Alat musik sasando berasal dari provinsi ntt, sumber suara alat musik tersebut merupakan kelompok?

Alat musik sasando berasal dari provinsi ntt, sumber suara alat musik tersebut merupakan kelompok?

Sylvana Toemon

Aalt musik sasando dari Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur.

Bobo.id – Pernahkah teman-teman melihat alat musik sasando ini? Bagaimana cara memainkannya, ya? Bagaimana pula bunyinya?

Yuk, cari tahu lebih banyak tentang alat musik ini!

Baca Juga: Benarkah Orang Lebih Cerdas Jika Bisa Bermain Musik? #AkuBacaAkuTahu

Alat Musik Kordofon

Sasando adalah alat musik tradisional khas Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pulau Rote merupakan pulau yang letaknya di ujung selatan negara kita.

Alat musik tradisional ini bunyinya berasal dari dawainya yang dipetik.

Alat musik seperti ini disebut juga alat musik kordofon. Apa kamu bisa menyebutkan alat musik kordofon lainnya?

Selain sasando, gitar, kecapi, dan harpa juga termasuk alat musik kordofon.

Bunyi yang dihasilkan alat musik ini mirip gitar, teman-teman.

Baca Juga: Mirip Terompet tapi Super Panjang, Alphorn Musiknya Penggembala Sapi

Berbahan Bambu dan Daun Lontar

Pada sasando, dawai atau senarnya disusun pada sebuah tabung yang terbuat dari bambu.

Dawai itu direntangkan dari atas ke bawah.

Ada penyangga khusus yang diletakkan pada setiap dawainya. Setiap dawai menghasilkan nada yang berbeda.

Tabung bambu itu dikelilingi oleh anyaman daun lontar berbentuk setengah lingkaran.

Nah, anyaman lontar ini juga berguna sebagai penggetar suara atau resonator.

Baca Juga: Apakah Berbahaya Jika Tidur Sambil Mendengarkan Musik? #AkuBacaAkuTahu

Dua Macam Sasando

Ada 2 macam sasando yaitu sasando gong dan sasando biola.

Kedua jenis sasando ini bentuknya mirip. Sasando gong yang terdiri dari 12 dawai menggunakan sistem nada pentatonik.

Sedangkan sasando biola yang terdiri dari 48 dawai menggunakan sistem nada diatonik.

Baca Juga: Menjadi Alat Musik Berukuran Besar, Ini Dia 3 Organ Pipa Terkenal di Dunia

Benda yang Bergetar

Nama alat musik sasando berasal kata “sandu” dari bahasa Rote yang artinya benda yang bergetar atau berbunyi.

Dari cerita rakyat yang beredar, sasando awalnya diciptakan oleh para penggembala domba.

Para penggembala itu membuat alat musik menggunakan alat yang biasanya mereka gunakan untuk menimba air.

Di bagian tengah alat itulah mereka meletakkan bambu yang ditempeli dawai.

Pada saat itu, dawainya terbuat dari lidi atau bambu.

Bahan ini mudah rusak, apalagi kalau sering dimainkan.

Dalam perkembangannya, dawai yang digunakan untuk sasando menggunakan bahan yang sama seperti alat musik gitar.

Apakah teman-teman pernah melihat dan mencoba memainkan alat musik ini?

Baca Juga: Menjadi Alat Musik Berukuran Besar, Ini Dia 3 Organ Pipa Terkenal di Dunia

#GridNetworkJuara

Yuk, lihat video ini juga!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Alat musik sasando berasal dari provinsi ntt, sumber suara alat musik tersebut merupakan kelompok?

(Sumber foto: Creative Commons/Fakhri Anindita)

Sasando alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur.

Bobo.id - Bukan hanya terkenal dengan komodo, ada juga alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yang unik.

Alat musik tersebut adalah sasando yang merupakan jenis alat musik petik.

Cara memainkan sasando mirip dengan harpa, namun jumlah senarnya berbeda.

Sasando merupakan alat musik tradisional yang muncul dari Pulau Rote.

Beberapa orang Rote menyebut sasando dengan nama 'sasandu' yang berarti alat bergetar atau berbunyi dengan tujuh tali senar.

Baca Juga: 4 Fungsi Alat Musik Tradisional, Bukan Hanya Jadi Pengiring Tarian

Sedangkan dalam bahasa Kupang, sasando diartikan sebagai alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara memetik menggunakan jari tangan.

Bentuk sasando ini tergolong unik dan berbeda dari berbagai alat musik petik lainnya.

