Tumbuhan yang termasuk keanekaragaman tingkat jenis spesies adalah

Apabila kalian melakukan perjalanan menuju sekolah, perhatikan sejenak alam sekitar kita. Banyak macam tumbuhan dan hewan yang dapat kalian jumpai. Dari kelompok tumbuhan ada cemara, akasia, pisang, rambutan, mawar, bougenvil, ilalang dan lain-lain. Dari kelompok hewan ada sapi, kucing, merpati, kupu-kupu, bebek, cicak dan lain-lain. Sungguh Maha Sempurna Allah yang telah menciptakan mahluk hidup yang beraneka ragam.

Jika kalian perhatikan lebih seksama lagi terhadap satu jenis (spesies) tumbuhan saja, kalian sudah menemukan keanekaragamannya baik dari segi ukuran, warna maupun bentuk. Keanekaragaman  yang ditemui dalam satu spesies tersebut  dinamakan variasi. Misalnya warna pada bunga bougenvil, ada ungu, putih, oranye dan merah atau warna pada rambut kucing ada coklat, putih, abu-abu, hitam dan belang. Tahukah kalian, mengapa mahluk hidup bisa beraneka ragam dan mengapa bisa ada variasi dalam satu jenis?  Untuk tahu jawabannya simak hingga tuntas uraian berikutnya.

A. TINGKAT KEANEKARAGAMAN HAYATI

Keanekaragaman hayati meliputi berbagai macam tumbuhan, hewan, mikroorganisme, termasuk gen-gen yang dimilikinya dan ekosistem yang mendukung kehidupannya. Secara garis besar keanekaragaman hayati dibagi menjadi tiga tingkat yaitu keanekaragaman gen, spesies dan ekosistem.

Keanekaragaman gen merupakan variasi gen dalam satu spesies, baik di antara individu-individu dalam satu populasi maupun di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografis. Variasi gen timbul karena setiap individu memiliki gen yang khas. Gen adalah informasi genetik yang berkaitan dengan sifat (karakter) yang diwariskan oleh induk terhadap keturunannya.

Kekhasan gen setiap individu ada pada susunannya, meskipun perangkat dasarnya sama. Susunan gen setiap individu merupakan kombinasi dari susunan gen kedua induknya. Akibatnya, tidak ada individu yang sifatnya sama persis dengan salah satu induknya atau dengan keturunan yang lain.

Di sisi lain, perbedaan susunan gen juga terjadi karena adanya mutasi. Penangkar hewan dan tanaman pertanian memanfaatkan proses mutasi ini untuk mendapatkan varietas-varietas baru yang bersifat unggul.

Tumbuhan yang termasuk keanekaragaman tingkat jenis spesies adalah

Contoh keanekaragaman gen pada tumbuhan yang dijumpai pada spesies pisang (Musa acuminata) adalah variasi-variasi dari spesies ini seperti pisang ambon, pisang emas, pisang susu dan lain-lain. Contoh pada hewan, dijumpai variasi-variasi pada spesies merpati (Columba livia), seperti merpati karang liar dan merpati karang domestik termasuk di dalamnya merpati balap dan merpati tinggian (lihat gambar 2.1).

2. Keanekaragaman Spesies

Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi. Kenekaragaman spesies lebih mudah diamati karena memperlihatkan perbedaan ciri-ciri fisik yang begitu kentara dan juga memperlihatkan perbedaan lingkungan hidupnya meskipun termasuk dalam genus (marga) yang sama. Misalnya pada marga pisang-pisangan (Musa), ada pisang ambon (Musa acuminata), pisang manila/abaka (Musa textilis) dan pisang hias (Musa ornota).

Tumbuhan yang termasuk keanekaragaman tingkat jenis spesies adalah

Perhatikan gambar 2.2, amati perbedaan bentuk dan warna bunganya (jantung). Ketiga pisang tersebut juga memiliki perbedaan pada ukuran batang serta memiliki kegunaan yang berbeda, pisang ambon sebagai sumber pangan, pisang manila sebagai sumber sandang dan pisang hias memiliki nilai estetis.

