Siapakah 3 tokoh ilmuwan Muslim yang terkenal di bidang kedokteran pada masa Bani Abbasiyah?

3 tokoh cendekiawan Muslim di bidang ilmu kedokteran. Foto: Unsplash

Sebutkan tiga tokoh cendekiawan Muslim di bidang ilmu kedokteran! Siapa sajakah mereka? Untuk mengetahuinya, simak informasi berikut ini.

Tidak hanya ulama, agama Islam telah melahirkan banyak ilmuwan yang ahli di bidangnya. Salah satunya adalah bidang kedokteran.

Menyadur dari halaman resmi dari RSUD Kertosono, masa keemasan Islam terbentang di antara abad ke-8 hingga 15. Hal ini juga secara tidak langsung menjadi salah satu pertanda bahwa ilmu pengetahuan telah semakin berkembang.

Ilmu kedokteran Islam menjunjung tinggi kepercayaan terhadap Al-Quran dan hadis yang menyatakan bahwa para Muslim memiliki tugas untuk merawat yang sakit. Istilah tersebut juga disebut dengan Pengobatan Rasul.

Menurut Hadis Nabi Muhammad, Allah telah menetapkan obat bagi setiap penyakit dan tugas seorang Muslim untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani.

Sebelumnya, banyak perdebatan yang dibahas mengenai boleh atau tidaknya para dokter Muslim untuk menggunakan teknik pengobatan yang berasal dari Yunani, China, dan India, yang dipandang orang banyak sebagai praktik paganisme.

Namun, pada akhirnya, kesepakatan telah memberikan kebebasan untuk mempelajari serta mengadopsi teknik-teknik yang diperlukan.

Tokoh-Tokoh Ilmu Kedokteran Islam

Tokoh ilmu kedokteran Islam. Foto: Unsplash

Lalu, siapa sajakah tokoh-tokoh atau cendekiawan Muslim yang memiliki pengaruh besar di bidang ilmu kedokteran? Berikut informasi lebih lengkapnya, seperti yang dikutip dari berbagai sumber.

Muhammad ibn Zakariya Ar-Razi dikenal di Eropa dengan nama Rhazes (850-923), adalah peneliti Islam terdepan dalam bidang kedokteran.

Selain peneliti, ia juga aktif menghasilkan lebih dari 200 buku tentang kedokteran dan filosofi, termasuk sebuah buku kedokteran yang belum selesai, yang mengumpulkan seluruh ilmu kedokteran dalam dunia Islam ke dalam satu buku.

Hal yang membuat beliau dikenal adalah aksinya dalam penentuan lokasi rumah sakit di Baghdad. Saat itu, Ar-Razi ditanya di manakah beliau akan membangun rumah sakit di Baghdad.

Lalu, ia menjawab dengan menggantung sejumlah daging di sekeliling Baghdad, dan memilih tempat di mana dagingnya paling tidak busuk. Beliau menyimpulkan bahwa para pasien akan memiliki lebih sedikit risiko terkena sejumlah penyakit dan pencemaran di tempat tersebut.

Menurut buku Tokoh Ilmuwan Islam yang disusun oleh Tsaniyatul Azizah, Ibnu Sina dikenal memiliki sebutan Avicenna. Tidak hanya sebagai seorang filsuf, ia juga salah satu dokter yang lahir di Persia atau Iran.

Ibnu Sina menciptakan banyak buku berjumlah hampir 450 dan kebanyakan buku yang diciptakan olehnya berhubungan erat dengan kedokteran.

Salah satu karya terkenal tentang kedokteran yang ditulis oleh Ibnu Sina adalah Kitab Penyembuhan dan Qanun Kedokteran. Buku tersebut hingga kini masih dipakai dan digunakan oleh banyak orang khususnya di dunia kedokteran.

Tokoh Muslim lainnya yang menguasai bidang ilmu kedokteran, yakni Ibnu al-Nafis. Ia diketahui menjadi salah satu tokoh utama yang mendeskripsikan dengan akurat peredaran darah dalam tubuh manusia.

Tidak hanya itu, Ibnu al-Nafis atau yang sering dikenal dengan Bapak Fisiologi Sirkulasi ini menjadi orang pertama yang mengungkapkan teori pembuluh darah kapiler.


Page 2

Jakarta -

Salah seorang ilmuwan muslim masa Abbasiyah ada yang dikenal sebagai sosok peletak dasar Aritmatika atau ilmu hitung seperti, Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi. Selain Jamsyid, masa Dinasti Abbasiyah juga melahirkan sejumlah ilmuwna muslim yang kemudian mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan.

Dinasti Abbasiyah sendiri merupakan salah satu dinasti kebesaran Islam yang pernah memimpin kekhilafahan setelah masa Khulafaur Rasyidin atau masa empat sahabat rasul. Dinasti ini sempat berdiri selama 5 abad dari tahun 750 M hingga 1258 M.

