3. bagaimana dampak pembaruan islam pada masa modern bagi bangsa indonesia?

3. bagaimana dampak pembaruan islam pada masa modern bagi bangsa indonesia?

Mengambil pelajaran dari peradaban Islam Modern – Peradaban Islam Modern merupakan masa yang diawali pada tahun 1800 M hingga sekarang. Masa pembaharuan (modern) ditandai dengan adanya kesadaran umat Islam mengenai kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan agama Islam dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mempelajari sejarah Islam dan peradabannya tentu mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kita semua. Adapun pelajaran yang dapat kita ambil dari peradaban Islam pada era modern adalah sebagai berikut.

1. Harus Menjaga Nilai-Nilai Ketauhidan dan Akidah Islamiah

Baca Lainnya :

Pada perkembangan Islam abad modern, Islam mengalami penurunan salah satunya disebabkan oleh terkikisnya nilai-nilai ketauhidan dan akidah Islamiah. Para pemimpin Islam waktu itu bersikap nepotisme dan mementingkan kepentingan golongan daripada mementingkan kemajuan peradaban Islam secara global dan signifikan.

Hal inilah yang dapat kita ambil sebagai pelajaran bahwa nilai-nilai tauhid dan akidah Islamiah adalah penggerak suatu peradaban. Dengan akidah islamiah, perilaku kita akan sesuai dengan ajaran Islam dan terjaga dari sifat tamak dan egois.

2. Menjaga Persatuan dan Kesatuan

Persatuan dan kesatuan adalah komponen yang penting bagi suatu peradaban. Persatuan dan kesatuan umat Islam di Indonesia adalah persatuan yang mengesampingkan perbedaan pendapat dan mazhab. Jangan sampai terjadi konflik horizontal antarumat muslim sendiri yang hanya akan merugikan umat Islam sendiri.

3. Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah jembatan yang menghubungkan suatu peradaban dengan lingkungan luar. Implikasinya dalam kehidupan adalah dengan ilmu pengetahuan yang luas kita akan mampu eksis dalam menghadapi perubahan zaman dan kemajuan global.

4. Meningkatkan Penguasaan Ilmu Teknologi

Peradaban Islam abad modern mengalami kemunduran karena ketidakantusiasan umat Islam dalam teknologi dan informasi. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa dan agama hendaknya selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dengan antusias dan positif dalam menggunakannya.

5. Menjaga Kemurnian Ajaran Islam

Kemurnian ajaran Islam adalah ajaran Islam yang tidak tercampur dengan budaya manusia dan pengaruh dari luar. Apabila  suatu ajaran tercampur dengan budaya manusia, maka ajaran tersebut akan menyimpang. Perkembangan Islam pada masa modern masih banyak penyimpangan-penyimpangan ajaran Islam. Umat Islam harus terlepas dari belenggu bidah, khurafat, dan takhayul. Akan tetapi, jika budaya manusia tersebut tidak melanggar syariat Islam, maka tidak masalah bila dijalankan.

Nah, itulah 5 pelajaran yang dapat kita ambil dari peradaban Islam modern, demikian artikel mengenai agama Islam yang dapat saya berbagi, dan semoga bermanfaat.

3. bagaimana dampak pembaruan islam pada masa modern bagi bangsa indonesia?

3. bagaimana dampak pembaruan islam pada masa modern bagi bangsa indonesia?
Lihat Foto

Wikimedia Commons/Auguste Couder

Muhammad Ali Pasha yang merupakan tokoh pembaharuan Islam dari Mesir.

KOMPAS.com - Mesir adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya berada di Afrika.

Sejak zaman Khalifah Umar bin Khattab, tepatnya pada 640, Mesir telah menjadi wilayah Islam.

Dalam perkembangannya, negara ini memiliki peran sentral dalam pengembangan Islam di wilayah Afrika.

Namun, pada akhir abad ke-18, Mesir sempat dikuasai oleh Perancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.

Meski penjajahan tersebut tidak bertahan lama, tetapi pengaruh yang ditimbulkan sangat besar, salah satunya memicu pembaruan Islam.

Berikut ini sejarah singkat pembaruan Islam di Mesir.

Baca juga: Muhammad Ali Pasha, Peletak Dasar Mesir Modern

Latar belakang pembaruan Islam di Mesir

Amr bin Ash adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang dikenal sebagai pembebas Mesir pada tahun 640.

Setelah itu, ia diangkat sebagai Gubernur Mesir. Selama beberapa abad berikutnya, bersamaan dengan masa keemasan Islam, Mesir menjadi salah satu pusat kekuatan dan pegembangan Islam di wilayah Afrika.

Mesir menjadi pusat peradaban Islam dan pernah dikuasai oleh berbagai dinasti kecil, sepeti Fatimiyah (909-1171), Ayyubiyah (1171-1246), dan Mamluk (1250-1517).

Namun, pada abad ke-16, secara politik, Mesir terbelah oleh dua kekuatan yang saling menghancurkan, yaitu kekuatan Mamluk dan pemerintahan Utsmani di Istanbul, Turki.