3. Keanekaragaman Ekosistem

Tidak ada satu pun mahluk hidup di bumi yang tidak membutuhkan lingkungannya. Secara alamiah, mahluk hidup akan melakukan hubungan timbal balik (interaksi) dengan lingkungannya atau yang sering dikenal dengan istilah ekosistem. Perhatikanlah berbagai jenis mahluk hidup ada yang hidup di ekosistem yang beranekaragam seperti  hutan bakau, hutan hujan tropis, danau, padang rumput dan lain-lain. Tapi, tahukah kalian mengapa ekosistem bisa beranekaragam? Agar kalian tahu jawabannya, simaklah uraian berikutnya!

Di dalam komunitas biologi, setiap spesies memainkan peranan yang berbeda dan memiliki kebutuhan yang khas untuk tetap survive. Misalnya, spesies tumbuhan tertentu akan tumbuh sangat baik pada tanah dengan keadaan kelembaban dan cahaya matahari tertentu, dapat melakukan penyerbukan hanya dengan bantuan serangga tertentu, dan bijinya hanya dapat disebarkan oleh spesies burung tertentu. Demikian halnya dengan hewan, memiliki jenis pakan dan tipe lingkungan untuk beristirahat tertentu yang disukai. Selanjutnya struktur dan karakteristik komunitas biologi, dipengaruhi oleh lingkungan fisik seperti temperatur, hujan dan karakteristik permukaan tanah. Suatu lokasi apakah akan menjadi hutan, padang rumput, padang pasir atau lahan basah ditentukan oleh lingkungan fisik.  Sebaliknya, komunitas biologi juga dapat mengubah ciri-ciri fisik suatu lingkungan. Vegetasi setempat, dapat memengaruhi kecepatan angin, kelembaban dan temperatur setempat.  Jadi antara spesies, komunitas dan kondisi lingkungan fisik, ketiganya memengaruhi keanekaragaman ekosistem.

B. KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA

Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia. Tingginya keanekaragaman hayati tidak terlepas dari latar belakang iklim, aspek geografi kepulauan dan sejarah geologi.

Indonesia merupakan daerah tropis yang iklimnya stabil sepanjang tahun. Kestabilan iklim ini berakibat  pada  terbentuknya habitat dan relung yang lebih banyak daripada daerah non tropis.  Aspek geografi kepulauan yang menunjang tingginya keanekaragaman hayati diantaranya ukuran pulau, ketinggian dan lokasi geografi. Indonesia memiliki banyak pulau-pulau yang bervariasi, dari yang sempit sampai yang luas, dari dataran rendah hingga pegunungan tinggi mampu menunjang kehidupan flora, fauna dan mikroorganisme yang beranekaragam. Lokasi geografi Indonesia yang berada di antara dua benua  yaitu Asia dan Australia, menyebabkan kepulauan Indonesia dilintasi oleh dua pusat distribusi (Oriental dan Australia). Demikian  pula dengan sejarah geologi, dimana diperkirakan bahwa pada masa Pleistosen (satu juta tahun yang lalu) pernah terjadi penyatuan daratan antara pulau-pulau di Indonesia, sehingga memungkinkan adanya perpaduan spesies khas Asia dan Australia.

  1. Tingginya Keanekaragaman Hayati Indonesia

Dalam hal keanekaragaman gen, Indonesia dapat diunggulkan. Secara alami, berbagai spesies tumbuhan seperti anggrek, jambu air dan matoa memiliki individu-individu yang beranekaragam. Apalagi pada tanaman budidaya, seperti durian, rambutan dan pisang. Jenis-jenis tersebut memiliki kerabat liar yang masih hidup di hutan.

Akan halnya keanekaragaman spesies yang mencakup kekayaan hayati tumbuhan, satwa dan mikroorganisme, Indonesia mempunyai kedudukan terkemuka di dunia. Lihat Tabel 2.1, pada tahun 1993 saja, BAPPENAS telah memperkirakan Indonesia telah memiliki sejumlah besar spesies.

Tumbuhan yang termasuk keanekaragaman tingkat jenis spesies adalah

Pada tingkat ekosistem, tidak kurang dari 47 tipe ekosistem yang berbeda, baik alami maupun buatan terdapat di bumi Indonesia. Tipe ekosistem ini mulai dari ekosistem gunung es dan padang rumput alpin di pegunungan tinggi di Papua, ekosistem hutan hujan tropis dan dari lahan pamah sampai komunitas rumput laut dan terumbu karang, serta ekosistem laut sedalam 8000 m.

