Setelah berapa lama minum obat tb tidak menular

Dari segala jenis penyakit tuberkulosis (TB/TBC) mulai dari yang umum hingga langka, selalu ada mitos seputar yang menyertai. Salah satunya anggapan apakah TB menular atau tidak. Faktanya, pasien TB hanya bisa menularkan penyakit ini apabila bakteri berada di tenggorokan atau paru-paru.

Sementara jika bakteri penyebab tuberkulosis berada di bagian tubuh lain seperti ginjal atau tulang punggung, sangat kecil kemungkinan terjadinya penularan.

Mitos Seputar Tuberkulosis

Ada banyak sekali mitos seputar penyakit TB yang berkembang karena pemahaman yang terbatas. Terlebih, masih sangat panjang perjalanan hingga dunia medis dapat menghapuskan penyakit ini karena banyaknya pasien yang kebal pengobatan TB.

Meski telah ada sejak ribuan tahun silam, berikut ini beberapa mitos seputar tuberkulosis yang perlu diluruskan:

  1. Mitos: TB penyakit turunan

Banyak sekali anggapan bahwa tuberkulosis adalah penyakit turunan dari orang tua ke keturunannya. Miskonsepsi ini mungkin bermula karena orang yang tinggal bersama kerap menderita penyakit yang sama. Padahal, ini terjadi karena bakteri lebih mudah menginfeksi satu orang dan lainnya.

Penyakit TB bisa menular ke orang lain melalui udara. Seseorang bisa tertular TB jika melakukan kontak erat selama beberapa jam dengan pasien.

Namun kabar baiknya, pasien TB laten yang tanpa gejala tentu tidak bisa menularkan ke orang lain. Penyakit ini bisa menular jika pasien belum mendapatkan pengobatan.

Bakteri yang bersemayam di bagian tubuh selain dari paru-paru, memeliki kecenderungan rendah untuk menulari orang lain. Selain itu, pasien TB juga tidak lagi menularkan penyakitnya setelah 2-3 minggu sejak mendapatkan penanganan medis.

  1. Mitos: Penyakit TB tak bisa diobati

Penyakit TB sangat bisa diobati. Penanganan paling umum untuk infeksi TB laten adalah pemberian antibiotik isoniazid. Pasien perlu mengonsumsi obat ini setiap harinya selama 6-9 bulan.

Sementara bagi individu dengan infeksi aktif, dokter akan meresepkan kombinasi obat antibakteri selama yang perlu dikonsumsi selama 6-12 bulan. biasanya, kombinasinya adalah isoniazid, rifampin, pyrazinamide, dan ethambutol.

  1. Mitos: Hanya terjadi di negara miskin

Jangan salah, penyakit tuberkulosis bisa terjadi di penjuru dunia, bahkan di negara maju sekalipun. Hanya saja, catatan WHO pada tahun 2019 sebanyak 44% kasus-kasus TB baru terjadi di negara-negara Asia Tenggara. Contohnya India, Indonesia, China, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan.

TANYA :

Dok, apakah penderita penyakit paru-paru (TB Paru) yang mengonsumsi obat secara teratur juga berisiko menularkan penyakitnya ke orang lain? Penularannya melalui apa saja dok? Apa dengan berbicara juga menular? Lalu adakah efek samping dari meminum obat selama 6 bulan berturut-turut? terima kasih atas jawabannya.

Zahra, 23, Jakarta

JAWAB :

Mbak Zahra yang baik, perlu kita pahami dahulu bahwa penularan dari kuman TB pada mayoritas kasus  disebabkan oleh infeksi dari mycobacterium tuberculosis.  Yang perlu diketahui bahwa penggandaan  kuman TB ini sangatlah lambat dibandingkan dengan infeksi bakterial lainnya. Dan karena bakteria ini aerobik atau membutuhkan udara untuk bisa bertahan hidup, maka akan berlipat ganda lebih banyak pada jaringan paru, terutama pada bagian puncak paru di mana konsentrasi oksigen terdapat lebih banyak dibanding dengan organ lainnya.

Penularan TB ini memang melalui perantara manusia dan penularan utamanya melalui udara. Tentunya, sumber utama penularan adalah bakteri yang berasal dari pasien yang sedang sakit TB paru atau TB laring yang tidak sengaja sedang batuk. Saat pasien batuk, berbicara, ataupun bersin, maka akan keluar setitik cairan yang bisa menginfeksi orang lannya. 

Tetesan cairan yang keluar dapat bertahan hingga di udara selama beberapa jam dan akibatnya penularan bisa terjadi saat udara yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh kita. Sinar matahari dan ventilasi yang baik bisa mengurangi risiko terjadinya penularan tersebut.

Kadar dari risiko tingginya penularan sangat berkaitan dengan pemeriksaan dahak yang positif ataupun negatif.  Pasien yang pemeriksaan dahaknya positif tentunya sangat berisiko tinggi menularkan pada orang lain. Sedangkan yang hasil pemeriksaannya negatif dan juga biakan negatif biasanya tidak menularkan.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya TB aktif bisa bergantung pada ketahanan tubuh seseorang di mana yang berisiko lebih tinggi adalah mereka yang imunitas kurang seperti anak-anak, orang berusia lanjut, penderita HIV-AIDS, diabetes, keganasan, malnutrisi, kehamilan, pengguna steroid lama, perokok, alkohol dan imunosupresan. Faktor lainnya bisa disebabkan karena banyaknya jumlah bakteri, sering kontak dengan sumber yang infeksius, lamanya terpapar, dan status bakteri si sumber penularan.

Terapi pengobatan yang dijalankan dengan baik dan efektif  dapat mengurangi risiko penularan pada orang lain setelah melakukan terapi selama kurang dari satu bulan, dalam hal ini sekitar 2 - 3 minggu.  Hal ini pun berlaku untuk pasien dengan pemeriksaan dahak yang positif kuman TB, tentunya jangan lupa untuk evaluasi berkala.

Efek samping pada pasien yang mengonsumsi obat harus diperhatikan apalagi untuk penggunaan yang sangat lama sampai 6 bulan. Banyak studi menyebutkan efek obat ini bila dikonsumsi terus menerus sangatlah bervariasi. Efek tersebut mulai dari perubahan kulit menjadi kuning karena fungsi hati terganggu, terganggunya fungsi ginjal, rasa kesemutan, baal, nyeri sendi, gangguan penglihatan yang umumnya pulih saat pemakaian obat dihentikan.

Tetapi sebaiknya Anda tak perlu takut. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika anda rutin melakukan kontrol pada dokter untuk mengevaluasi kesehatan, risiko penularan, dan tentu saja efek samping dari penggunaan obat.  Semoga jawaban saya membantu anda.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Setelah berapa lama minum obat tb tidak menular

Setelah berapa lama minum obat tb tidak menular
Lihat Foto

SHUTTERSTOCK/KATERYNA KON

Ilustrasi paru-paru pasien pengidap tuberkulosis (TB) paru, dengan tampilan diperbesar bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkannya.

KOMPAS.com - Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri penyebab TBC umumnya menginfeksi paru-paru. Terkadang, penyakit ini juga menyerang kelenjar getah bening, tulang, ginjal, otak, atau organ lainnya.

Berikut penjelasan lebih lanjut terkait fakta seputar penularan TBC yang perlu diketahui.

Baca juga: Mengapa Penderita TBC Mengalami Penurunan Berat Badan?

Apakah TBC menular?

Melansir laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegah Penyakit (CDC) AS, TBC termasuk penyakit menular.

Ketika seseorang menghirup bakteri TBC, bakteri tersebut dapat menetap di paru-paru dan berkembang biak.

Dari sana, bakteri dapat berpindah melalui darah ke bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang, sampai ke otak.

Penyakit TBC yang berkembang di paru-paru, tenggorokan, atau saluran pernapasan bisa sangat menular dari satu penderita ke orang di sekitarnya.

Namun, TBC yang menyerang kelenjar getah bening, ginjal, atau tulang belakang biasanya tidak menular.

Penderita TBC paling mungkin menularkan penyakitnya kepada orang sekitar yang menghabiskan waktu bersama paling sering setiap hari. Seperti anggota keluarga, teman dekat, rekan kerja, atau teman sekolah.

Baca juga: TBC Kelenjar: Gejala, Cara Mengobati, Cara Mencegah

Cara penularan TBC

Dilansir dari MedicineNet, kuman penyebab TBC bisa menular ketika penderita batuk, bersin, bicara, atau bernyanyi.

Penyakit menular ini termasuk penyakit airborne atau bisa menular lewat udara. Orang lain yang tidak sengaja menghirup bakteri aerosol ini bisa terinfeksi.

Baca juga: Sakit Punggung Bisa Jadi Ciri-ciri TBC Tulang

Perlu diketahui, TBC tidak menular lewat:

  • Salaman atau jabat tangan
  • Berbagi makanan atau minuman
  • Menyentuh seprai, kursi, atau bekas meja penderita
  • Berbagi sikat gigi
  • Berciuman

Beberapa orang yang terinfeksi TBC tapi tidak menunjukkan gejala karena tubuhnya bisa mencegah pertumbuhan organisme TBC disebut memiliki TBC laten.

Selama penderita TBC laten bisa mengontrol bakteri penyebab penyakit berkembang biak, penderita tidak dapat menularkan penyakitnya.

Namun, ketika penderita TBC laten tidak mampu lagi menekan pertumbuhan bakteri penyebab TBC di tubuhnya, seseorang dapat menularkan penyakitnya.

Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan selama beberapa saat di tubuh orang yang sudah meninggal.

Baca juga: Kenali Penyebab Penyakit Emfisema yang Bisa Merusak Paru-paru

Kapan penyakit TBC dapat menular?

Masa ketika penyakit masuk ke tubuh sampai muncul gejala TBC bisa berlangsung antara dua sampai 12 minggu.

Risiko untuk mengembangkan penyakit ini paling tinggi dalam kurun waktu dua tahun sejak terinfeksi.

Penyakit TBC bisa menular apabila tidak diobati. Beberapa pasien TBC sudah tidak menularkan penyakitnya setelah dua minggu menjalani pengobatan intensif.

Tapi ada juga penderita yang butuh waktu berbulan-bulan minum obat TBC sampai kuman penyebab TBC sudah tidak aktif di dalam tubuh dan mereka tidak bisa menularkan penyakitnya.

Terapi obat TBC baik untuk infeksi aktif maupun infeksi laten umumnya berlangsung selama enam bulan sampai sembilan bulan.

Lewat pemeriksaan medis, dokter dapat memantau kemajuan pengobatan TBC.

Termasuk kapan perlu ganti obat, melanjutkan terapi obat, atau menyatakan pengobatan sudah tuntas dan penderita sudah tidak lagi menularkan penyakitnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.