Selama itu pula, beragam ilmu pengetahuan berkembang pesat hingga menjadi pondasi utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masa-masa setelahnya. Pada masa Abbasiyah, sebagaimana diungkap dalam publikasi Cendekia terbitan Kementerian Agama (Kemenag), ilmu pengetahuan masuk dalam kategori ilmu filsafat.

Saat itu, masih belum ada spesialisasi ilmu pengetahuan seperti sekarang. Seorang ilmuwan filsafat cenderung memiliki keahlian di banyak bidang dan berhasil mengembangkan ilmu pengetahuannya tersebut.

Lebih lengkapnya, berikut ini sejumlah ilmuwan muslim masa Abbasiyah yang penemuan ilmiahnya berperan besar dalam ilmu pengetahuan pada masa kini. Siapa saja?

5 Ilmuwan Muslim Masa Abbasiyah

1. Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi

Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi adalah seorang profesor dalam bidang Matematika sekaligus Astronomi di Universitas Samarkand, Uzbekistasn. Menurut Repository Digital dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, ilmuwan yang hidup pada abad ke-7 ini memiliki peran besar dalam ilmu pengetahuan masa kini khususnya ilmu Matematika.

Jamsyid disebut sebagai peletak dasar aritmatika atau ilmu hitung yang dilakukan atas dasar slide. Penemuan inilah yang dianggap sebagai penemuan ilmiah penting dalam Matematika.

2. Al Khwarizmi

Al Khwarizmi dikenal sebagai ilmuwan muslim lain yang berjasa bagi ilmu matematika. Ilmuwan yang bernama lengkap Abu Ja'far Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi ini menuliskan pemikirannya dalam sebuah buku yang menjadi dasar pengembangan aljabar dan algoritma matematika.

Buku yang dimaksud adalah Hisab al-jabr wa al-Muqabala (The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing). Dalam bukunya ini, Al-Khwarizmi mengenalkan beragam ilmu matematika.

Mulai dari bilangan asli, cara berhitung matematika sederhana atau teori algoritma (penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian) hingga penyelesaian persamaan linear dan kuadrat.

3. Al Farabi

Al Farabi atau Abu Nashr adalah seorang filosof muslim pertama yang menyelaraskan Islam dengan filsafat Yunani. Berkat kecerdasannya dalam pemikiran filsafat, ia mendapat julukan Guru atau Master Kedua (al-mu'allim at thani) setelah Aristoteles.

Sebagaimana yang dinukil dari tulisan Siti Nutlaela dalam bukunya Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi, karya Al Farabi di bidang filsafatnya yang terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah. Karya tersebut berisikan seputar pencapaian kebahagiaan melalui kehidupan berpolitik.

Selain filsafat, ternyata ia juga menguasai ilmu di bidang musik. Bahkan, Al Farabi disebut sebagai orang pertama yang meletakkan dasar-dasar tentang not musik.

Karyanya di bidang musik adalah Kitab Al-Musiqi Al Kabir (Buku Besar Musik) yang menjadi rujukan penting bagi perkembangan musik klasik barat.

4. Jabir Ibnu Hayyan

Ilmuwan muslim masa Abbasiyah selanjutnya adalah Jabir Ibnu Hayyan. Ilmuwan kelahiran tahun 721 M ini melahirkan sebuah buku berjudul al Kimya yang menjadi rujukan dalam pengembangan bidang Kimia.

Karya-karya di bidang ilmu kimia dari Jabir bahkan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di Eropa hingga kemudian diserap oleh ilmu kimia modern. Dalam karyanya, ia mengenalkan sejumlah teori dan konsep kimia seperti materi dan zat murni hingga proses kimiawi.

Salah satu penemuannya yang paling terkenal adalah konsep besi dan logam. Jabir melakukan penelitian yang menemukan senyawa kimia yang dapat mencegah besi dan logam berkarat.

5. Ibnu Sina

Terakhir, ada Ibnu Sina yang dikenal sebagai The Father of Farmacology (Bapak Farmakologi) dan Al-Syekh al-Rais al-Thibb (Mahaguru Kedokteran). Tidak mengherankan sebab, salah satu karyanya yang terkenal yakni, Al-Qanun fi al- Thibb (The Canon of Medicine) sudah diterjemahkan dalam 15 bahasa dunia.

Berkat kecerdasannya, Ibnu Sina menjadi dokter pertama yang memperkenalkan eksperimen dan hitungan cermat berbagai jenis penyakit menular berikut dengan cara-cara menjinakkannya. Selain itu, ilmuwan muslim kelahiran Iran ini pula yang memperkenalkan teknik karantina sebagai upaya membatasi penularan virus pertama kalinya.

Simak Video "Momen Jokowi Bertemu Anak-anak Pandai Matematika di Sumut"


[Gambas:Video 20detik]
(rah/rah)