Bagaimana awal mula lahirnya teater kontemporer di Indonesia

TEATER KONTEMPORER DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 1. Rendiko 7. Ririn 2. Lucky 8. Erika 3. Iman 9. Tiko 4. Nadia 10. Khairunisa 5. Ria 11. Sephia 6. Yuli SMA NEGERI 1 KAYUAGUNG TAHUN AJARAN 2019/2020 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Teater Kontemporer”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Kayuagung, Penulis September 2019 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teater Kontemporer ................................................. B. Ciri-Ciri Teater Kontemporer ..................................................... C. Sejarah Teater Kontemporer di Indonesia .................................. D. Contoh Teater Kontemporer....................................................... BAB III PENUTUP .................................................................................... BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang. Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita menangkap dan merasakan simbolsimbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni. Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan teater tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.(http://.wikipedia.org.id, di unduh 17 April 2013. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teater Kontemporer Teater kontemporer adalah karya teater yang mengandung sifat-sifat kekinian. Berkembang sebagai wujud kreativitas seniman teater untuk menemukan jati dirinya. Sehingga, teater ini berfungsi sebagai presentasi estetis yang senimannya hanya ingin mengomunikasikan gagasannya kepada penonton. Banyaknya penonton bukanlah target, tetapi kualitas penonton menjadi harapan para seniman. Walaupun jumlah penonton relatif sedikit, tetapi penonton tersebut adalah orang-orang yang paham betul pada teater serta bisa menangkap konsep garapan, itulah yang diharapkan. Bukan kemewahan yang ingin disampaikan oleh karya teater kontemporer, melainkan gagasan brilian yang senantiasa menjadi obsesi para seniman kontemporer ini. Oleh karena itu, teater kontemporer tidak pernah mengutamakan perangkat yang mewah, baik tempat, kostum para pemain, dan properti. Hal yang diutamakan adalah ide atau gagasan yang orisinal dan baru sehingga karya pertunjukannya menjadi pengetahuan bagi para penontonnya. B. Ciri-Ciri Teater Kontemporer Teater Kontemporer, yaitu teater yang lebih leluasa karena yang paling penting adalah ide. Ciri-cirinya :  Kepentingan apresiasi  Eksperimentasi  Berbagai bahan bisa dijadikkan seni pertunjukkan  Bisa ada jarak estetis, bisa juga tidak  Bisa ada pembagian peran, bisa juga tidak  Ada Happening Art (seni pertunjukka) baik berupa struktur cerita ataupun peristiwa C. Sejarah Teater Kontemporer di Indonesia Sejak berdiri TIM kehidupan teater kontemporer Indonesia galak. Kehidupan teater modern Indonesia yang semula jelas terpisah dari kegiatan teater tradisional/rakyat, mulai berkaitan dan bahkan meluruh. Keramaian pertunjukan di TIM, menimbulkan interaksi yang gencar antara kelompok teater modern Indonesia dengan teater tradisional/rakyat (wayang, ketoprak, ludruk, dagelan Mataram, Srimulat, makyong, mamanda, lenong, arja, reog dan sebagainya). Dan pada gilirannya juga terjadi persentuhan dengan kelompok-kelompok asal mancanegara. Baik rombongan teater, tari, musik dari Barat: Eropa, Amerika; maupun Timur: India, Cina, Jepang. Interaksi itu menimbul produksi-produksi yang membawa pembauran antara nilai-nilai modern dengan tradisional, Barat dengan Timur. Juga terasa ada penggalian pada tradisi Indonesia sendiri secara sadar dan intens. Tradisi tidak lagi hanya dipuja atau ditolak, tetapi dikembangkan dan dihidupkan sehingga aktual. Baik kepada bentuk-bentuk pertunjukan, struktur penuturan atau penulisan lakon, teknik-teknik pengadegan, kostum, rias dan seni laku. Jiwa teater tradisional dan teater rakyat Indonesia -- baik sebagai ''ritus'' maupun ''tontonan'' -berkembang kembali dalam teater kontemporer. Kombinasi atau peluruhan itu -dengan referensi bandingan perkembangan teater mancanegara -- menimbulkan bentuk-bentuk pertunjukan dan naskah ''baru''. Kontemporer sekaligus tradisional. Sebagai contohnya: pertunjukan ''Oedipus'' oleh Bengkel Teater. Pertunjukan ''Jayaprana'' oleh Teater Populer dan pertunjukan/naskah ''KapaiKapai'' oleh Teater Kecil. Pertunjukan-pertunjukan puncak di TIM, pada era akhir 60-an sampai pertengahan 70-an kemudian menjadi referensi bagi kegiatan teater kontemporer Indonesia selanjutnya. Demikian keras pengaruhnya terhadap perkembangan berikutnya, sehingga lahir sebuah ''tradisi baru''yang menjadi panutan perkembangan teater. Dengan ''tradisi baru'' itu, Teater kontemporer Indonesia tidak lagi hanya merupakan tiruan atau terusan dari tradisi teater Barat. Tetapi kehidupan teater yang memiliki identitas sendiri. Karenanya untuk dapat memahami atau menikmati teater kontemporer Indonesia akan lebih afdol kalau disertai