Perbedaan PENDEKATAN tradisional dan PENDEKATAN sistem

TUGAS MAKALAH

KARAKTERISTIK,MODEL dan PENDEKATAN EVALUASI PEMBELAJARAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Nurjaman M.Pd

Perbedaan PENDEKATAN tradisional dan PENDEKATAN sistem

Disusun Oleh:

1.      Dewi Pujiarti                   (130641075)

2.      Dimas Prasetyo               (130641067)

3.      Indah Purnama S           (130641074)

4.      Ismi Maola                       (130641085)

5.      Yuniah                             ( 130641064)

Kelompok : 3

Kelas: SD-13A.2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul

karakteristik, model dan pendekatan evaluasi pembelajaran”. Adapun tujun dari penyusunan dalam tugas makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “EVALUASI PEMBELAJARAN”.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah “EVALUASI PEMBELAJARAN” Bapak “Nurjaman M.Pd”. penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki maka penyusun meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua didalam dunia pendidikan. Dan semoga mampu menjadi pendidik yang patut di tauladani oleh anak didik.

Cirebon, November 2014

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................   i

DAFTAR ISI ......................................................................................................   ii

BAB  I  PENDAHULUAN .................................................................................  

A.     Latar Belakang ........................................................................................  1   

B.     Rumusan Masalah ...................................................................................  2   

C.     Tujuan Penulisan ....................................................................................  2

BAB II  PEMBAHASAN....................................................................................  

A.     Karakteristik Instrumen Evaluasi............................................................. 3   

B.     Model-model evaluasi pembelajaran........................................................ 5   

C.     Prinsip-prinsip model pembelajaran......................................................... 9    

D.     Batasan dan rumusan masalah model pembelajaran................................ 10  

E.      Pendekatan evaluasi................................................................................. 11

BAB III  PENUTUP ..........................................................................................  

A.     Kesimpulan ............................................................................................. 13

B.     Saran .......................................................................................................  13

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................  14

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media, dan bantuan belajar melalui program komputer.

Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu belajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar. Merujuk pada dua pendapat di atas, penulis memaknai model pembelajaran dalam BBM (Bahan Belajar Mandiri) ini sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik atau dikenal dengan istilah sintaks dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.

B. Rumusan Masalah     

a. Bagaimana tentang rumusan karakteristik evaluasi ?

b. Apa saja model-model evaluasi pembelajaran ?

c. Apa saja Prinsip Model-model pembelajaran yang dapat menghasilkan rencana yang efektif dan efisien ?

d. Apa saja batasan dan rumusan masalah model pembelajaran ?

e. Apa yang dimaksud dengan pendekatan evaluasi ?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui rumusan karakteristik tentang evaluasi

b. Untuk mengetahui model-model apa saja dalam evaluasi pembelajaran

c. Untuk mengetahui prinsip model-model apa saaja dalam pembelajaran evaluasi

d. Untuk mengetahui batasan dan rumusan masalah model pembelajaran

e. Untuk mengetahui apa itu pendekatan evaluasi.



BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Instrumen Evaluasi

         Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Dalam uraian sebelumnya telah dijelaskan kedudukan clan pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, baik dilihat dari tujuan clan fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri. Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, karena keefektifan pembelajaran hanya dapat diketahui melalui evaluasi. Dengan kata lain, melalui evaluasi semua komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, baik secara kelompok maupun perseorangan.  Adapun karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah :

a.    Valid, suatu instrumen dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.

b.     Reliabel, instrumen dapat dikatakan reliabel atau handal jika mempunyai hasil yang taat asas (consistent).

c.     Relevan, instrumen yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan.

d.     Representatif, materi instrumen harus betul-betul mewakili seluruh materi yang disampaikan Praktis, dan mudah digunakan.

e.    Deskriminatif, instrumen itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apa pun.

f.      Spesifik, suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi.

g.    proporsional, instrumen harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang, dan mudah.

Bruce dan Weil (1980 dan 1992: 135-136) mengidentifikasi karakteristik model pembelajaran ke dalam aspek-aspek berikut :

1. Sintaks

Suatu model pembelajaran memiliki sintaks atau urutan atau tahap-tahap kegiatan belajar yang diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut dalam praktiknya, misalnya bagaimana memulai pelajaran.

2. Sistem sosial

Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama guru-peserta didik dalam pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain dan jenis-jenis aturan yang harus diterapkan. Peran kepemimpinan guru bervariasi dalam satu model ke model pembelajaran lainnya. Dalam beberapa model pembelajaran, guru bertindak sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang terstruktur tinggi), namun dalam model pembelajaran yang terstruktur sedang peran guru dan peserta didik seimbang. Setiap model memberikan peran yang berbeda pada guru dan peserta didik.

3. Prinsip reaksi

Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik. Sebagai contoh, dalam suatu situasi belajar, guru memberi penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta didik atau mengambil sikap netral.

4. Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.

5. Dampak pembelajaran langsung dan iringan

Dampak pembelajaran langsung merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh pebelajar.

B. Model-Model Evaluasi Pembelajaran

Model evaluasi pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2005). Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media, dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu belajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar. Secara lebih luas Model-model pembelajaran didefinisikan sebagai berikut:

1.    Model-model pembelajaran dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.    Model-model pembelajaran adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.

3.    Model-model pembelajaran adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana, dan siapa.

Pada tahun 1949, Tyler pernah mengembangkan model black box. Setelah itu, belum terlihat ada model lain yang muncul ke permukaan. Lebih kurang 10 tahun lamanya, orang-orang yang melakukan kegiatan evaluasi hanya menggunakan model evaluasi tersebut. Hal ini mungkin disebabkan evaluasi belum menjadi studi tersendiri. Ada beberapa model evaluasi, yaitu:

1.    Model Tyler

Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu Tyler. buku Basic Principles of Curriculum and Instruction, Tyler mengemukakan ide dan gagasannya tentang evaluasi. Salah satu bahasan dalam buku tersebut diberinya judul how can the effectiveness of learning e. ence be evaluated? Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi , dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil).

2.    Model yang Berorientasi pada Tujuan Dalam Pembelajaran

Kita mengenal adanya tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Model evaluasi ini menggunakan kedua tujuan tersebut sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai.

Model ini dianggap lebih praktis karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang logis antara kegiatan, hasil dan prosedur pengukuran hasil.

3.    Model Pengukuran

Model pengukuran (measurement model) banyak mengemukakan pemikiran-pemikiran dari R.Thorndike dan R.L.Ebel. Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran. Pengukuran digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat (atribute) tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran tertentu. Dalam bidang pendidikan, model ini telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, dan sikap.

4.    Model Kesesuaian (Ralph W.Tyler, John B.Carrol, and Lee J.Cronbach)

Menurut model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Objek evaluasi adalah tingkah laku peserta didik, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan (intended behaviour) pada akhir kegiatan pendidikan, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

5.    Educational System EvaluAtion Model

Tokoh model ini, antara lain Daniel L.Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E.Stake, dan Malcolm M.Provus. Menurut model ini, evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah criterion, baik yang bersifat mutlak/intern maupun relatif/ekstern.

6.    Model Alkin

Model ini diambil dari nama pengembangnya, yaitu Marvin Alkin (1969), Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu proses untuk meyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif.

7.    Model Brinkerhoff

a. Fixed vs Emergent Evaluation Design Desain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun secara sistematik-terstruktur sebelum program dilaksanakan. Meskipun demikian, desain fixed dapat juga disesuaikan dengan kebutuhan yang sewaktu-waktu dapat berubah.

 b. Formative vs Summative Evaluation Istilah formatif dan sumatif pertama kali dipopulerkan oleh Michael Scriven. Untuk dapat memahami kedua jenis evaluasi ini dapat dilihat dari fungsinya. Evaluasi formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum dan pembelajaran, sedangkan evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan pembelajaran secara E menyeluruh.

c. Desain eksperimental dan desain quasi eksperimental vs natural inquiry Desain eksperimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, dom sampling, memberikan perlakuan, dan mengukur damp. Tujuannya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan program pembelajaran. Dalam desain evaluasi natural-inkuiri, evaluator banyak menghabiskan waktu untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang yang terlibat Illmunative.

8.  Iluminative Model (Malcolm Parlett dan Homilton)

     Model ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka (open-ended).

9.    Model Responsif

    Sebagimana model illmunative, model ini juga menekankan pada pendekatan kualitatif-terbuka.

C.  Prinsip – Prinsip Model Pembelajaran                                                      

Agar Model-model pembelajaran dapat menghasilkan rencana yang efektif dan efisien, prinsip-prinsip berikut patut diperhatikan diantaranya :

1.    Model-model pembelajaran hendaknya mempunyai dasar nilai yang jelas dan mantap. Nilai yang menjadi dasar bisa berupa nilai budaya, nilai moral, dan nilai religius, maupun gabungan dari ketiganya. Acuan nilai yang jelas dan mantap akan memberikan motivasi yang kuat untuk menghasilkan rencana yang sebaik-baiknya.

2.    Model-model pembelajaran hendaknya berangkat dari tujuan umum, tujuan umum itu dirinci menjadi khusus, kemudian bila masih bisa dirinci menjadi tujuan khusus, itu dirinci menjadi lebih rinci lagi. Adanya rumusan tujuan umum dan tujuan khusus yang terinci akan menyebabkan berbagai unsur dalam laporan hasil penelitian, memiliki relevansi yang tinggi dengan tujuan yang akan dicapai.

3.    Model-model pembelajaran hendaknya realistis. Model-model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang tersedia. Dalam hal sumber daya hendaknya dipertimbangkan kualitas maupun kuantitas manusia dan perangkat penunjangnya, laporan hasil penelitian sebaiknya tidak mengacu pada sumber  daya yang diperkiranan, melainkan pada sumber daya dan dana yang nyata.

4.    Model-model pembelajaran hendaknya mempertimbangkan kondisi sosial budaya masyarakat, baik yang mendukung maupun yang menghambat pelaksanaan laporan hasil penelitian nanti. Kondisi sosial budaya tersebut misalnya system nilai, adat istiadat, keyakinan, serta cita-cita.

Terhadap kondisi sosial budaya yang mendukung pelaksanaan laporan hasil penelitian hendaknya telah direncanakan cara memanfaatkan secara maksimal faktor pendukung itu, sedangkan terhadap kondisi sosial budaya yang menghambat, hendaknya telah direncanakan cara untuk mengantisipasinya dan menekannya menjadi sekecil-kecilnya.

5.    Model-model pembelajaran hendaknya fleksibel. Meskipun berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan rencana telah dipertimbangkan sebaik-baiknya, masih mungkin terjadi hal-hal yang diluar perhitungan model-model pembelajaran ketika rencana itu dilksanakan. Oleh karena itu, dalam membuat model-model pembelajaran hendaknya disediakan ruang gerak bagi kemungkinan dari rencana sebagai antisipasi terhadap hal-hal yang terjadi diluar perhitungan model-model pembelajaran.

D.  Batasan dan Rumusan Masalah Model Pembelajaran

Pada garis besarnya suatu menulis model-model pembelajaran akan melalui   langkah-langkah sebagai berikut :

1.    Menetapkan tujuan yang akan dicapai. Tujuan yang ditetapkan ini   merupakan rincian yang lebih umum, baik tujuan individual maupun tujuan kelompok.

2.    Menetapkan standar keberhasilan. Standar keberhasilan ini meliputi standar kualitas.

3.    Menetapkan system evaluasi. Sistem evaluasi ini mencakup evaluasi proses dan evaluasi hasil.

4.    Menganalisis situasi dan kondisi yang terkait dengan tujuan yang akan dicapai. Situasi dan kondisi yang akan dianalisis misalnya ekonomi, politik, system nilai, adat istiadat, keyakinan serta cita-cita. Dalam analisis ini penekanannya terutama pada pengungkapan faktor-faktor penunjang maupun penghambat pencapai tujuan.

5.    Menetapkan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Kegiatan yang ditetapkan sudah mempertimbangkan faktor-faktor penunjang maupun penghambat pencapaian tujuan yang diperoleh dari hasil analisis terhadap situasi dan kondisi yang terkait dengan tujuan yang akan dicapai.

6.    Menetapkan urutan hierarkhis dari kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.

7.    Menetapkan alternative kegiatan-kegiatan lain untuk mengantisipasi kemungkinan tidak efektif dan tidak efisiennya kegiatan-kegiatan yang ditetapkjan sebagai kegiatan utama untuk mencapai tujuan.

8.    Menetapkan urutan hierarkhis dan kegiatan-kegiatan alternative sebagai kegiatan- kegiatan utama.

9.    Memerinci waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan, dan,

10.     Menetapkan personalia pelaksana setiap kegiatan.

E.  Pendekatan Evaluasi

Pendekatan evaluasi merupakan sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem.

1.      Pendekatan Tradisional Pendekatan ini berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini disekolah yang ditunjukan pada perkembangan aspek intelektual peserta didik. Aspek-aspek keterampilan dan pengembangan sikap kurang mendapat perhatian yang serius.

Dengan kata lain, peserta didik hanya dituntut untuk menguasai mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan evaluasi juga lebih difokuskan pada komponen produk saja, sementara komponen proses cenderung diabaikan.

2. Pendekatan Sistem Sistem adalah totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan. Jika pendekatan sistem dikaitkan dengan evaluasi, maka pembahasan lebih di fokuskan pada komponen evaluasi, yang meliputi komponen kebutuhan dan feasibility, komponen input, komponen proses, dan komponen produk.

    Dalam bahasa Stufflebeam disingkat CIPP, yaitu context, input, process, dan pruduct. Komponen-komponen ini harus menjadi landasan pertimbangan dalam evaluasi pembelajaran secara sistematis. Dalam pendekatan ini dikelompokan menjadi 2 yaitu:

 a. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Pendekatan ini sering juga disebut penilaian norma absolut. Jika ingin menggunakan pendekatan ini, berarti guru harus membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak telah ditetapkan oleh guru.

b. Penilaian Acuan Norma (PAN) Pendekatan ini membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu kelasnya. Makna nilai dalam bentuk angka maupun kualifikasi memiliki sifat relatif.

BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

         Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, karena keefektifan pembelajaran hanya dapat diketahui melalui evaluasi. Dengan kata lain, melalui evaluasi semua komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, baik secara kelompok maupun perseorangan. 

Model evaluasi pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Pendekatan evaluasi merupakan sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem

B.   SARAN

Semoga dengan pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca walaupaun masih banyak kekurangan dalam makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Arronson, E (2000). History of The Jigsaw, An Account from Professor Aronson [on line]. Tersedia :http://www.jigsaw.org/history.htm [ 15 Januari 2003]

Blosser, P. E. (1992). Using Cooperative Learning in Science Education. ERIC Clearing House. Tersedia [on line] http://www.eric.edu.

Syaiful Sagala, 205, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Penerbit Alfabeta

Zaenal Arifin.2010.Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.