Mengapa manusia purba melakukan migrasi ke Indonesia

Koropak.co.id, 10 September 2022 12:08:23

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Jakarta - Ratu Elizabeth Alexandra Mary atau yang lebih dikenal dengan nama Ratu Elizabeth II meninggal dunia pada Kamis, 8 September 2022. Ia tutup usia di Kastil Balmoral, Skotlandia, pada usia 96 tahun. 

Sebagai pemegang kekuasaan terlama yang memerintah Kerajaan Inggris, yakni selama 70 tahun, Ratu Elizabeth II naik tahta pada 6 Februari 1952 setelah ayahnya, George VI, wafat. Upacara  penobatannya dilakukan pada 2 Juni 1953. 

Selama memegang tahta Kerajaan Inggris, Ratu Elizabeth II telah menjejakkan kakinya ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Indonesia. Ratu Elizabeth II beserta suaminya Pangeran Philip datang ke Indonesia pada 14 Maret 1974 dengan menaiki kapal pesiar milik kerajaan, Royal Yacht Britannia menuju Jakarta. 

Mereka disambut Presiden Soeharto dan istrinya, Siti Hartinah atau Ibu Tien, serta Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Pawai ondel-ondel yang lengkap dengan iring-iringan tanjidor meramaikan kehadiran sang ratu di Jakarta. 

Kedatangan Ratu Elizabeth II ke Indonesia itu menandakan kembalinya hubungan baik antara kedua negara. Ketika masa kepemimpinan Presiden Soekarno, hubungan antara Indonesia dan Inggris sempat memburuk.

Di Istana Merdeka, kedua tokoh penting itu disambut dengan upacara resmi kebesaran militer. Lawatan itu menjadi momen bersejarah, karena diharapkan akan  membuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Inggris menjadi lebih dinamis, kuat, maju, berkembang, hingga terbangunnya kemitraan strategis.


Baca: Istana Negara, Awalnya Tempat Tinggal Orang Belanda

Pada jamuan kenegaraan itu juga, Presiden Soeharto memberikan cinderamata keris Bali kepada Pangeran Philip. Setelah dari Jakarta, Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip bertandang ke Yogyakarta. Di sana, mereka berkunjung ke Keraton Yogyakarta dan bertemu dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Sama halnya dengan di Jakarta, rombongan royal family itu juga disambut dengan ratusan prajurit keraton. Di Yogyakarta, Ratu Elizabeth II dan suaminya pun sempat berkunjung ke Candi Borobudur. Setelah dari Yogyakarta, mereka pun kemudian bertolak ke Bali. 

Istana Tampaksiring di Kabupaten Gianyar menjadi salah satu saksi bisu kunjungannya ke Bali. Saat berkunjung ke sana, rombongan disambut tarian tradisional khas Pulau Dewata. Ratu Elizabeth II pun akhirnya menyelesaikan kunjungan bersejarahnya ke Indonesia. 

Sejak saat itu jugalah, hubungan kedua negara terus berkembang di berbagai sektor vital. Bahkan Indonesia mempunyai tempat khusus di hati sang ratu. Tak hanya Presiden Soeharto, Presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie juga pernah bertemu dengan Ratu Elizabeth II pada 1998 silam.

Kala itu, BJ Habibie bertemu dengan Ratu Elizabeth II di hari kedua pertemuan Asia-Eropa yang dilaksanakan di Istana Buckingham. Pertemuan tersebut didominasi oleh pembahasan tentang penanganan krisis ekonomi Asia. 

Presiden keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga ternyata dekat dengan Ratu Inggris hingga ia mendapatkan gelar penghargaan dari Ratu Elizabeth II pada 2012. Gelar itu diberikan Ratu Elizabeth II dalam kunjungan kenegaraan Presiden SBY di Istana Buckingham.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Mengapa manusia purba melakukan migrasi ke Indonesia

Mengapa manusia purba melakukan migrasi ke Indonesia
Lihat Foto

Nicholas Ryan Aditya

Narasi bertuliskan migrasi bangsa Austronesia, diperkirakan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia, Museum Bahari, Jakarta, Sabtu (30/11/2019).

KOMPAS.com - Hingga saat ini, asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia masih menjadi polemik di kalangan para ahli.

Dari beberapa teori yang dijadikan acuan untuk merunut asal-usulnya, sebagian besar meyakini bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa pendatang.

Proses yang menerangkan bahwa nenek moyang kita berasal dari luar Indonesia adalah migrasi.

Migrasi nenek moyang bangsa Indonesia ini tidak terjadi sekaligus, tetapi berlangsung dalam tiga gelombang dan melalui beberapa jalur.

Berikut ini tahap perpindahan dan jalur migrasi nenek moyang bangsa Indonesia.

Melanesoid

Migrasi manusia ke kepulauan Indonesia pertama kali berasal dari ras Negroid atau Melanesoid.

Dari Yunnan di China Selatan, bangsa berkulit hitam ini bergerak menuju ke selatan memasuki Vietnam dan akhirnya mencapai kepulauan Nusantara.