2. Keanekaragaman Flora di Indonesia

Meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,32 % seluruh luas daratan yang ada di dunia, namun Indonesia memiliki 10 % spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia (lihat kembali Tabel 2.1). Kekayaan spesies tumbuhan ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Sebagai kebanggaan akan kekayaan alami tersebut, Indonesia melalui Keputusan Presiden Tahun Nomor 4 Tahun 1993 tentang satwa dan bunga nasional, menetapkan tiga spesies bunga sebagai bunga nasional, yaitu bunga melati (Jasminum sambac) sebagai Puspa Bangsa, bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai Puspa Pesona dan bunga padma raksasa (Rafflesia arnoldii) sebagai Puspa Langka.

Selain itu, berasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 1989 tanggal 1 September 1989 tentang Pedoman Penetapan Identitas Flora dan Fauna Daerah, ditetapkan pula lambang flora provinsi yang melambangkan tiap-tiap provinsi Indonesia (lihat Tabel 2.2).

Tumbuhan yang termasuk keanekaragaman tingkat jenis spesies adalah

3. Keanekaragaman Fauna di Indonesia

Kekayaan fauna di Indonesia sangat tinggi, Indonesia memiliki 12% spesies binatang menyusui yang ada di dunia, 16% reptil dan amfibi, 17% burung, 25% ikan dan 15% serangga (lihat kembali Tabel 2.1). Sejumlah besar fauna tersebut tersebar di wilayah Indonesia dengan kekhasan spesies di tiap-tiap wilayah.

  1. Persebaran Fauna di Indonesia

Fauna di Indonesia ditemukan berbeda di antara kawasan Indonesia. Perbedaan fauna di Indonesia pertama kali diamati oleh Alfred Russel Wallace dan disempurnakan oleh Max Carl Wilhelm Weber atau Max Wilhelm Carl Weber.

Alfred Russel Wallace, seorang ahli zoobiogeografi, sangat terkesan dengan perbedaan yang mencolok antara fauna terutama burung yang ditemuinya di Bali dan di Lombok, padahal kedua pulau tersebut berdekatan. Burung yang ditemukan di Bali cenderung sama dengan burung yang berada di pulau Jawa dan Sumatra, sedangkan burung yang ditemui di Lombok cenderung sama dengan burung yang berada di Papua.  Wallace, kemudian menghipotesiskan sebuah garis imajiner yang memanjang mulai dari Selat Lombok ke utara hingga melewati Selat Sulawesi dan Filipina Selatan (lihat gambar 2.3). Garis ini kemudian dikenal Garis Wallace.

Tumbuhan yang termasuk keanekaragaman tingkat jenis spesies adalah

Sama halnya dengan Wallace, Weber juga seorang ahli zoobiogeografi. Weber mengamati bahwa semakin menuju ke arah timur dari kepulauan nusantara, maka fauna bercirikan Asia semakin berkurang, sebaliknya, fauna bercirikan Australia semakin banyak. Weber juga kemudian menghipotesiskan sebuah garis imajiner antara Timor dan Australia dan antara Sulawesi (Celebes) dan Papua (lihat gambar 2.3). Garis ini kemudian dinamakan Garis Weber.

Dengan adanya dua garis imaginer yaitu Garis Wallace dan Garis Weber, kemudian para ahli zoobiografi menyebut daerah antara kedua garis tersebut sebagai Zona Wallacea. Dengan demikian, persebaran fauna di Indonesia terbagi menjadi 3 kawasan, yaitu:

  • Kawasan Barat meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali dengan fauna tipe Oriental (Asia).
  • Kawasan Tengah/Wallacea meliputi Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara dengan tipe fauna peralihan.
  • Kawasan Timur meliputi Papua dan Kepulauan Aru dengan fauna tipe Australasia (Australia).

