi apabila terdapat masalah kelainan pada janin. Tes ini akan mengambil sampel cairan ketuban untuk diuji apakah adanya kelainan pada janin seperti down syndrome, spina bifida, dan gangguan genetik lainnya. 

Tes amnio dapat dilakukan ketika kehamilan memasuki usia 15-18 minggu. Tes amnio juga memiliki beberapa efek samping yang sama dengan tes CVS.

Semoga penjelasan di atas mengenai ciri-ciri kehamilan dan serangkaian untuk mengetahui jenis kelamin janin dapat mencerahkan ya, Bunda. 

Jadi Bunda, kini terjawab sudah ya mitos atau fakta seputar ciri-ciri kehamilan anak laki-laki. Semoga dengan penjelasan tersebut, Bunda dapat tercerahkan dan  tidak lagi mempercayai spekulasi yang belum jelas terbukti secara ilmiah. Karena satu-satunya cara untuk mengetahui jenis kelamin pada bayi adalah dengan melakukan tes ketika pemeriksaan kehamilan. 

Pilihan Redaksi

  • Perut turun saat hamil 6 bulan
    13 Ciri Keguguran yang Jarang Disadari Ibu Hamil, Termasuk Berat Badan Turun
  • Perut turun saat hamil 6 bulan
    13 Tanda-tanda Haid, Bedakan dengan Tanda Hamil Muda ya Bunda

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.