Suku bangsa Melanesoid membawa kebudayaan yang setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan kebudayaan penduduk asli Indonesia saat itu.

Kedatangan mereka juga sekaligus menandai dimulainya Zaman Mesolitikum (batu tengah) di Indonesia.

Namun dalam perkembangannya, mereka terus terdesak ke arah timur oleh bangsa Melayu.

Di Kepulauan Indonesia, mereka tinggal di Papua Barat, Ambon, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur.

Nenek moyang bangsa Indonesia melakukan migrasi dari Yunnan ke Indonesia karena diserang suku lain.

Baca juga: Proses Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Proto Melayu

Proses migrasi bangsa Melanesoid kemudian diikuti oleh bangsa Melayu, yang datang dalam dua gelombang.

Gelombang bangsa Melayu yang pertama disebut Proto Melayu (Melayu Tua), yang bermigrasi ke Indonesia pada sekitar 2000 SM.

Mereka masuk ke Indonesia melalui dua jalur, sebagai berikut.

  • Jalur Barat, dari Yunnan menuju ke hilir Sungai Salwin di Teluk Tonkin kemudian melalui Semenanjung Melayu, masuk ke Sumatera, bergerak ke Jawa, dan menyebar ke seluruh Indonesia.
  • Jalur Timur, dari Yunnan menuju ke Kepulauan Filipina, kemudian masuk ke Indonesia melalui Sulawesi, dan menyebar ke seluruh Indonesia.

Deutro Melayu

Migrasi kedua rumpun Melayu disebut sebagai bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) yang tiba di Indonesia pada sekitar 500 SM.

Daerah Tonkin merupakan daerah asal dari bangsa Deutro Melayu.

Deutro Melayu adalah ras yang datang dari Tonkin atau Indocina bagian utara kemudian masuk ke Indonesia melalui jalur barat, yaitu melalui Semenanjung Melayu, terus ke Sumatera, dan kemudian tersebar ke wilayah Indonesia yang lain.

Diketahui bahwa nenek moyang bangsa Indonesia bermigrasi dengan alat transportasi berupa perahu bercadik.

Mereka mengarungi lautan yang luas untuk sampai ke kepulauan Indonesia dan pulau-pulau lain di Austronesia.

Referensi:

  • Sugiarti, Etty. (2010). Ensiklopedia Zaman Prasejarah. Semarang: ALPRIN.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KOMPAS.com - Persebaran manusia purba merupakan peristiwa migrasi paling awal dari manusia purba dan modern melintasi benua, yang dimulai sekitar 2 juta tahun yang lalu dengan ekspansi awal dari Afrika oleh Homo erectus.

Migrasi manusia purba awal ini diikuti oleh spesies lainnya termasuk Homo heidelbergensis, yang hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu. Mereka merupakan nenek moyang Denisovans dan Neanderthal serta Homo Sapiens (manusia modern).

Baca juga: Intip Evolusi Tren Pakaian Manusia dari Zaman Purba hingga Abad ke-21

Homo Sapiens, manusia modern pertama, berevolusi dari nenek moyang manusia sebelumnya sekitar 200.000 hingga 300.000 tahun yang lalu.

Berkembang di Afrika, Homo Sapiens perlahan-lahan bermigrasi ke seluruh dunia. Dalam perjalanan menantang ini, manusia modern pertama menghadapi tantangan baru di setiap daerah yang mereka lalui.

Tantangan-tantangan itu mendorong pengembangan teknologi baru, yang memungkinkan Homo Sapiens bermigrasi ke seluruh dunia, dari melintasi semenanjung Arab hingga melintasi samudra Pasifik.

Baca juga: Pemburu Fosil Temukan Kapak Purba hingga Kerangka Mamut di Inggris

Afrika (150,000 Tahun yang lalu)

Homo sapiens adalah bagian dari kelompok yang disebut hominid, yang merupakan makhluk mirip manusia paling awal.

Berdasarkan bukti arkeologis dan antropologis, hominid menyimpang dari primata lain antara 2,5 dan 4 juta tahun yang lalu di Afrika timur dan selatan. Penemuan pertama Australopithecus Africanus dewasa yang kemudian berevolusi menjadi Homo Erectus ditemukan di sana.

Meskipun ada tingkat keragaman di antara keluarga hominid, mereka semua memiliki sifat bipedalisme (kemampuan untuk berjalan tegak dengan dua kaki).

Di wilayah Afrika ini, Homo Sapiens berevolusi menjadi manusia modern terakhir. Mereka mulai mewarisi perkembangan alat-alat batu, upacara penguburan orang mati, pembuatan pakaian dari kulit binatang, perkembangan teknik berburu yang lebih canggih, dan seni.

Inilah yang memungkinkan mereka bermigrasi keluar dari Afrika dan ke bagian lain dunia.

Baca juga: Sejarah Pakaian di Era Purba

Antara 70.000 dan 100.000 tahun yang lalu, Homo sapiens mulai bermigrasi keluar dari benua Afrika, menyeberangi Semenanjung Arab atau Bab-el-Mandeb.