2. Fauna Identitas Nasional dan Provinsi di Indonesia

Sama halnya dengan flora, Indonnesia menetapkan tiga fauna identitas nasional  dan juga menetapkan fauna identitas tiap-tiap provinsi. Fauna yang ditetapkan sebagai fauna identitas nasional yaitu Komodo (Varanus komodoensis) sebagai satwa nasional, Siluk merah atau Arwana Asia (Scleropages formosus) sebagai satwa pesona dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) sebagai satwa langka. Sedangkan fauna identitas provinsi tampak sebagaimana Tabel 2.3.

Tumbuhan yang termasuk keanekaragaman tingkat jenis spesies adalah

3. Keanekaragaman Mikroorganisme Kelompok Khamir di Indonesia

Khamir adalah mikroorganisme yang tergolong dalam Kingdom Fungi. Habitat khamir sangatlah luas meliputi daratan, lautan dan udara. Di alam, khamir hidup sebagai saprofit dan berperan penting dalam siklus biogeokimia pada ekosistem. Selain sebagai saprofit, khamir dapat hidup sebagai epifit, endofit dan parasit.

Khamir di dunia ditemukan sebanyak sekitar 1500 spesies. Di antara 89 genera khamir, sebanyak 37 genera (42%) ditemukan di Indonesia. Penelitian keanekaragaman khamir bermula dari makanan fermentasi tradisional kemudian berkembang ke produk makanan seperti dadih, sosis ikan, tuak dan tape singkong. Genera khamir yang ditemukan meliputi Candida, Debaryomyces, Dekkera, Endomycopsis, Geotrichum, Hanseniaspora, Hansenula, Kluyveromyces, Leucosporodium, Malassezia, Nadsonia, Pichia, Saccharomyces, Saccharomycopsis, Schizoaccharomyces, Schwanniomyces, Sporidiobolus, Torulaspora, Torulopsis, Trichosporon dan  Zygoaccharomyces.

Jangan lupa tonton video pembelajarannya juga, agar kalian lebih paham lagi tentang tingkat keanekaragaman hayati dan persebaran fauna dan flora di Indonesia. Dimana nontonnya? Klik video di bawah ini saja!

C. KEUNIKAN HUTAN HUJAN TROPIS

Hutan  Indonesia  merupakan   hutan  tropis  yang  terluas ketiga  di  dunia  setelah  Brazil  dan  Republik Demokrasi  Kongo. Hutan tropis di Indonesia termasuk hutan hujan tropis yaitu hutan yang selalu basah atau lembab. Hutan hujan tropis merupakan salah satu ekosistem yang memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan ekosistem lain.

  1. Vegetasi Hutan Hujan Tropis

Keanekaragaman spesies flora dan fauna yang ada di hutan hujan tropis sangat tinggi. Jumlah spesies pohon yang ditemukan dalam hutan hujan tropis lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan pada ekosistem yang lainnya.

Hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis dengan  tinggi tajuk paling atas rata-rata adalah 45 m dan ini paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya. Tajuk pohon ini sangat rapat membentuk kanopi dan tampak hijau sepanjang tahun. Di sekitar pohon tampak adanya tumbuh-tumbuhan yang memanjat, menggantung  dan menempel pada dahan-dahan pohon, misalnya rotan, anggrek dan paku-pakuan. Keadaan ini semakin menambah rapat hutan dan menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus dan mencapai dasar hutan, sehingga tetumbuhan di lapis bawah terbatas keberadaannya kecuali spesies tumbuhan herba dan semak yang telah beradaptasi dengan baik untuk tumbuh di bawah naungan.

Lain halnya dengan organisme yang tidak begitu memerlukan cahaya, seperti beraneka macam kapang dan organisme pengurai (dekomposer) lainnya tumbuh berlimpah ruah. Dedaunan, buah-buahan, ranting, bahkan batang kayu yang rebah, segera menjadi busuk diuraikan oleh dekomposer tersebut.

  1. Zonasi Hutan Hujan Tropis Berdasarkan Ketinggian Tempat

Hutan hujan tropis pada tiap-tiap zona ketinggian memiliki spesies yang spesifik yang mendominasi. Berdasarkan ketinggian tempat, hutan hujan tropis di Indonesia dibagi menjadi 3 zona yaitu:

a. Zona 1 (Zona Hutan Hujan Bawah)

Zona ini terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 0 -1.000 m dari permukaan laut. Penyebaran hutan hujan bawah meliputi  Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi dan beberapa pulau di Maluku misalnya  pulau Taliabu, Mangole, Mandioli, Sanan, dan Obi.

