Nama hubungan yang terbentuk ketika di hatimu ada perasaan berbunga

Jakarta -

Pernah dengar istilah TTM, FWB, dan Friendzone? Sebutan-sebutan ini pastinya sudah tidak asing di telinga anak zaman now kota-kota besar. Namun apakah kamu sudah benar-benar tahu bahwa tidak semua sebutan tersebut memiliki arti yang sama? Kebanyakan orang justru salah mengartikan dan menganggap hubungan FWB dan Friendzone sama. Padahal hubungan tersebut sangatlah berbeda. Agar kamu bisa lebih memahami tentang hubungan TTM, FWB, dan Friendzone, berikut ini penjelasannya.

1. FWB

Nama hubungan yang terbentuk ketika di hatimu ada perasaan berbunga
Ilustrasi Friends with Benefits. Foto: dok. iStock

FWB singkatan dari Friends With Benefits. FWB adalah suatu hubungan layaknya orang pacaran namun sebenarnya keduanya tidak memiliki ikatan serius atau status pacaran. Terkadang seseorang mungkin tidak menyadari jika dirinya sudah terjebak dalam hubungan FWB. Hubungan FWB ini tidak didasari pada rasa cinta. Keduanya melakukan hubungan tersebut hanya karena mereka sama-sama mau mendapatkan pengalaman layaknya orang pacaran namun tanpa ada ikatan. Hubungan ini terbentuk hanya atas dasar nafsu dan kepuasan. Di hadapan banyak orang keduanya akan bertingkah seperti layaknya teman biasa. Tidak ada perhatian khusus, obrolan serius tentang cinta atau hubungan, dan hal-hal lain yang biasanya dilakukan oleh pasangan yang tulus mencintaimu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Walaupun hubungan ini awalnya terjalin tanpa menggunakan perasaan namun pada kenyataannya tidak sedikit juga para pelaku FWB yang pada akhirnya saling jatuh cinta dan mengarah ke jenjang yang lebih serius.

2. TTM

Nama hubungan yang terbentuk ketika di hatimu ada perasaan berbunga
Ilustrasi Teman Tapi Mesra. Foto: Thinkstock

Hubungan FWB pada dasarnya sama dengan TTM (Teman Tapi Mesra). Hubungan FWB dan TTM seringkali berawal dari hal-hal yang menyenangkan. Dalam hubungan TTM dan juga FWB tidak ada komitmen atau peraturan. Keduanya bebas melakukan apapun yang mereka inginkan, seperti berkencan dengan siapapun. Hanya usahakan agar tidak melibatkan perasaan di dalamnya jika tidak ingin sakit hati.

Baik hubungan FWB maupun TTM timbul karena ada maunya saja. Keduanya akan mencari satu sama lain saat mereka saling membutuhkan. Hubungan ini sangat ambigu dan bisa menjadi tidak menguntungkan. Kamu bisa saja merasa jatuh cinta padanya namun tidak bisa berharap lebih karena dirinya hanya menganggapmu sebagai FWB atau TTM. Pelaku FWB atau TTM juga sangat rentan mengalami sakit hati jika mereka melibatkan perasaan dalam hubungan tersebut.

3. Friendzone

Nama hubungan yang terbentuk ketika di hatimu ada perasaan berbunga
Ilustrasi Friendzone. Foto: iStock

Berbeda dari FWB dan TTM, Friendzone didasari pada perasaan bukan nafsu belaka. Friendzone lebih mengarah kepada hubungan pendekatan. Biasanya orang-orang yang terlibat dalam hubungan Friendzone ini berada dalam sebuah lingkaran pertemanan yang sangat akrab hingga membuat orang lain melihat keduanya seperti sepasang kekasih. Seperti layaknya sahabat, keduanya sering menghabiskan waktu bersama-sama. Hal ini yang kemudian membuat salah satunya menjadi baper. Namun hal tersebut terhambat karena hubungan pertemanan atau persahabatan yang dimiliki, sehingga pihak satunya hanya menganggapmu sebagai teman.

Demikianlah perbedaan dari hubungan FWB, TTM, dan Friendzone. Jadi, apakah kamu pernah terjebak atau malah sedang berada dalam salah satu hubungan tersebut?

