Kandungan q.s. ali imran/3 : 190 yang benar terdapat pada nomor

Jakarta -

Surat Ali Imran adalah surat ketiga dalam mushaf Al Quran. Surat ini diturunkan di Kota Madinah dan tergolong surat Madaniyah.

Nama surat Ali Imran (آل عمران ) diterjemahkan sebagai keluarga Imran. Surat Ali Imran terdiri dari 200 ayat. Pada ayat 159, terdapat anjuran untuk senantiasa berkata baik dan bersikap lemah lembut. Bunyi surat Ali Imran ayat 159 adalah sebagai berikut:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Arab-latin: fa bimā raḥmatim minallāhi linta lahum, walau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulika fa'fu 'an-hum wastagfir lahum wa syāwir-hum fil-amr, fa iżā 'azamta fa tawakkal 'alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn

Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali Imran: 159)

Dirangkum dari tafsir Kemenag, tafsir Ibnu Katsir, dan tafsir Al Ahzar, berikut kandungan surat Ali Imran ayat 159:

1. Rasulullah SAW tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah kepada sebagian kaum Muslimin yang melakukan pelanggaran dalam keadaan genting Perang Uhud. Bahkan beliau memaafkannya dan memohonkan ampun untuk mereka. Dalam tafsir Ibnu Katsir, sikap lemah lembut yang ditunjukkan Nabi SAW adalah salah satu rahmat Allah kepada makhluk-Nya. Perilaku tersebut patut diteladani umat Islam pada saat ini.

2. Sikap lemah lembut, rasa rahmat, belas kasihan, dan cinta kasih yang ditanamkan Allah SWT kepada Rasulullah ini mempengaruhi sikap beliau dalam memimpin. Sikap tersebut mempengaruhi cara kepemimpinan seseorang.

3. Rasulullah SAW selalu bermusyawarah dalam segala hal, terlebih dalam urusan peperangan. Hal ini merupakan anjuran bagi umat Islam, untuk senantiasa bermusyawarah atau berdiskusi dalam segala hal sebelum mengambil keputusan.

4. Musyawarah merupakan salah satu cara untuk mengambil kesepakatan bersama. Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Abu Bakar dan Umar: "Seandainya kamu berdua berkumpul dalam suatu musyawarah, aku tidak akan berbeda denganmu."

5. Anjuran untuk patuh terhadap kesepakatan dari hasil musyawarah yang telah dilakukan.

6. Bertawakal sepenuhnya kepada Allah karena Dia adalah pemberi pertolongan dan pembela bagi hamba-Nya.

Sahabat hikmah, dengan memahami kandungan surat Ali Imran ayat 159 di atas, semoga kita senantiasa diberikan rahmat dari Allah agar selalu bersikap lemah lembut dan pemaaf.

Simak juga 'Bacakan Zikir dan Doa Kebangsaan, Menag Perkenalkan 5M + 1D':

(kri/erd)

Jakarta -

Surah Ali Imran adalah surah urutan ke tiga dalam Al Quran dan merupakan golongan surah Madaniyah. Jumlah ayat dalam satu surahnya sebanyak 200 ayat. Termasuk di dalamnya ayat ke-190 dan 191 yang istimewa hingga membuat Rasulullah menangis saat turunnya ayat tersebut.

Dikisahkan dari istri Rasulullah SAW, Aisyah RA, pada suatu malam ketika mereka tidur bersama, Rasul berkata: "Ya Aisyah, izinkan aku beribadah kepada Rabb-ku." yang kemudian dijawab oleh Aisyah:

"Aku sesungguhnya senang merapat denganmu, tetapi aku senang melihatmu beribadah kepada Rabbmu,"

Pada waktu sholat, Rasulullah SAW menangis sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Al Quran yang dibacanya. Setelah sholat, beliau duduk memuji Allah dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan menangis lagi dan air matanya membasahi tanah.

Kemudian Bilal datang untuk adzan subuh dan melihat Rasulullah SAW menangis, ia bertanya:

"Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang?"

Rasulullah menjawab, "Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah? Dan bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah telah menurunkan ayat (QS. Ali Imran: 190-191) kepadaku."

Selanjutnya beliau berkata, "Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya."