Dari bentuknya yang unik ini, sasando menjadi alat musik yang dipromosikan sebagai alat musik internasional.

Bentuk Unik

Sasando memiliki bagian utama yang berbentuk tabung dengan panjangan 70 hingga 80 cm.

Lalu pada bagian atas dan bawah tabung, terdapat tempat untuk memasang dawai atau senar.

Pada bagian itu, senar atau dawai bisa diatur kekencangannya sehingga menghasilkan suara yang merdu.

Sedangkan bagian tengah tabun terdapat ganjalan atau senda dengan susunan melingkar dari atas ke bawah.

Ganjalan itu akan memberikan efek nada berbeda pada setiap petikan dawai. Hal yang unik adalah posisi dari tabung dawai ini.

Baca Juga: 5 Jenis Alat Musik Tradisional Indonesia yang Berupa Alat Musik Pukul

Tabung ini diletakan dalam sebuah wadah berbentuk seperti cekungan tempat air yang disebut haik.

Haik ini dibuat dari daun lontar yang dibentuk seperti kipas dan menjadi cekungan.

Bukan hanya sebagai penghias, haik juga berfungsi sebagai tempat resonansi sasando.

Untuk memainkan sasando, kedua tangan akan memetik dawai dengan posisi tertentu untuk menghasilkan suara.

Pada bagian tangan kiri akan memainkan melodi dan bas, sedangkan tangan kanan bertugas memainkan accord.

Legenda Sasando

Hal lain yang membuat sasando menarik adalah legenda dari munculnya alat musik ini.

Masyarakat Nusa Tenggara Timur mengenal sasando sebagai alat musik yang diciptakan untuk menghibur raja.

Legenda itu menyebut bahwa sasando dibuat oleh seorang pemuda yang bernama Sangguana.

Sangguana adalah pemuda yang terdampar di Pulau Ndana dan dipertemukan dengan Raja Rote.

Pada pertemuan itu, Sangguana jatuh hati pada anak Raja Rote.

Putri raja tersebut meminta Sangguana membuat sebuah alat musik indah yang bisa menghibur ayahnya, sebagai syarat menikah.

Atas permintaan tersebut, Sangguana berusaha keras untuk membuat alat musik.

Hingga suatu malam, ia bermimpi sebuah alat musik petik yang indah.

Saat terbangun, dibuatlah alat musik seperti yang ada di mimpinya.

Lalu jadilah sasando yang bisa menghibur Raja Rote, dan membuat Sangguana menikah denga putri raja.

Baca Juga: 5 Jenis Alat Musik Tradisional Jawa Timur dan Cara Memainkannya

Perkembangan Sasando

Pada penjelasan sebelumnya sasando dikenal sebagai alat musik dengan tujuh atau 11 dawai.

Namun, seiring perkembangan zaman, sasando ikut berubah dan memiliki banyak model.

Perubahan sasando ini sebagian besar pada jumlah dawai pada tabung.

Beragam model sasando ini disesuaikan dengan kebutuhan permainan alat musik ini.

Beberapa model sasando yang muncul adalah sasando engkel, sasando dobel, dan sasando biola.

Ada juga sasando gong yang sudah lebih dulu terkenal di masyarakat Rote.

Perbedaan dari setiap sasando ini adalah jumlah dawai pada tabung.

Sasando engkel memiliki 28 dawai, sedangkan sasando dobel memiliki dawai sekitar 56 hingga 84.

Sedangkan sasando biola memiliki suara yang mirip dengan biola saat dimainkan.

Jenis ini memiliki jumlah dawai sebanyak 30 hingga 36.

Selain itu, ditemukan juga sasando eletrik pada tahun 1960 oleh pemain sasando asal Kupang, Arnoldus Edon.

Kelebihan sasando ini adalah suara petikan yang lebih besar dan jumlah dawai ada 30 senar.

Baca Juga: 5 Contoh Alat Musik Tradisional Papua, Jenis, dan Cara Memainkannya

Bahkan suara musik sasando ini bisa dinikmati dari kejauhan.

Para pemain sasando terus melakukan eksperimen dengan alat musik ini agar bisa terus dinikmati banyak orang.

Beberapa pemain sasando profesional pun mencoba menggabungkan sasando dengan musik jazz, pop, rock, dan lain sebagainya.

Nah, itu tadi seluk beluk tentang alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur, yaitu sasando.

Selain bentuk yang unik, sasando juga memiliki banyak model yang berbeda.