Gerakan pembaruan Islam yang muncul di Mesir, India, dan Turki pada abad modern, secara langsung atau tidak langsung, berpengaruh pada gerakan Islam di Asia Tenggara. Para tokoh Islam di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menyerap secara selektif ide-ide pembaruan dari tokoh-tokoh Islam luar negeri yang telah disebutkan sebelumnya. 

Pengaruh tersebut diakui oleh para tokoh Islam dan intelektual Islam di Indonesia berikutnya dalam bentuk tulisan-tulisan. Misalnya, pada tahun 1961, Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), menulis buku berjudul engaruh Muhammad Abduh di Indonesia. Pada tahun 1969, H.A. Mukti Ali, mantan Menteri Agama Repulik Indonesia menulis buku berjudul Alam ikiran Islam Modern di Indonesia. Pada tahun 1973, tulisan Deliar Noer diterbitkan oleh Oxford University Press berjudul The Modernist Muslim Moement in Indonesia 1900-1942. Buku tersebut diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia pada tahun 1980 berjudul erakan Modern Islam di Indonesia Tahun 1900-1942. Tulisan serupa masih banyak muncul di Indonesia di tahuntahun berikutnya. 

Dari buku H.A. Mukti Ali dapat diketahui adanya lima faktor yang mendorong munculnya gerakan pembaruan Islam di Indonesia, yaitu: 

1. Adanya kenyataan ajaran Islam yang bercampur dengan kebiasaan yang bukan Islam. 

2. Adanya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang kurang efisien. 

3. Adanya kekuatan misi dari luar Islam yang mempengaruhi gerak dakwah Islam. 

4. Adanya gejala dari golongan intelegensia tertentu yang merendahkan Islam. 

5. Adanya kondisi politik, ekonomi, dan sosial Indonesia yang buruk akibat penjajahan.

Melihat pada lima realitas tersebut, maka para ulama pembaru Islam melakukan lima gerakan besar pembaruan, yaitu: 

1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; 

2. Mereformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; 

3. Mereformasi penafsiran-penafsiran terhadap ajaran dan kondisi pendidikan Islam; 

4. Mempertahankan Islam dari desakan-desakan dan pengaruh kekuatan luar Islam; 

5. Melepaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. 

Lima gerakan pembaruan tersebut bukan peristiwa yang terjadi begitu saja. Akan tetapi secara langsung atau tidak langsung memiliki akar panjang sejarah dari tokoh pembaru Islam di Mesir, India, dan Turki. Pengaruh tersebut berlangsung melalui proses pendidikan dan bahan bacaan (surat kabar/majalah). 

Pada akhir abad ke-19 ada banyak kaum muslim muda Indonesia yang belajar ke Mekkah dan Mesir. Di sana mereka bersentuhan dengan ide-ide pembaruan. Mereka membaca majalah-majalah yang diterbitkan khusus untuk misi pembaruan Islam, seperti majalah Al-Urwat Al-Wuisqa dan Al-Manar yang terbit di Mesir. 

Misi pembaruan melalui media majalah kemudian ditiru oleh para ulama pembaru di beberapa tempat di Asia Tenggara. Di Singapura, terbit sebuah majalah dengan nama Majalah Al-Imam (terbit pada tahun 1908). Di Minangkabau dengan nama Majalah Al-Munir (terbit tahun 1911), dan di Yogyakarta dengan nama Suara Muhammadiyah. 

Ada banyak tokoh Islam di Indonesia yang sepaham dengan misi pembaruan tersebut, tetapi dalam buku teks ini tidak disebut semuanya. Di antara mereka adalah: 

  1. Syeikh Muhammad Tahir Jalaluddin asal Padang yang hijrah Ke Singapura. Tokoh ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap gerakan pembaruan di Asia Tenggara.
  2. Haji Abdullah Ahmad dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Kedua tokoh ini dipandang penting sebab keduanya menjadi pelopor pembaruan Islam di Minangkabau. 
  3. K.H. Ahmad Dahlan, pendiri organisasi atau Persyarikatan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. 
  4. K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 31 Januari 1926. di Jombang Jawa Timur. 

K.H. Ahmad Dahlan adalah teman seperguruan dengan tokoh Islam pendiri Jam’iyyah Nahdhatul Ulama (NU), yaitu K.H. Hasyim Asy’ari. NU didirikan pada tanggal 31 Januari 1926. K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari berguru pada guru yang sama ketika belajar di Mekkah, yaitu Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Syeikh Nawawi Al-Bantani.

Baca Juga :

Demikian artikel tentang Pengaruh Gerakan Pembaruan terhadap Perkembangan Islam di Indonesia, Semoga bermanfaat dan sekian terimakasih.

diambil dari berbagai sumber.



  • Pengertian Khutbah, Tablig, dan Dakwah
  • Munculnya Pembaruan Islam 1800 dan Seterusnya
  • Memahami Hadis atau Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam
  • Perkembangan Agama Islam di Benua Amerika 
  • Tata Cara Mengurus Jenazah Beserta Doanya Dalam Islam