pengetahuan tentang '' tradisi baru itu''. Itu berarti harus menyimak pada proses ''interaksi'' yang terjadi di TIM antara nilai modern-tradisional serta Barat-Timur. Banyak kritisi telah salah menilai teater kontemporer Indonesia. Karena mereka hanya menganalisa dengan referensi teater Barat. Akibatnya fatal. Teater kontemporer Indonesia hanya menjadi bayang-bayang tradisi Barat. Memang ada tradisi teater Barat di Indonesia. Misalnya pada pertunjukan-pertunjukan ''The Jakarta Players''. Pada ATNI (Akademi teater Nasional Indonesia) lewat tokohtokohnya: Wahyu Sihombing, Asrul Sani, Wahab Abdi, Pramana Pmd, Teguh Karya. Sementara dalam penulisan naskah, karya-karya Iwan Simatupang. Tapi itu hanya sebagian kecil dari kehidupan teater kontemporer Indonesia. Teater kontemporer Indonesia tidak hanya diisi/dipengaruhi oleh tradisi Barat, tapi juga oleh tradisi Timur lainnya, seperti India, Cina dan Jepang dan terutama oleh tradisi teater tradisional/rakyat Indonesia sendiri. Pada era 70 dan 80, pencarian dan eksperimen berhasil menemukan beragam bentuk-bentuk dan 27 nafas baru yang bersumber pada tradisi Indonesia. Isi teater kontemporer Indonesia kemudian jadi penuh dengan corak, warna, gaya dan jalan pikiran masing-masing kelompok. Ada: Bengkel Teater (WS Rendra), Teater Kecil (Arifin C.Noer), Teater Populer (Teguh Karya), STB (Suyatna Anirun), Teater Sardono, Wayang Buda (Suprapto), Teater Mandiri (Putu Wijaya), Teater Saja (Ikranegara), Bumi Teater (Wisran Hadi), Teater IKJ (Institut Kesenian Jakarta), Teater Koma (N.Riantiarno), Teater Keliling (Dery) kemudian Teater Sae (Budi Otong), Teater Dinasti (Fajar Suharno), Teater Gandrik (Jujuk Prabowo) dan Teater Kubur (Dindon). Diikuti dengan lahirnya naskah-naskah drama baru yang ditulis oleh Arifin C.Noer, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Akhudiat, Zaini KM, Freddy Kastam Mastra, Noorca Marendra, Ikranegara, Kuntowijoya, Yudhistira A.Nugraha, Danarto, N.Riantiarno dsb.nya. Tidak hanya di Jakarta. Di beberapa kota besar Indonesia kehidupan teater kontemporer berkembang. Yang pantas disebutkan adalah Bandung dan Yogyakarta. Di Medan ada Teater Nasional yang dipimpin oleh Zakaria M.Passe. Kemudian di Ujung Pandang pementasan-pementasan dipimpin oleh Aspar. Di Surabaya ada sutradara Sunarto Timur dan Akhudiat. Juga Lampung, Malang, Tegal, Banjarmasin (Ajim Ariadi), Denpasar (Abubakar) dan Singaraja (Silur, Gde Dharna). Kehidupan teater kontemporer Indonesia memasuki era tahun 90-an menghadapi beberapa dilema. Teater cenderung menjadi barang komoditi. Teater tidak lagi diharapkan merupakan proyek rugi kesenian, tetapi profesi dari para pendukungnya. Ini melahirkan bisnis teater. Sesuatu yang baru. Menejemen, impresario, publikasi, kemudian mulai mempengaruhi kehidupan penciptaan. ''Process oriented'' mulai digeser oleh ''product oriented''. Teater Koma (N.Riantarno) sangat sukses memasuki era ini. Beberapa teater melakukan pendekatan kepada bisnis teater dengan lebih berhati-hati. Mereka berusaha tetap pada nilai-nilai ekspresi. Misalnya Bengkel Teater, Teater Kecil dan Teater Mandiri. Sementara beberapa teater lagi berusaha bertahan untuk murni berekspresi. Misalnya Teater Sae (Budi Otong) dan Teater Kubur (Dindon) yang mengarah pada eksperimen-eksperimen. Perlahan-lahan ada arus balik. Penonton di Jakarta merindukan kembali kehadiran realisme teater Barat. Pertunjukan yang memberat dan berbau eksperimen dihindari. Komedi yang menjurus pada dagelan amat digandrungi. Penonton pertunjukan-pertunjukan teater, baik lokal maupun dari mancanegara, secara umum menipis. Hanya Teater Koma sukses mengadaptasi keadaan, padahal misalnya hiburan Srimulat, Jakarta, yang pernah begitu meledak bubar total. Eksperimen dan pembaruan yang gencar pada tahun 70-an terhenti. Puncak-puncak prestasi teater di tahun-tahun itu belum terulang lagi. Ini semua pastilah bukan semata-mata masalah teater. Tapi efek sampingan perkembangan masyarakat yang meletakkan nilai-nilai ekonomi di atas segalanya. Para anggota masyarakat yang didera persaingan yang semakin ketat, konon menderita 28 kelelahan jasmani dan rokhani. Mereka memerlukan ventilasi yang disebut hiburan. Tak peduli itu berarti ''pembodohan''. Teater kontemporer Indonesia kini sedang menghadapi dilema di gerbang pasar. Ada pembalikan. Nilai-nilai kultural bisa dianggap sebagai ''pembodohan'' karena tidak mendatangkan uang. Keadaan ini mungkin akan berlangsung sampai masyarakat jenuh sendiri. Apalagi kalau orang-orang teaternya semua memilih untuk beradaptasi. D. Contoh Teater Kontemporer Contoh teater kontemporer yang banyak dijumpai adalah : 1. Teater jalanan 2. Teater persembahan (Tribute to) 3. Teater kemanusiaan BAB III PENUTUP Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Tetaer juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang

sutradaranya. Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak dalam hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.