Zat yang menunjukkan perubahan warna saat. akhir titrasi tercapai adalah

volumenya, proses titrasi dimulai. Proses titrasi dihentikan setelah terjadi perubahanwarna pada larutan dari kuning menjadi merah oranye. Proses titrasi ini dilakukansebanyak dua kali.Normalitas HCl dapat dihitung dengan menggunakan rumus :mgBM×val=V HCl x N HCl x FpBerdasarkan dari data hasil percobaan yang telah dilakukan dan perhitungan seusaipercobaan dapat diketahui pada Tabel 1,volume HCl adalah 16,25 ml dan setelahdihitung normalitas yang didapat adalah 0,061 N. Perubahan warna akibat diberi MO(Methyl Orange), pada titik akhir titrasi larutan terdapat warna merah oranye.10

11Menurut Harjadi (1986) reaksi dalam standarisasi larutan HCl dengan borax adalahNa2B4O7.5H2O(aq)+ 2HCl(aq)2NaCl(s)+ 4H3BO3(aq)(Harjadi, 1986)Hasil N HCl kelompok D1 hingga D3 berbeda-beda. Mulai dari 0,061 hingga 0,078. Halini disebabkan karena volume HCl yang digunakan dalam proses titrasi juga berbeda-beda. Volume HCl yang didapat setiap kelompok berbeda dan dipengaruhi juga tingkatketelitian dalam melakukan titrasi dan membaca volume HCl dalam buret yang tidaktepat (kesalahan paralax).5.2.Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam OksalatDari hasil percobaan standarisasi larutan NaOH dengan Asam Oksalat, NaOH padapercobaan ini sebagai larutan standar sekunder dan diletakkan dalam buret sebagaipenitran. Sedangkan asam oksalat sebagai larutan standar primer yang diletakkan dalamlabu erlenmeyer sebagai zat yang akan dititrasi. Karena NaOH adalah basa makapercobaan ini merupakan analisa alkalimetri (Petrucci, 1992). Indikator yang digunakandalam percobaan ini adalahphenolphtalein (PP) yang mempunyai rentang pH8,0 – 9,6.Dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadiberwarna merah muda (Brady,1998).Tujuan dari proses standarisasi larutan NaOH dengan menggunakan asam oksalat iniadalah untuk menentukan secara teliti konsentrasi larutan NaOHDalam percobaan ini digunakan asam oksalat sebanyak 0,6 gram dan diukur dengangelas arloji dengan menggunakan timbangan analitik. Kemudian asam oksalatdiencerkan dalam labu takar dengan aquades hingga 100 ml. 10 ml larutan tersebutdiambil, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahi 2 tetes indikator PP(phenolpthalein). Larutan NaOH yang berperan sebagai larutan standar sekunderdimasukkan kedalam buret dan dicatat volumenya, proses titrasi dimulai. Proses titrasidihentikan setelah terjadi perubahan warna pada larutan dari tidak berwarna menjadimerah muda. Percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali.Normalitras NaOH dapat dihitung dengan menggunakan rumus:mgoksalatBM×val=V NaOH x N NaOH x Fp

12Pada percobaan standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat, reaksi yang terjadiadalah :2NaOH(aq)+ H2C2O4.2 H2ONa2C2O4(aq)+ 4 H2O(l)Berdasarkan dari data hasil percobaan yang telah dilakukan dan perhitungan yangdilakukan seusai percobaan dapat terlihat seperti yang ada pada Tabel 2, volume rata-rata NaOH yang digunakan untuk titrasi adalah 6,85 ml. Pada titik akhir titrasi larutanterdapat warna merah muda keunguan.

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

End of preview. Want to read all 20 pages?

Upload your study docs or become a

Course Hero member to access this document

Titrasi adalah penambahan larutan baku (larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke dalam larutan lain dengan bantuan indikator sampai tercapai titik ekuivalen. Titrasi dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi.

Suatu asam yang mempunyai pH kurang dari 7 jika ditambah basa yang pH–nya lebih dari 7, maka pH asam akan naik, sebaliknya suatu basa jika ditambah asam, maka pH basa akan turun. Apabila penambahan zat dilakukan tetes demi tetes kemudian dihitung pH–nya akan diperoleh kurva titrasi, yaitu grafik yang menyatakan pH dan jumlah larutan standar yang ditambah.

a.  Berdasarkan kurva titrasi pada soal, diketahui bahwa pH larutan awal adalah 1, dan perlahan-lahan pH mulai naik hingga mencapai titik ekivalennya. Dengan demikian, maka larutan yang dititrasi adalah larutan asam kuat dengan pH = 1. Asam kuat ini dapat berupa larutan , ,  maupun .

b. Larutan yang dititrasi merupakan larutan asam kuat, karena pH larutan awal adalah 1, sedangkan larutan yang digunakan untuk menitrasi adalah larutan basa kuat  0,1 M. Hal ini dapat diketahui dari sumbu X (mendatar) pada kurva, yang menunjukkan bahwa larutan basa kuat  0,1 M yang menitrasi larutan asam.

c. Kurva titrasi di atas merupakan kurva titrasi dari basa kuat  0,1 M dan asam kuat dengan pH = 1. Untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, besarnya pH saat titik ekuivalen adalah 7. Pada pH ini asam kuat tepat habis bereaksi dengan basa kuat, sehingga larutan yang terbentuk adalah air dan garam yang bersifat netral.

d. Pada grafik, diperlihatkan ciri penting dari kurva titrasi asam kuat-basa kuat bahwa pH berubah secara lambat sampai dekat titik ekuivalen. Penambahan  menyebabkan harga pH naik sedikit demi sedikit. Namun, pada titik ekuivalen, pH meningkat sangat tajam kirakira 6 unit (dari pH 4 sampai pH 10) hanya dengan penambahan 0,1 mL (± 2 tetes). Setelah titik ekuivalen, pH berubah amat lambat jika ditambah . Dengan demikian, maka jika jumlah penetrasi berlebih, maka pH larutan akan >7.

e. Indikator-indikator yang perubahan warnanya berada dalam bagian terjal kurva titrasi ini, yaitu indikator yang mempunyai trayek pH antara 4 sampai 10 cocok digunakan untuk titrasi tersebut. Indikator yang dapat digunakan pada titrasi ini adalah metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein. Tetapi, larutan indikator yang paling cocok adalah fenolftalein. Hal ini karena fenolftalein memiliki trayek pH 8,3–10,0 dan perubahan warna yang mencolok, yaitu dari tidak berwarna menjadi merah. Penggunaan fenolftalein pada titrasi asam kuat-basa kuat akan memperlihatkan perubahan warna merah seulas saat tercapai titik akhir titrasi.


Jadi, larutan yang dititrasi adalah larutan asam kuat, larutan yang digunakan untuk menitrasi adalah larutan  0,1 M, pH saat titik ekuivalen adalah 7, jika jumlah penetrasi berlebih, maka pH larutan akan >7 dan larutan indikator yang paling cocok adalah fenolftalein.