Begitu mereka mencapai Timur Tengah, mereka akan bertemu dengan Neanderthal, dan berkembang biak hingga populasi tersebut melebur menjadi satu (teori Interbreeding).

Setelah penaklukan wilayah itu, Homo sapiens terus bermigrasi ke daratan Eropa dan Asia yang lebih luas.

Baca juga: Fosil Manusia Purba di Toalean Sulawesi Ungkap Hubungan dengan Penduduk Asli Australia

Asia (60.000 Tahun yang lalu)

Sekitar 10.000 tahun setelah bermigrasi ke Timur Tengah, Homo Sapiens kembali bermigrasi memasuki daerah baru yang makmur tanahnya.

Migrasi mungkin sulit terjadi di wilayah kepulauan seperti Indonesia, mengingat tidak ada kapal atau teknologi maritim saat itu. Tetapi iklim dunia jauh lebih berbeda 60.000 tahun yang lalu.

Lautan saat itu membekukan sebagian besar air laut dalam gletser. Ini berarti permukaan laut saat itu jauh lebih rendah dari permukaan laut saat ini.

Jembatan darat itu memungkinkan Homo Sapiens bermigrasi di atas pulau-pulau nusantara, hingga akhirnya terperangkap di pulau-pulau ini ketika permukaan air naik.

Baca juga: Studi: Wabah Virus Corona Pernah Terjadi di Zaman Purba Selama 20.000 Tahun

Australia/New Guinea (60.000 tahun yang lalu)

Australia dan New Guinea belum pernah dihuni oleh Homo Sapiens sampai kedatangan mereka sekitar 60.000 tahun yang lalu.

Untuk mencapai daerah itu, mereka bergerak dari kepulauan Indonesia untuk mencapai Australia dan New Guinea ketika Permukaan Laut rendah. Migrasi dengan perahu mulai digunakan saat permukaan laut tinggi menyebrai laur hindia.

Walaupun Australia dan New Guinea dekat, Homo Sapiens dihadapkan pada bentang alam yang sangat berbeda sehingga mereka harus beradaptasi.

Mengapa manusia purba melakukan migrasi ke Indonesia

Mengapa manusia purba melakukan migrasi ke Indonesia
Lihat Foto

Bridgeman Images/Wood Ronsaville Harlin

Ilustrasi manusia purba Neanderthal yang membuat api dengan menggesekkan batu.

Homo Sapiens memiliki dua cara untuk masuk ke Eropa Barat, yakni melalui Eropa Timur atau dengan menyeberangi Selat Gibraltar.

Karena permukaan laut rendah, jembatan darat terbentuk sehingga memungkinkan migrasi dari Afrika ke Eropa Barat dan sebaliknya. Termasuk hingga masuk ke kepulauan Inggris.

Baca juga: Mumi Anak Serigala Purba Berusia 56.000 Tahun Ditemukan Utuh di Kanada

Siberia (20.000 Tahun yang lalu)

Homo Sapien mulai mengembangkan teknologi baru ketika pindah ke iklim yang lebih dingin di Siberia dan Eropa Barat.

Inovasi sepatu salju dan pakaian termal memungkinkan mereka melintasi iklim baru yang lebih dingin. Sementara spesies lain itu tidak berani menjelajah ke wilayah membekukan itu sebelumnya.

Selama perkembangan ini teknik berburu dan senjata baru memungkinkan Homo Sapien mencari mangsa yang lebih besar, seperti mammoth.

Mammoth menjadi incaran perburuan kala itu karena manfaatnya yang berlimpah. Tidak hanya untuk bahan makanan, bulunya dapat digunakan sebagai pakaian, dan gadingnya digunakan untuk membuat alat dan kesenian.

Mengapa manusia purba melakukan migrasi ke Indonesia

Mengapa manusia purba melakukan migrasi ke Indonesia
Lihat Foto

via WIKIMEDIA COMMONS

Ilustrasi perburuan mammoth oleh manusia purba.

Baca juga: Para Ilmuwan di Rusia Temukan Badak Berbulu Generasi Terakhir di Perut Anjing Purba Zaman Es

Amerika (17.000 Tahun yang lalu)

Karena Mammoth adalah mamalia yang bermigrasi, manusia sebagai pemburunya turut mengikuti. Itu lah yang mendorong gerakan migrasi manusia awal ke Amerika Utara.

Mereka melalui jembatan lintas benua yang dikenal sebagai Beringia (sekarang Selat Bering), dan memasuki benua yang sama sekali baru dari Siberia ke benua Amerika. Mereka masuk dan wilayah yang kini menjadi Alaska/Kanada pada 15.000 tahun yang lalu.

Sekitar 14.000 SM, permukaan laut akan naik memisahkan manusia yang bermigrasi ke "Dunia Baru" dari benua Asia.

Selanjutnya migrasi pada sekitar 13.000-12.000 SM bergerak hingga ke Amerika selatan. Hanya membutuhkan waktu seribu tahun bagi manusia untuk melintasi seluruh benua Amerika.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.