Adapun bunyi bacaan Al Quran surah Ali Imran ayat 190-191 yang pernah membuat Rasulullah sampai menangis saat membacanya:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

190. Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal," (QS. Ali Imran: 190)

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

191. Artinya: "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka," (QS. Ali Imran: 191)

Ayat ini juga disebut dengan ayat tentang ulil albab, karakter yang sudah seharusnya dimiliki oleh seorang muslim. Atau, menurut buku yang bertajuk Agar Layar Tetap Terkembang karya Didin Hafidhuddin dan Budi Handrianto, ulil albab adalah mereka yang senantiasa berzikir kepada Allah dan memikirkan alam ciptaan-Nya sebagaimana digambarkan dalam Al Quran.

Melansir dari tafsir Kemenag, dua ayat ini menjelaskan tentang tanda-tanda kebesaran Allah. Tanda-tanda ini hanya dipahami bagi orang yang berakal atau orang yang tidak diselubungi akal untuk menciptakan kehancurhan.

Orang-orang berakal yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang-orang yang senantiasa memikirkan ciptaan Allah, merenungkan keindahan ciptaan-Nya, kemudian dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat-Nya, seraya berdzikir kepada Allah dengan hati, lisan, dan anggota tubuh seraya menjalankan aktivitas sehari-harinya.

Seorang muslim yang disebut dengan ulil albab pada ayat ini juga merujuk pada para ilmuwan dan filosof yang sangat ulung dan tekun serta tawadhu. Nantinya mereka akan mampu menyingkap rahasia alam tentang kompleksnya fenomena penciptaan Allah SWT. Wallahu'alam.

(erd/erd)

Pelayanan Laboratorium 24 Jam

Instalasi Laboratorium RSI Amal Sehat...

Read more ...

Poli Bedah Tulang

Di Indonesia, dokter bedah ortopedi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan yang diajukan dalam bedah...

Read more ...

Instalasi Radiologi

Instalasi Radiologi RSI Amal Sehat memberikan pelayanan one day service dan buka selama 24 jam. Dengan ruangan pemeriksaan yang...

Read more ...

Unit Gawat Darurat (UGD)

Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan bagian dari pelayanan RS Islam Amal Sehat Sragen...

Read more ...

Pelayanan Operasi/Bedah RSI Amal Sehat Sragen

Pelayanan bedah Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen merupakan suatu pelayanan terpadu yang...

Read more ...

Ambulan

Ambulans adalah kendaraan transportasi gawat darurat medis khusus orang sakit atau cedera yang digunakan untuk...

Read more ...

Pelayanan Farmasi

Instalasi farmasi Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen adalah suatu unit di rumah sakit yang...

Read more ...

Pelayanan Bagian Kerohanian

Kerohanian RS Islam Amal Sehat Sragen merupakan salah satu unit...

Read more ...

Kandungan q.s. ali imran/3 : 190 yang benar terdapat pada nomor

RSIAMALSEHAT.COM. Kandungan Q.S. Al-Imran ayat 190 menyerukan manusia untuk memperhatikan dan memikirkan kekuasaan Allah SWT dalam menciptakan alam semesta beserta segala isinya. Sungguh terdapat tanda-tanda kebesaran Allah Azza wa Jalla dalam proses penciptaan dan penjagaan langit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya bagi orang-orang yang berfikir. Melihat indahnya pemandangan alam yang memanjakan mata seperti: hamparan sawah, pegunungan, pantai, pergantian siang dan malam yang ditandai dengan berpijarnya sinar matahari dan gemerlapnya bintang di malam hari, perubahan musim, dan segala keanekaragaman di bumi yang terjadi secara otomatis dan presisi menjadikan orang-orang semakin mengagungkan kuasa Ilahi. Seyogyangya manusia merasa kecil dan hina dibandingkan dengan kuasa Al-Khaliq. Hendaklah kita bersegera meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT.


Menyelaraskan Aktivitas Berdzikir dan Berfikir
Dzikir merupakan salah satu bentuk ibadah yang diidentikkan dengan kalimat thayyibah, seperti: bacaan tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Padahal, hakikat dzikir yang sebenarnya adalah segala bentuk ibadah yang mampu mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Oleh karenanya, tindakan berfikir sesaat (bertafakkur) yang dilakukan oleh seorang demi kemaslahatan umat dan demi memperjuangkan agama Islam bisa saja mendapatkan pahala yang lebih baik dibandingkan dengan ibadah sunnah 1000 rakaat. Alkisah, pada jaman Nabi Musa as pernah terjadi peristiwa dimana seorang ahli ibadah bertanya kepada Allah SWT di tingkatan surga apa dia akan ditempatkan. Namun, karena kesombongan yang membuat dia merasa pantas untuk dimasukkan ke surga ini membuat Allah SWT justru hendak memasukkannya ke neraka. Ketika orang tersebut berfikir sejenak dan meminta agar badannya diperbesar sampai menutup pintu neraka sehingga tidak ada orang lain yang bisa memasukinya maka seketika itu Allah SWT memberikan rahmat dan menempatkan si fulan di surganya Allah SWT.