Hutan hujan bawah didominasi oleh spesies pohon anggota familia Dipterocarpaceae terutama anggota genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatiea, Dryobalanops dan Cotylelobium, sehingga hutan hujan bawah disebut juga hutan Dipterocarps. Spesies pohon lain yang dapat dijumpai adalah anggota famili Lauraceae, Myrtaceae, Myristicaceae dan Ebenaceae serta pohon-pohon anggota genus Agathis, Koompasia dan Dyera.

Tumbuhan yang menghuni hutan hujan bawah di Jawa dan Nusa Tenggara adalah spesies pohon anggota genus Altingia, Bischofia, Castanopsis, Ficus dan Gossampinus  serta spesies-spesies pohon dari famili Leguminosae. Adapun hutan hujan bawah di Sulawesi, Maluku dan Papua merupakan hutan campuran yang didominasi oleh spesies pohon Palaquium spp., Pometia pinnata, Intsia spp., Diospyros spp., Koordersiodendron pinnatum, dan Canarium spp. Spesies-spesies tumbuhan merambat yang banyak dijumpai adalah anggota famili Apocynaceae, Araceae dan berbagai spesies rotan (Calamus spp.).

b. Zona 2 (Zona Hutan Hujan Tengah)

Zona ini terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 1.000 – 3.300 m dari permukaan laut. Penyebaran hutan hujan tengah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, sebagian daerah Indonesia Timor, di Aceh dan Sumatra Utara.

Secara umum, hutan hujan tengah didominasi oleh genus Quercus, Castanopsis, Nothofagus, dan spesies pohon anggota famili Magnoliaceae. Akan tetapi, di beberapa daerah, hutan hujan tengah menunjukan adanya spesies yang khas. Misalnya di Aceh dan Sumatra Utara terdapat spesies pohon Pinus merkusii, di Jawa Tengah terdapat spesies pohon Albizzia montana dan Anaphalis javanica, di beberapa daerah Jawa Timur terdapat spesies pohon Cassuarina spp., di Sulawesi terdapat kelompok spesies pohon anggota genus Agathis dan Podocarpus. Di sebagian daerah Indonesia Timur terdapat spesies pohon anggota genus Trema, Vaccinium dan pohon Podocarpus imbricatus, sedangkan spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae hanya terdapat pada daerah-daerah yang memiliki ketinggian tempat 1.200 m dpl.

c. Zona 3 (Zona Hutan Hujan Atas)

Zona ini terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 3.300 – 4.100 m dari permukaan laut. Penyebaran hutan hujan atas hanya di Papua dan di sebagian daerah Indonesia Barat.

Hutan hujan atas pada umumnya berupa kelompok hutan yang terpisah-pisah oleh padang rumput dan belukar. Hutan hujan atas di Papua dihuni banyak spesies pohon Conifer (pohon berdaun jarum) genus Dacrydium, Libecedrus, Phyllocladus dan Podocarpus dan dijumpai pula spesies pohon Eugenia spp. dan Calophyllus. Sedangkan di sebagian daerah Indonesia Barat dijumpai juga kelompok­-kelompok tegakan Leptospermum, Tristania, dan Phyllocladus yang tumbuh dalam ekosistem hutan hujan atas pada daerah yang memiliki ketinggian tempat lebih dari 3.300 m di atas permukaan laut.

D. PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA

Bagaimana pendapatmu mengenai keanekaragaman hayati di Indonesia? Menakjubkan dan mengagumkan, bukan? Syukurilah nikmat Allah ini tidak hanya dengan ucapan tapi lakukan dengan tindakan. Jagalah kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia agar tidak punah. Ambilah manfaatnya sebaik mungkin tanpa merusaknya.

