Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai dan bertahap, sehingga penyebaran Islam di Nusantara tidak menimbulkan konflik dan ketegangan sosial di masyarakat. Dengan cara damai, masuknya Islam disambut baik oleh penduduk, baik kalangan Raja sampai rakyat biasa yang tidak memiliki kedudukan tinggi. Ada 6 saluran-saluran penyebaran Islam di Indonesia, yaitu melalui perdagangan, pernikahan, tasawuf, pendidikan, seni budaya, dan dakwah. Melalui saluran itulah agama Islam berkembang pesat, tapi ada beberapa faktor lain mudahnya perkembangan Islam masa itu, antara lain : Perdagangan merupakan metode penyebaran Islam pertama. Peran perdagangan dalam penyebaran Islam berlangsung pada abad ke 7 sampai ke 16, di mana wilayah Nusantara sangat ramai sebagai tempat berkumpul pedagang-pedagang dari luar, seperti Arab, Persia dan Gujarat. Keberadaan pedagang tentu tidak berlangsung singkat, mereka harus menunggu kapan untuk berlayar karena kapal yang mereka gunakan masih mengandalkan arah angin. Oleh sebab itu mereka sebagian tinggal di pesisir pantai dalam kurun waktu lama. Lamanya mereka tinggal mempengaruhi keadaan sekitar, dimana agama Islam mulai dikenal, berkembang melalui pesisir dan terus-menerus mengalami perkembangan. Baca juga: Teori Masuknya Islam di Indonesia Paling Benar Saluran penyebaran Islam kedua yaitu melalui perkawinan. Banyak pedagang yang tinggal sementara di pesisir pantai menikah dengan orang-orang pribumi. Pernikahan tersebut membuat pedagang dari luar ini menetap dan memiliki keturunan yang kemudian memeluk Islam. Sebelum menikah, mempelai wanita juga harus memeluk agama Islam terlebih dahulu dengan mengucap kalimat Syahadat. Adanya pernikahan mempengaruhi jumlah pemeluk Islam yang semakin bertambah banyak. Proses penyebaran agama Islam melalui pendidikan terjadi di pondok-pondok pesantren yang saat itu didirikan oleh para Ulama dan Kiai. Mereka (murid) tinggal di pesantren sembari menuntut ilmu agama Islam, kemudian setelah lulus kembali ke daerah asalnya untuk menyebarkan ajaran yang telah dipelajari saat di pesantren. Melalui cara ini, Islam tidak hanya berkembang di pesisir pantai, tapi mulai masuk ke daerah-daerah terpencil di pedalaman. Baca: Proses Penyebaran Islam di Indonesia Tasawuf merupakan ajaran ketuhanan yang bersifat magis, artinya telah bercampur dengan hal-hal berbau mistik. Para ahli Tasawuf biasanya dibekali keahlian dibidang pengobatan dan memiliki kekuatan megis. Menurut sejarahnya, ajaran Tasawuf mulai masuk ke Indonesia pada sekitar abad ke tigabelas, namun baru berkembang cukup pesat pada abad ke 17. Saluran penyebaran Islam keempat melalui bidang kesenian. Beberapa seni pertunjukan yang digunakan diantaranya seperti Gamelan (dilakukan oleh Sunan Derajat), Wayang (Sunan Kalijaga), dan Gending (lagu-lagu dengan syair dasar Islam dan beberapa nasehat). Ada juga seni Sastra berupa Hikayat dan Babat dalam bahasa Melayu. Melalui seni, Islam berkembang sangat pesat karena sangat menarik perhatian banyak orang. Sebelum Islam masuk : Penganut Animisme dan Dinamisme Penyebaran agama Islam melalui dakwah dilakukan oleh sembilan wali atau disebut dengan Walisongo. Peran wali dalam proses Islamisasi di Indonesia sangat aktif, maka dari itu kita tidak boleh melupakan jasa-jasanya. Berikut nama ke 9 wali tersebut :
Itulah 6 Saluran Penyebaran Islam di Indonesia yang perlu kalian ketahui. Masuknya Islam ke Indonesia tidak terlepas dari 6 saluran tersebut dan beberapa teori tentang masuknya Islam ke Indonesia, seperti teori Gujarat, Perisa dan Mekkah. Sementara sumber atau bukti sejarah masuknya Islam ke Nusantara ada dua kategori, yaitu sumber internal dan eksternal. Islam merupakan agama terbesar di Indonesia dan sejarah masuknya Islam di Indonesia mengalami proses yang panjang. Pada dasarnya Islam dibawa oleh para pedagang dari timur-tengah dan perlahan tapi pasti menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia. Masyarakat sangat tertarik mengenal Islam karena di Islam mengajarkan perdamaian dan tidak mengajarkan sistem kasta seperti pada agama atau kepercayaan sebelumnya. Oleh sebab itu Islam menyebar dengan cepat ke semua penduduk Indonesia dan sekarang menjadi agama terbesar di Indonesia. Menurut catatan sejarah ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Indonesia: 1. Teori Gujarat
Teori Gujarat menyebutkan Islam masuk abad ke 13 ke Indonesia dan berasal dari pedagang Gujarat India. Faktanya adalah dulu nusantara punya hubungan dagang kuat dengan Gujarat. Batu Nisan Sultan Samudera Pasai juga memiliki corak orang-orang Gujarat. 2. Teori Mekkah
Teori Mekkah menyebutkan Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad ke 6-7 dan yang membawanya adalah orang Arab. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkampungan Islam di barat Sumatera pada abad tersebut. 3. Teori Persia Teori Persia menjelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan dibawa pedagang Persia. Buktinya adalah budaya Persia seperti peringatan 10 Muharam banyak dilakukan di Indonesia.