Simak Video "30 Ribu Bisa Cukup Buat Seminggu?"


[Gambas:Video 20detik]
(vio/vio)

friends with benefits friendzone teman tapi mesra dyouthizen sosabi

Ia selalu senang menulis ulang lirik-lirik lagu yang diciptakan G-Dragon, memantau aktivitas terbaru sang idola lewat Youtube, dan merasa tidak senang dengan orang-orang yang suka mengungkit masalah terkait idolanya.

Bukan sekadar penggemar

Nama hubungan yang terbentuk ketika di hatimu ada perasaan berbunga

Gayle S. Stever dalam artikelnya “Parasocial and Social Interaction with Celebrities: Classification of Media Fans” yang dipublikasikan di Jurnal Psychology Theories Methods and Applications (2009) menulis, seseorang bisa mencintai atau menggemari idolanya berdasarkan perasaan, seperti “selebritas idola mirip dengannya”, “ia ingin seperti selebritas”, “keterikatan secara romantis”, dan “menganggap idola adalah pahlawan suci.”

Gayle menulis, beberapa penggemar merasa terselamatkan hidupnya oleh sang idola melalui lirik-lirik lagu yang diciptakan, seperti yang ia temui dalam sampel penggemar Michael Jackson dan Bruce Springsteen.

Dia melanjutkan, ada pula seseorang yang merasa lebih punya rasa aman menjalin hubungan ilusif dengan idolanya, dibanding dengan manusia nyata di sekitarnya.

“Hal ini dikarenakan ia mengangap bahwa sang idola tidak mungkin menyakiti dirinya seperti yang dapat dilakukan oleh keluarga atau tetangganya,” tulis Gayle.

Kecintaan dan hubungan emosional yang terjadi antara penggemar dan idola dikenal sebagai interaksi parasosial. Hubungan Siti dengan G-Dragon memiliki kecenderungan tersebut.

Istilah parasosial diperkenalkan sosiolog asal University of Chicago Donald Horton dan Richard Wohl pada 1950-an. Pada 1956, mereka menerbitkan artikel “Mass Communication and Para-Social Interaction: Observations on Intimacy at a distance” di Jurnal Psychiatry.

Horton dan Wohl mendefinisikan parasosial sebagai hubungan dekat dengan tokoh media saat menonton acara televisi atau mendengarkan siaran radio.

Lalu, mereka menjelaskan, hubungan tersebut tercipta seolah-olah berlandaskan sebuah kesepakatan implisit antara tokoh media atau selebritas dengan pemirsa televisi.

Pemirsa televisi akan menganggap, interaksi itu adalah sebuah hubungan dengan pertemuan langsung, bukan hubungan lewat perantara.

Interaksi parasosial dimungkinkan terjadi seiring perkembangan zaman lewat media, seperti televisi dan radio. Kini, ditambah lagi media sosial.

Maltby, Giles, Barber, dan McCutcheon dalam tulisannya “Intense Personal Celebrity Worship and Body Image: Evidence of a Link Among Female Adolescents” yang dipublikasikan Journal of Health Psychology (2005) membagi interaksi parasosial menjadi tiga tingkatan.

Pertama, social entertainment, yakni penggemar mengagumi selebritas karena aspek hiburan yang dibawanya. Kedua, intense personal feeling, yakni penggemar menganggap punya kedekatan emosional dengan idolanya.

Ketiga, mild patology, yaitu penggemar rela melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan idolanya, bahkan menabrak norma dan hukum yang berlaku.

Parapuan.co - "Aku suka banget sama mereka, tapi mereka bahkan nggak tahu kalau aku tuh ada!"

Pernah dengar kalimat seperti ini nggak, Kawan Puan? Mungkin kedengarannya seperti kutipan percakapan dari sebuah film atau drama Korea, ya.

Tapi sebenarnya, posisi seperti ini belakangan sedang marak terjadi lho, Kawan Puan. 

Contohnya saja bagi sebagian besar ARMY, sebutan fans untuk boygroup Bangtan Boys, yang begitu nge-fans dengan para member.