  1. Pelestarian/Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Segala bentuk kebutuhan manusia baik pangan, sandang, papan maupun kepuasan ditopang oleh lingkun hayati. Maka tak pelak lagi, kita harus berusaha memelihara kelestariannya. Perlu kita sadari, bahwa saat ini, banyak spesies hewan dan tumbuhan di Indonesia berada di ambang kepunahan, oleh karena itu usaha konservasi keanekaragaman hayati yang  menjadi tanggung jawab semua warga negara perlu ditingkatkan.

Krisis keanekaragaman hayati yang berujung kepada kepunahan beberapa spesies perlu diantisipasi. Kita perlu mendukung usaha-usaha pemerintah dalam strategi konservasi keanekaragaman hayati. Ada dua strategi yang dilakukan yaitu strategi konservasi in-situ dan ex-situ. Konservasi in-situ yaitu perlindungan spesies dalam habitat alaminya, seperti perlindungan komodo di Pulau Komodo, perlindungan badak bercula satu di Ujung Kulon dan perlindungan bunga suweg raksasa di Bengkulu. Sedangkan konservasi ex-situ yaitu yaitu perlindungan spesies di luar habitatnya, seperti kebun binatang, kebun raya dan aquarium. Konservasi in-situ dan ex-situ merupakan strategi yang saling melengkapi. Individu dari populasi ex-situ dapat secara berkala dilepaskan ke habitat alaminya untuk mendukung konservasi in-situ. Sebaliknya, konservasi in-situ berpotensi menjadi pemasok persediaan spesies bagi kebun binatang, kebun raya dan aquarium.

Secara umum, bentuk-bentuk konservasi meliputi tiga hal pokok yaitu pengelolaan kawasan konservasi, koleksi hidup dan bank benih (seed banks).

  1. Pengelolaan Kawasan Konservasi

Berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1990, kawasan yang dilindungi (kawasan konservasi) bagi pelestarian alam, terbagi atas dua kelompok utama yaitu, Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, dan di samping itu terdapat pula hutan yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan, yaitu Hutan Lindung.

Terdapat dua macam kawasan yaitu Cagar Alam dan Suaka Margasatwa. Cagar Alam umumnya berukuran kecil, habitatnya rapuh sehingga hanya digunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan yang menunjang budidaya. Sedangkan Suaka Margasatwa umumnya berukuran sedang dengan habitat yang relatif utuh, sehingga dapat difungsikan untuk melestarikan keanekaragaman atau keunikan jenis satwa.

Kawasan pelestarian alam hampir sama dengan kawasan suaka alam ditambah fungsinya sebagai sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang dapat dimanfaatkan secara lestari.Termasuk dalam kelompok kawasan pelestarian alam ini adalah Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Taman Nasional adalah kawasan yang mempunyai ekosistem asli dan dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, kegiatan yang menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Hutan Raya adalah kawasan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan yang dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan dan kegiatan yang menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi.

Merupakan kawasan hutanyang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air dan menjaga kesuburan tanah.

2) Koleksi Hidup

Termasuk koleksi hidup yaitu kebun raya, kebun binatang dan akuarium. Kebun raya merupakan koleksi tetumbuhan hidup, contohnya Kebun Raya Bogor, Jawa  barat dan Kebun Raya Purwodadi, Jawa Timur. Kebun Binatang merupakan koleksi satwa hidup dengan tujuan utama untuk menampung dan menangkarkan populasi satwa langka maupun terancam punah, contohnya Kebun Binatang Ragunan, Jakarta dan Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta.  Akuarium merupakan koleksi satwa perairan hidup yang penting bagi konservasi bangsa cetacea (mamalia laut) seperti lumba-lumba, paus dan duyung yang genting dan terancam punah, contohnya akuarium laut Sea World, Jakarta.

3) Bank Benih

Bank benih merupakan cara lain upaya pelestarian keanekaragaman hayati dengan melakukan koleksi benih. Bank benih berisi cadangan benih bagi koleksi hidup. Benih tumbuhan sebagian berasal dari alam  dan sebagian dari budidaya yang disimpan dalam kondisi dingin dan kering di bank benih untuk jangka waktu yang panjang. Pada hewan, benih yang disimpan berupa sel sperma (sel kelamin jantan). Sperma tersebut dibekukan dan disimpan untuk jangka waktu yang panjang.

2. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Pernahkah terpikir oleh kalian bahwa hampir seluruh kehidupan kalian tergantung oleh sumber daya alam hayati? Baik secara langsung maupun tak langsung dan untuk konsumsi maupun non konsumsi, keanekaragaman hayati memberikan nilai manfaat yang besar bagi kelangsungan hidup manusia.

a. Manfaat Langsung Keanekaragaman Hayati

Nilai manfaat langsung disebut juga nilai komoditas merupakan nilai langsung pemanfaatan produk alam yang dipanen.  Pemanfaatan ini bisa sebagai sumber pangan, sandang, papan, apotik alamiah maupun estetika. Untuk lebih jelasnya, simak uraian manfaat langsung keanekaragaman hayati berikut!

Banyak sekali sumber daya alam hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan.  Sumber Karbohidrat ditemukan pada padi (Oryza sativa), singkong (Manihot utilisima), kentang (Solanum tuberosum), kurma (Phoenix dactylifera). Sumber Protein terdapat pada kacang hijau (Phaseolus vulgaris), kecipir (Psophocarpus tetragonolobus), daging ayam (Gallus gallus), kepiting (Scylla serata) dan alga Spirullina maxima. Sumber Lemak dapat dijumpai pada kelapa (Cocos nucifera), zaitun (Olea europaea),  kelapa sawit (Elaeis quineensis), daging kambing (Capra aegagrus) dan cumi-cumi (Loligo pelaii). Sumber Vitamin dapat ditemukan dalam wortel (Daucus carota), jeruk bali (Citrus maxima), tomat (Solanum lycopersicum), pepaya (Carica papaya) dan apel (Malus domestica). Sumber mineral ditemukan pada bayam (Amaranthus tricolor), kangkung (Ipomoea aquatica), pisang mas (Musa acuminata), kedele (Glycine max) dan  susu sapi (Bos taurus).

Beberapa sumber daya alam hayati dapat dimanfaatkan sebagai bahan sandang. Bahan sandang dari tumbuhan misalnya, kapas (Gossypium hirsutum), kapuk randu (Ceiba pentandra), serat pisang manila (Musa textilis). Sedangkan bahan sandang dari hewan misalnya, benang ulat sutera (Bombyx mori) dan rambut domba (Ovis aries).

Beberapa hasil hutan banyak dimanfaatkan sebagai sumber papan, apakah untuk bahan bangunan, perabotan maupun tali temali. Beberapa jenis hasil hutan yang dimanfaatkan sebagai sumber papan antara lain, jati (Tectona grandis), meranti (Shorea acuminata), eboni (Diospyros celebica), pinus (Pinus merkusii) dan rotan (Calamus caesius).

Lingkungan alami merupakan sumber penting bagi bahan obat-obatan. Secara tradisional, masyarakat telah memanfaatkan beberapa sumber daya alam hayati untuk obat. Demikian pula di dunia kedokteran, beberapa obat mengandung bahan aktif yang berasal dari tumbuhan dan mikroorganisme. Sumber daya alam hayati yang biasanya di Indonesia digunakan sebagai bahan obat antara lain jahe (Zingiber officinale), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), habat sa’uda atau jintan hitam (Nigella sativa), buah merah (Pandanus conoideus) dan antibiotik penicillin yang dihasilkan oleh Penicillium notatum.

Nilai estetis  banyak dijumpai dalam keanekaragaman hayati baik tumbuhan maupun hewan. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias diantaranya pisang kipas (Ravenala madagascariensis), bunga bugenvil (Bougainvillea glabra), bunga gelombang cinta (Anthurium plowmanii), pinang (Cyrtostachys renda) dan kamboja jepang (Adenium obesum). Nilai estetis pada hewan didapat dari warna, bentuk maupun suara. Ikan cupang petarung (Betta splendens), kucing Anggora (Felis silvetris), burung merak hijau (Pavo muticus) memiliki nilai estetis dari segi bentuk dan warna. Ayam ketawa (Gallus gallus), burung beo (Gracula religiosa) dan burung perkutut (Geopelia striata) memiliki nilai estetis dari segi suara.