Masuknya agama Islam atau proses Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara atau saluran, yaitu: a. Saluran perdagangan Sejak abad ke-7 para pedagang muslim dari Gujarat (India), Arab, dan Persia telah ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Ini berarti telah terjadi hubungan masyarakat Indonesia dengan para pedagang Islam. Dengan demikian terjadilah perkawinan antara pedagang Islam dengan penduduk pribumi yang belum Islam. Hal ini akan melahirkan keluarga muslim, berkembang menjadi masyarakat muslim, perkampungan muslim, dan seterusnya. Contohnya Kampung Pekojan (Koja artinya pedagang Gujarat). b. Saluran perkawinan Dipandang dari segi ekonomi, para pedagang Islam mempunyai status ekonomi yang lebih baik, sehingga penduduk pribumi, putri bangsawan menjadi tertarik kepada para pedagang Islam. Hal ini akan melahirkan keluarga muslim, berkembang menjadi masyarakat muslim, perkampungan muslim, dan seterusnya. Contoh Raden Rahmat (Sunan Ampel) menikah dengan Nyai Gede Manila (putri Tumenggung Wilatikta). c. Saluran pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, dan para Kiai mendirikan pondok pesantren yang mendidik para santri dididik tentang agama Islam. Kemudian, bila telah selesai mereka pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah menyebarkan agama Islam kepada masyarakat sekelilingnya. Contoh Raden Rahmad mendirikan pesantren di Ampel, dekat Surabaya. d. Saluran Kesenian Penyebaran agama Islam melalui kesenian dapat dilakukan dengan pertunjukan seni gamelan seperti yang terjadi di Solo, Yogyakarta, dan Cirebon. Seni gamelan dapat mengundang masyarakat untuk berkumpul dan selanjutnya dilaksanakan dakwah-dakwah keagamaan. Contoh adanya acara sekatenan di Solo dan Yogyakarta berasal dari kata syahadatain (dua kalimat syahadat). Baca juga: Faktor Pesatnya Islam di Nusantara Gambar: disini
Lihat Foto KOMPAS.com - Proses Islamisasi Nusantara berlangsung secara bertahap dalam rentang waktu yang panjang. Penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan dengan cara yang damai dan fleksibel. Islam di Nusantara lebih mudah diterima karena menggunakan dakwah yang bersifat adaptif terhadap karakteristik masyarakat nusantara. Berikut merupakan saluran-saluran Islamisasi di Nusantara: Saluran perdagangan merupakan saluran utama penyebaran Islam di Nusantara. Dalam buku Arkeologi Islam Nusantara (2009) karya Uka Tjandrasasmita, pembawa dan penyebar agama Islam pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang. Pada sekitar abad 7-16 Masehi, Kepulauan Nusantara merupakan kawasan perdagangan Internasional yang ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang internasional, termasuk pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat. Baca juga: Kerajaan Islam di Kalimantan Ramainya aktivitas perdagangan Nusantara menjadi faktor penting dalam kesuksesan Islamisasi Nusantara melalui jalur perdagangan. Islamisasi di Nusantara semakin berkembang pesat ketika para ulama, guru agama dan raja turut menyebarkan agama Islam melalui pendidikan. Para Ulama dan guru agama mendirikan pondok pesantren sebagai tempat pengajaran Islam dan keterampilan hidup bagi masyarakat nusantara. Jaringan keilmuan Islam Nusantara juga dapat terbentuk melalui perkembangan pesantren di Nusantara. Saluran perkawinan merupakan salah satu cara yang mudah dan efektif dalam Islamisasi Nusantara. Pedagang Islam banyak yang melakukan perkawinan dengan kaum perempuan pribumi dari kalangan bangsawan hingga anggota kerajaan. Baca juga: Kerajaan Islam di Jawa |