Atau para penggemar sinetron Ikatan Cinta yang selalu histeris dengan para aktor dalam sinetron.

Banyak fans loyal yang menggilai idola mereka, sampai mengikuti dan tahu seluk beluk kehidupan pribadi idolanya.

Nah hubungan ini ada sebutannya lho, yakni hubungan parasosial.

Baca Juga: Jangan Abai, Kenali 4 Tanda saat Sahabat Tengah Alami Depresi

Istilah hubungan parasosial mengacu saat seseorang merasa seperti mereka tahu, dan berpotensi berpikir bahwa mereka sedang menjalin hubungan, dengan seseorang yang belum pernah mereka temui atau ajak bicara.

Parasosial belakangan ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana perasaan seseorang terhadap selebriti atau idola.

Umumnya pelaku hubungan parasosial ini dari waktu ke waktu menjadi yakin bahwa mereka berbagi keintiman dengan objek kasih sayang, dalam hal ini sang idola.

Sumber : Unsplash.com

Pernahkah kamu merasa sangat senang dan deg-degan ketika sedang memandang foto idolamu serta rela meninggalkan pekerjaan demi melihatnya tampil di panggung? Atau merasa sangat kesal ketika sang idola terlihat dekat dengan lawan jenisnya? Jika iya, mungkin saja kamu telah masuk dalam fase pseudo-relationship. Apa itu pseudo-relationship dan bagaimana hal tersebut bisa timbul? Berikut jawabannya.

Masuknya Korean wave ke seluruh penjuru dunia mengenalkan kita terhadap budaya Korea, salah satunya budaya hiburan Korea Selatan. Jika dalam dunia hiburan Indonesia kita biasa disuguhi berita hangat mengenai status kencan, pernikahan, hingga perceraian artis ibu kota. Maka berbeda 180 derajat dengan budaya hiburan Korea. Status kencan serta kehidupan personal artis dan idola remaja cenderung ditutupi oleh agensi, dan bila hal tersebut terbongkar, maka akan menjadi berita besar yang bisa menurunkan pamor artis tersebut.

Salah satu contoh kasus kencan yang terjadi adalah antara dua idola ternama di Korea, yakni solois Kang Daniel dan salah satu anggota girl group Twice Park Ji-Hyo. Kabar kencan dua idola remaja ini terkuak pada tahun 2019 oleh salah satu media lokal Korea, yakni Dispatch. Kang Daniel yang baru saja melakukan debut solonya saat itu mendapat kecaman dan amarah dari penggemarnya sendiri. Dikutip dari situs Korea JoongAng Daily, salah satu penggemarnya menyebutkan betapa ia merasa dikhianati.

Penggemar tersebut kecewa dan menyebutkan bahwa ia dan beberapa penggemar telah berusaha maksimal untuk menaikkan penjualan album debut Kang Daniel, namun sang idola malah terserang kabar tak sedap. Respons penggemar Ji-Hyo tak seburuk Kang Daniel. Namun, saham agensi yang dinaunginya yaitu JYP Entertainment turun drastis sebanyak 12,13 persen.

Kedua idola ini hanyalah salah satu contoh dari fenomena budaya hiburan Korea mengenai hubungan idola dan penggemar. Banyak pula idola lain yang dihujat habis-habisan dan ditinggalkan oleh penggemarnya karena permasalahan kencan, seperti HyunA dan E’Dawn yang harus keluar dari agensi karena berita kencannya. Kencan pun dikatakan sebagai skandal dan berkonotasi negatif, sehingga siapa pun idola yang terkena isu ini harus membuat surat permintaan maaf kepada penggemarnya.

Budaya membangun hubungan antara penggemar dan idola ini disebabkan oleh aturan dan strategi yang dirancang oleh agensi hiburan Korea. Perusahaan secara sengaja ingin membangun hubungan erat dan intim antara idola dan penggemar. Banyak cara yang mereka lakukan dalam membangun kedekatan, seperti dengan siaran langsung pada aplikasi V-Live atau Instagram, Vlog rutin, serta menggunakan aplikasi khusus yang dibuat oleh perusahaan seperti Lysn Bubble Messaging, Fan Caffe, serta Weverse.

Tujuan dari terbangunnya kedekatan ini adalah agar loyalitas penggemar meningkat, serta meningkatnya popularitas sang idola, juga tentunya peningkatan ekonomi perusahaan dan agensi yang menaungi mereka. Maka dari itu, ketika loyalitas telah terbangun, saat sang idola melakukan suatu kesalahan atau dirundung sebuah skandal, tak jarang penggemar akan sangat marah dan kecewa.

Pseudo-Relationship: Pseudo-Romantic dan Pseudo-Childcare

Ketika hubungan terbangun, maka penggemar akan mulai memberikan waktu dan materi untuk mendukung idola nya. Dengan ini semakin besar waktu dan materi yang mereka keluarkan, maka mereka juga akan mulai menuntut idola nya untuk bisa lebih baik bahkan terkadang bersifat mengontrol, dan overprotective kepada sang idola. Kecenderungan inilah yang disebut dengan pseudo-relationship. Pseudo-relationship atau hubungan semu adalah kecenderungan ketika penggemar mulai merasa memiliki hak akan hidup idolanya karena merasa telah berkorban untuk kesuksesan yang mereka raih.

Masih dikutip dari laman asosiasi New York Times, Korea JoongAng Daily, bahwa ada dua tipe penggemar yang memiliki kecenderungan pseudo-relationship, yakni pseudo-romance dan pseudo-childcare. Pseudo romance adalah ketika penggemar benar-benar merasa jatuh hati atau naksir kepada sang idola. Sedangkan pseudo-childcare adalah kecenderungan untuk mengayomi sang idola dan mendukung secara maksimal seolah sang idola adalah anak mereka sendiri.

Hubungan Intim yang Berujung Obsesif

Bagi perusahaan dan agensi hiburan korea, strategi dalam membentuk loyalitas penggemar dari hubungan intim yang terbangun antara idola dan penggemar memang terbukti efektif. Misalnya, aplikasi platform fans penjuru dunia “Weverse” yang dikembangkan oleh agensi yang menaungi BTS, yakni BigHit Entertaiment. Aplikasi ini menunjang komunikasi artis dari agensi BigHit kepada penggemarnya, baik melalui teks maupun video. Weverse menjadi salah satu penggerak ekonomi perusahaan yang secara signifikan mengalami peningkatan tiap tahunnya, baik secara unduhan ataupun penghasilan dari langganan konten eksklusif serta penjualan merchandise dari platform tersebut.

SM Entertainment juga memiliki platform sendiri untuk menunjang kedekatan hubungan antara penggemar dan artis naungannya, yaitu Lysn. Dear U Bubble merupakan fitur unggulan dari aplikasi ini. Dengan fitur Dear U Bubble, penggemar hanya perlu merogoh kocek sekitar 50 ribu rupiah untuk satu tiket perbulan. Dengan tiket tersebut penggemar akan diberikan sensasi chatting personal dengan salah satu idola di bawah naungan SM Entertainment.

Sayangnya, hubungan yang dibangun kadang juga turut merugikan, terutama bagi penggemar dan sang idola. Dengan adanya perasaan kedekatan yang erat, bagi sebagian penggemar justru menimbulkan sifat fanatik dan obsesif. Salah satunya akan muncul ‘Sasaeng Fans’, yakni penggemar yang sangat obsesif terhadap idolanya dan berusaha mengikuti serta selalu melacak gerak-gerik sang idola. Hal ini tentu mengganggu privasi artis.

Jadilah Penggemar yang Rasional

Ingatlah bahwa hubungan yang dibangun oleh bintang yang kita lihat di layar hanyalah sebatas idola dan penggemar, tidak lebih. Jadilah penggemar yang rasional dan tidak memaksakan keinginan emosional semata. Cintailah karyanya dan dukung lah mereka sesuai porsinya. Jika kamu merasa mulai jatuh terlalu dalam akan dunia yang semu, maka keluarlah sebentar untuk bercengkrama dan menghirup udara dunia nyata. Karena sesungguhnya apa yang kamu lihat di layar belum tentu sesuai dengan delusi yang mereka berikan, karena idol dan artis juga pada dasarnya adalah manusia biasa.