(Sumber foto: Creative Commons/Fakhri Anindita)

Tonton video ini, yuk!

 ----

Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

KOMPAS.com - Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat terkenal dengan keindahan alamnya. Provinsi ini memiliki banyak kekayaan budaya, salah satunya alat musik daerah.

Alat musik yang ada di NTT ini merupakan hasil kebudayaan masyarakat tersebut. Sehingga dari masa ke masa terus berkembang hingga dikenal masyarakat Indonesia hingga mancanegara.

Apa sajakah alat musik daerah NTT?

Mengutip dari situs Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sasando menjadi salah satu alat musik daerah NTT yang sangat terkenal di Indonesia bahkan di tingkat internasional.

Sasando merupakan alat musik petik yang cara memainkannya kurang lebih hampir sama seperti harpa. Sasando dimainkan dengan dipetik menggunakan kedua tangan.

Baca juga: Daftar Alat Musik Tradisional di Indonesia

Alat musik daerah ini memiliki jumlah senar atau dawai yang berbeda. Ada yang berjumlah 28, tetapi ada juga yang jumlahnya 58. Sasando terbuat dari bambu sebagai tempat resonansinya dan dikelilingi bantalan kayu untuk menahan senarnya.

Alat musik daerah ini berasal dari Lamanole, Flores Timur. Menurut kepercayaan warga sekitar, alat musik ini dibawa oleh Suku Maluku ke Flores Timur, sehingga tatabuang memiliki kemiripan dengan alat musik daerah Maluku, yakni totobuang.

Tatabuang dimainkan dengan cara dipukul. Cara meletakannya pun bisa digantung lalu dipukul atau diletakkan di pangkuan pemain sambil dipukul. Alat musik ini terbuat dari kayu sukun yang bagian tengahnya dihilangkan untuk resonansi.

Tambur terompet berasal dari Desa Armaba, Kecamatan Pantar Tengah. Walau bernama tambur terompet, namun alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul.

Tambur terompet terbuat dari kayu lai (kurma hutan), rotan serta kulit rusa. Alat musik ini sering digunakan dalam upacara adat serta untuk mengiringi tarian daerah Lego-Legi.

Baca juga: 5 Alat Musik Tradisional NTB

Sowito merupakan alat musik pukul yang terbuat dari bambu dan diberikan bantalan kayu setelah bagian ujungnya dicungkil. Alat musik daerah ini berasal dari Kabupaten Ngada, NTT. Sowito hanya memiliki satu jenis nada saja, sehingga saat dimainkan membutuhkan beberapa sowito.

  • Alat musik sasando berasal dari provinsi ntt, sumber suara alat musik tersebut merupakan kelompok?
    Youtube/ Skolastika Salu [Tangkapan Layar] alat musik Heo, NTT

    Heo

Menurut Fiorentin Callista Shianto, dkk dalam jurnal Implementasi Konsep Timor pada Perancangan Interior Restoran di Kota Kupang – Nusa Tenggara Timur (2017), heo merupakan alat musik gesek yang memiliki empat dawai atau senar dengan nada dasar yang berbeda.

Heo terbuat dari papan kayu yang telah dilengkapi empat senar. Alat geseknya terbuat dari rangkaian ekor kuda. Cara memainkan heo sama seperti menggunakan biola pada umumnya.

Foy doa berasal dari Kabupaten Ngada, NTT. Foy doa merupakan alat musik tiup berupa suling. Terbuat dari buluh atau bambu kecil yang digabungkan satu sama lain, sehingga bisa disebut suling ganda.

Baca juga: Alat Musik Tradisional Kalimantan Utara

Alat musik ini cara memainkannya sama seperti suling pada umumnya, yakni ditiup dan lubangnya ditutup dengan jari untuk menghasilkan nada yang diinginkan. Foy doa sering dimainkan oleh anak muda dalam permainan tradisional khas NTT.

Foy pai merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Bentuknya mirip seperti angka empat dan menghasilkan nada dasar, do, re, mi, fa, sol. Foy pai sering dimainkan bersamaan dengan foy doa, sebagai alat musik pelengkap.

Alat musik tradisional ini dipercaya telah ada sejak zaman batu. Bentuknya mirip seperti busur panah, yakni lengkungan bambu yang diikat dengan tali tipis dan lebar.

Cara memainkan knobe khabetas ialah dengan mendekatkan tali tipis tersebut ke arah mulut dan meniupnya. Alat musik ini dulunya sering digunakan sebagai sarana hiburan para petani saat menunggu di sawah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.