b. Manfaat Tidak Langsung Keanekaragaman Hayati

Nilai manfaat tidak langsung dari keanekaragaman hayati, diperhitungkan dari sumber yang tidak dipanen langsung dan pemanfaatannya tidak merusak sumber daya itu sendiri, disebut juga manfaat nonkonsumtif. Berikut manfaat tidak langsung keanekaragaman hayati:

  • Berlangsungnya Produktivitas ekosistem

Semua organisme tak terkecuali manusia memerlukan energi untuk pertumbuhan, perkembangan dan beberapa proses fisika-kimia di dalam tubuhnya. Di dalam ekosistem, tumbuhan dan alga menggunakan energi cahaya matahari untuk fotosintesis yang menghasilkan molekul organik yang kaya akan energi  untuk kemudian dirombak kembali  untuk memproduksi ATP.  Energi yang tersimpan di dalam tumbuhan dan alga tersebut kemudian berpindah ke organisme konsumen melalui jaring-jaring makanan. Pada akhirnya, beberapa tumbuhan, alga dan hewan ini akan menjadi produk yang dipanen manusia.

  • Perlindungan air dan tanah

Suatu komunitas di dalam ekosistem memiliki peran penting dalam melindungi resapan air, melindungi ekosistem dari banjir dan kekeringan serta memelihara kualitas air. Tajuk pepohonan dan daun-daun kering yang tergeletak di tanah, mengurangi dampak tampias air hujan terhadap tanah, akar tanaman serta organisme tanah. Selanjutnya, organisme tanah memegang peran penting yaitu mengalirkan udara di dalam tanah serta berfungsi menambah kapasitas tanah untuk menyerap air.

Jika suatu ekosistem terganggu oleh penebangan kayu, pertanian dan aktivitas manusia yang lainnya, maka erosi tanah dan longsor akan meningkat cepat. Akibat  erosi akan menimbulkan beberapa masalah seperti:  a) Menghanyutkan lapisan tanah yang kaya akan hara, sehingga tanah tidak lagi subur. b) Membuat air tidak layak lagi sebagai air minum bagi manusia sehingga menurunkan kualitas kesehatan. c) Menyebabkan terbentuknya gundukan di daerah sungai dan pelabuhan sehingga mengganggu navigasi.

Vegetasi yang turut menyusun ekosistem, sangat penting dalam mengatur kondisi iklim lokal, regional maupun global. Pada tingkat lokal,  pepohonan memberi suasana teduh dan mampu menahan air, sehingga dapat mengurangi temperatur lokal  saat cuaca begitu panas. Pada tingkat regional, tetumbuhan akan melakukan proses transpirasi dimana uap air akan dilepas ke atmosfer. Uap air  tersebut kemudian akan kembali lagi dalam bentuk hujan. Pada tingkat global, berkurangnya vegetasi pada pelbagai ekosistem, menyebabkan kandungan karbon dioksida yang terserap juga sedikit sehingga kadar karbon dioksida di udara mengalami peningkatan dan pada akhirnya menyebabkan pemanasan global.

  • Indikator Kualitas Lingkungan

Spesies yang sensitif terhadap racun, dapat dijadikan indicator kualitas lingkungan. Sebagaimana halnya lumut kerak (lichen), dapat menyerap sejumlah besar zat kimia dari air hujan  dan polusi udara. Jika distribusi lichen rendah ataupun didapati lichen musnah berarti ekosistem setempat mengandung polutan udara yang sangat tinggi.

Ekosistem yang tertata dan dengan sejumlah biota yang terjaga, dapat dijadikan sarana untuk berekreasi. Aktivitas-aktivitas rekreasi seperti mendaki gunung, fotografi, menikmati keindahan terumbu karang merupakan bentuk pemanfaatan tak langsung keanekaragaman hayati.

  • Sarana Pendidikan dan Keilmuan

Alam dengan keanekaragaman hayatinya, dapat dijadikan sebagai sumber materi pendidikan yang dituangkan dalam bentuk buku, artikel majalah atau video pembelajaran. Para peneliti juga memanfaatkan keanekaragaman hayati bagi kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Untuk menambah pengetahuan kalian tentang manfaat keanekaragaman hayati, kalian bisa tonton video berikut: