Mengapa tari kreasi menampilkan pola lantai yang bervariatif

Apa saja jenis-jenis pola lantai? Foto: Unsplash

Dalam seni tari, pola lantai diperlukan untuk membentuk sebuah formasi agar terlihat indah ketika dilakukan oleh para penari. Umumnya, jenis pola lantai yang diterapkan adalah garis lurus dan garis melengkung.

Dalam tari tradisional, ada tiga jenis pola lantai yang digunakan, yakni lurus, melengkung, dan zig-zag. Ketiga jenis pola lantai tersebut memiliki tujuan dan maknanya yang berbeda-beda.

Pada dasarnya, jenis pola lantai tersebut bertujuan untuk membantu para penari dalam melakukan perpindahan gerak. Dengan begitu, tidak terjadi tabrakan atau gangguan yang merusak formasi.

Ingin tau pengertian perbedaan dari ketiga jenis pola lantai di atas? Simak informasi selengkapnya di bawah ini.

Pengertian Pola Lantai Tari

Dalam buku Tari Tradisi Melayu, Eksistensi, dan Revitalisasi Seni karangan Muhdi Kurnia, pola lantai tari adalah sebuah garis atau pola yang dibentuk sebagai cara bagi penari dalam berpindah, bergerak ke posisi untuk penguasaan panggung.

Walaupun identik dengan sebuah formasi, pola lantai tarian daerah ternyata bukan hanya untuk penari kelompok. Ada juga penari tunggal yang membutuhkan pola lantai ini untuk mengatur komposisi tarian agar terlihat lebih rapi.

1. Ruangan atau tempat pertunjukan

Menyadur dari buku Bank Soal Seni Budaya dan Prakarya SD/MI Kelas 4, 5, dan 6 karangan Uly Amalia, ruangan atau tempat pertunjukan harus lebih diperhatikan.

Misalnya, tempat pertunjukan berupa panggung membuat penonton hanya bisa melihat dari satu arah saja. Dengan begitu, pola lantai yang disajikan harus membuat semua penari terlihat dari arah depan.

Sementara itu, untuk tempat pertunjukan berupa lapangan, penonton dapat melihat pertunjukan dari berbagai arah. Dengan demikian, pola lantai yang disajikan bisa lebih bervariasi.

Tidak hanya ruangan, rangkaian gerak tari juga bisa menjadi faktor dalam membentuk pola lantai. Apabila gerak tari didominasi dengan melompat dan berputar, tidak sesuai jika dilakukan dengan pola lantai garis lurus.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, baik penari kelompok maupun tunggal, keduanya memiliki pola lantainya masing-masing. Apabila jumlah penari banyak, pola lantai yang bisa digunakan bisa lebih dari satu atau beragam.

Salah satu fungsi pola lantai adalah membantu menata gerakan penari. Foto: Unsplash

Dalam laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pola lantai dalam seni tari biasanya dikenal dengan teknik blocking. Itu karena tujuan pola lantai yang mengatur pemain ketika berada di panggung.

Dengan begitu, pola lantai memiliki beberapa fungsi, di antaranya:

  • Membantu menata gerakan penari saat melakukan tarian

  • Membuat penari terlihat lebih kompak dan tidak ada gerakan yan salah

  • Membuat struktur penari saat penampilan tari

  • Memberikan daya tarik tertentu kepada penonton saat melihat pertunjukan

  • Memperjelas dan menata gerakan-gerakan penari

  • Menghidupkan karakteristik gerak tari dari keseluruhan pertunjukan atau pementasan

Salah satu jenis pola lantai yang familiar di dalam seni tari adalah pola lantai vertikal. Foto: Unsplash

Menurut buku Seni Budaya dan Keterampilan karangan Drs. Sri Murtono, M.Pd, dkk, ada berapa jenis pola lantai dalam seni tari yang perlu untuk dipahami untuk memudahkan perubahan formasi. Apa saja jenis-jenis pola lantai tersebut? Berikut informasinya.

Pola lantai vertikal merupakan pola yang lurus dan memanjang. Dalam formasi ini, penari akan membentuk garis lurus baik dari depan ke belakang maupun sebaliknya. Biasanya, pola lantai vertikal ini ditampilkan oleh pada tari Bedhaya Ketawang dari Jawa Tengah.

Pola lantai diagonal adalah pola yang membentuk garis menyudut ke kanan dan kiri. Jenis pola ini dapat memberikan kesan yang dinamis tetapi tetap kokoh untuk para penonton atau penikmatnya.

Contoh tarian yang menggunakan pola ini adalah tari Sekapur dari Jambi dan tari Gending Sriwajaya dari Sumatera Selatan.

3. Pola lantai horizontal

Pola lantai horizontal merupakan pola yang hampir sama seperti pola lurus vertikal. Perbedaannya hanya pada bentuk barisan dari kiri ke kanan maupun dari kanan ke kiri. Tarian yang menggunakan pola lantai horizontal ini adalah tari Saman dari Aceh.

Pola garis melengkung terdiri dari garis lingkaran, angka delapan, huruf U, dan lengkung ular. Jika pola garis lurus memberikan kesan kuat dan dinamis, pola garis melengkung justru memberikan kesan yang lembut tetapi lemah.

Contoh tarian yang menggunakan pola garis melengkung adalah tari Ma'Badong Toraja dari Sulawesi Utara.

Pola lantai yang terakhir adalah pola zigzag yang mirip dengan pola lurus yang sudah diatur sedemikian rupa agar membentuk pola seperti segitiga, segiempat, segilima, dan lainnya. Contoh tarian yang menggunakan pola ini adalah tari Jaipong dari Jawa Barat.

Contoh Pola Lantai pada Tari Kreasi Daerah

Tari kuda kepang jadi salah satu contoh tarian yang menggunakan pola lantai. Foto: Unsplash

Untuk memahami lebih lanjut tentang bentuk-bentuk pola lantai, berikut contoh pola lantai pada beberapa tarian nusantara yang bisa dipelajari dengan mudah.

Tari Perang merupakan tari tradisional dari Nias bagian selatan. Tarian ini menggunakan bentuk pola lantai lingkaran karena jumlah penari yang banyak.

Biasanya bentuk pola lantai yang digunakan adalah garis melengkung karena menyesuaikan dengan tempat pertunjukkan dari tari Perang ini yang berupa lapangan.

Tari Kuda Kepang merupakan tari tradisional Jawa dari Ponorogo yang biasanya digelar di lapangan tanpa panggung dan diberi batas bambu antara penonton dan penyaji.

Umumnya, tari Kuda Kepang menggunakan berbagai macam pola lantai, seperti pola melingkar, garis lurus ke depan, dan pola lantai garis horizontal.

Tari Bedhaya Semang merupakan tarian tradisional yang berasal dari Yogyakarta. Tarian ini memiliki pola lantai yang berbeda-beda dan memiliki sebutan tersendiri, yaitu gawang jejer wayang, gawang tiga tiga, gawang perang, dan gawang kalajengking.

Pola-pola lantai ini menggambarkan lima unsur yang ada pada diri manusia, di antaranya rasa, cahaya, sukma, nafsu, dan perilaku.