Berdasarkan pemaparan di atas, seyogyanya kita sebagai hamba yang berfikir hendaklah meyakini bahwa Allah SWT adalah Dzat Tertinggi dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kita harus menjaga agar iman kita suci dan tidak bercampur dengan khurafat dan takhayul. Hendaklah kita menjaga agar iman yang kita miliki sebaik iman Rasulullah saw dan para sahabat sehingga iman kita memiliki kualitas tinggi yang senantiasa meningkat bukan sebatas iman yang diturunkan dari generasi sebelumnya. Dalam hal ini, kualitas iman seseorang akan mempengaruhi motivasi ibadahnya. Tidak peduli seberapa bagusnya kualitas ibadah kita  kepada Allah SWT apabila niat dan motivasinya hanya untuk kebaikan diri sendiri maka nilainya tidak akan tinggi di mata Ilahi. Sebaliknya, jika kita mau memikirkan kebaikan orang lain dan mengingatkan orang lain untuk bertaqwa kepada Allah SWT sehingga bisa sama-sama meraih jannah maka kita akan mendapat balasan yang mulia di sisi-Nya.

Ciri Iman yang Kuat


Adapun ciri seseorang memiliki iman yang kuat adalah orang tersebut senang melakukan kebaikan (amal shaleh) dan sedih ketika melakukan keburukan (perbuatan yang dilarang). Kita bisa menanyakan pada diri sendiri kita termasuk golongan yang mana. Jika kita begitu bersemangat untuk melakukan berbagai ibadah, seperti: sholat, pengajian, bersedah, membaca Al-Qur’an, dan lain-lain berarti iman kita kuat. Namun, jika kita begitu berat untuk melaksanakan berbagai bentuk amalan shaleh berarti kita perlu me-“recharge” kualitas keimanan.
Orang yang beriman kepada Allah SWT akan menjalankan konsep syahadat “La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah”. Mereka akan mengesakan Allah dan mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Seorang hamba yang beriman dan bertaqwa akan memahami bahwa Rasulullah saw merupakan contoh terbaik akhlak, pola fikir, bahkan fisik.
1. Akhlak Rasulullah saw adalah Al-Qur’an. Beliau tidak pernah mendendam, segala perbuatannya sarat akan kebaikan. Bahkan, Nabi Muhammad saw senantiasa membalas keburukan dengan kebaikan dan pemberiaan maaf. Segala aktivitas diawali dengan doa dan ada adabnya.
2. Pola pikir Rasulullah saw adalah selalu mengingat dan mengkhawatirkan kondisi umat bahkan ketika Beliau menjelang wafat.
3. Fisik Rasulullah saw adalah fisik terbaik yang diciptakan oleh Allah SWT. Wajahnya sangat tampan melebihi ketampanan manusia mana pun, badannya kuat, sehat, tegap bahkan keringatnya putih bersih mengkilap dan baunya sangat harum.
 
3 Golongan yang Mendapat Jaminan (Perlindungan) Allah SWT
1. Orang yang ketika masuk rumah mengucap salam “Assalamu’alaikum” terlepas ada orang di rumah/ tidak, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya dan memberikan balasan surga.
2. Orang yang meninggalkan rumah menuju masjid untuk melaksanakan ibadah. Orang yang banyak mengingat Allah SWT baik secara hati, lisan, maupun diwujudkan dalam bentuk perbuatan maka akan menjadi kekasih Allah SWT. Barangsiapa yang menghiasi dirinya dengan amalan ini, maka Allah SWT akan mempermudah rezekinya, memudahkan urusannya dan menjaga kekuatan jiwa dan raganya.
3. Orang yang meninggalkan rumah untuk melaksanakan jihad fi sabilillah (baik dengan hati, lisan, harta, dan jiwa) guna memerangi pelaku kedzoliman, kebid’ahan dan kemungkaran. (nevi/cs)