Memberi warna dengan kuas atau kayu dengan ujung spon dalam proses pembuatn batik disebut

PETAI CINA SEBAGAI MOTIF PADA PENCIPTAAN SEPATU WANITA DEWASA DENGAN TEKNIK BATIK Tugas Akhir Karya Seni Diajukan kepada Program Studi Seni Kerajinan Jurusan Pendidikan Seni Rupa untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh: Silfia Furita Sari NIM. 11207241027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI KERAJINAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2015

PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Silfia Furita Sari NIM : 11207241027 Program Studi : Pendidikan Seni Kerajinan Fakultas : Bahasa dan Seni Judul Tugas Akhir Karya Seni : Petai Cina sebagai Motif pada Penciptaan Sepatu Wanita Dewasa dengan Teknik Batik Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir karya seni ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya karya ini tidak berisi materi yang ditulis orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim. Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. iv

MOTTO Ilmu hanya bisa dicari dan waktu tidak bisa diulang, kemarin adalah masa lalu, sekarang adalah kenyataan dan besok adalah harapan, sehingga manfaatkan waktu dengan baik agar tidak menyesal dikemudian hari. v

PERSEMBAHAN Tugas Akhir Karya Seni ini ku persembahkan pada kedua orang tuaku yang telah membiayai kuliah serta saudara-saudaraku yang telah memberikan motivasi serta mengajariku akan pentingnya waktu dan perjuangan. Terimakasih telah menjadi cahaya dalam hidupku, semoga Allah selalu memberikan rahmat dan memberikan cahaya pada kalian. vi

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-nya, sehingga Tugas Akhir Karya Seni ini dapat terselesaikan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Tak lupa juga shalawat serta salam kita haturkan kepada nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang dzakiyah ini. Tugas Akhir Karya Seni yang berjudul Petai Cina sebagai Motif pada Penciptaan Sepatu Wanita Dewasa dengan Teknik Batik ini telah terselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Bapak Ismadi, S.Pd. M.A., selaku pembimbing dalam penyelesaian Tugas Akhir Karya Seni ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. M.A., selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta 2. Dr. Widyastuti Purbani, M.A., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta 3. Drs. Mardiyatmo, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta 4. Dr. I Ketut Sunarya, M. Sn., Selaku Ketua Prodi Pendidikan Seni Kerajinan, Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta 5. Bapak Haris yang telah membantu secara teknis dalam penyelesaian Tugas Akhir Karya Seni ini 6. Keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir Karya Seni ini 7. Semua teman-teman penulis serta pihak yang terlibat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. vii

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Karya Seni ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kekurangan yang terdapat pada Tugas Akhir Karya Seni ini. Semoga Tugas Akhir Karya Seni ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Yogyakarta, 15 September 2015 Penulis, viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... Halaman i ii iii iv v vi vii viii xi xviii xix xx BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Fokus Masalah... 5 C. Tujuan Masalah... 6 D. Manfaat... 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Sepatu... 8 B. Tinjauan Tentang Petai Cina... 18 C. Tinjauan Tentang Batik... 23 D. Tinjauan Tentang Kulit Tersamak... 26 E. Tinjauan Tentang Desain Produk... 30 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Tahap Eksplorasi... 34 viii

1. Sket Motif Batik... 35 2. Sket Sepatu Alternatif... 37 3. Sket Sepatu Terpilih... 53 B. Tahap Perancangan... 57 1. Aspek Fungsi... 58 2. Aspek Estetika... 58 3. Desain Motif Batik... 60 4. Desain Sepatu... 60 5. Gambar kerja... 65 6. Potongan Pola... 70 a. Potongan Pola Sepatu Kondangan... 70 b. Potongan Pola Sepatu Promnight I... 71 c. Potongan Pola Sepatu Promnight II... 73 d. Potongan Pola Sepatu Santai... 75 e. Potongan Pola Sepatu Laborat... 76 f. Potongan Pola Sepatu Pantofel... 78 g. Potongan Pola Sepatu Sandal Flat... 80 h. Potongan Pola Sepatu Ketty Pery... 82 i. Potongan Pola Sepatu Sandal Ketty Pery... 85 j. Potongan Pola Sepatu Offroad... 87 C. Tahap Perwujudan... 90 1. Pembuatan Kain Batik... 90 a) Persiapan Bahan dalam Pembuatan Kain Batik... 90 b) Persiapan Alat dalam Pembuatan Kain Batik... 91 c) Proses Pembuatan Kain Batik... 93 2. Pembuatan Sepatu... 100 a) Persiapan Bahan dalam Pembuatan Sepatu... 100 b) Persiapan Alat dalam Pembuatan Sepatu... 105 c) Proses Pembuatan Sepatu... 108 BAB IV HASIL KARYA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Karya... 123 ix

B. Pembahasan... 134 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 161 B. Saran... 163 DAFTAR PUSTAKA... 165 LAMPIRAN... 168 x

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar I : Sepatu tertua di dunia... 9 Gambar II : Berbagai model sepatu di Romawi pada abad ke 1 Masehi... 10 Gambar III : Model sepatu yang ditemukan di Azerbaijan antara abad 13-14 Masehi... 10 Gambar IV : Sepatu model Poulaines pada abab 14-16 Masehi... 11 Gambar V : Sepatu model Eschapin dan sepatu model Escolleter abad 15 Masehi... 11 Gambar VI : Sepatu model Venetian pada abad 16 Masehi... 12 Gambar VII : Sepatu dengan aplikasi dekorasi bahan renda dari Prancis pada abad 17 Masehi... 12 Gambar VIII : Model sepatu untuk laki-laki dengan hiasan bordir dan warna perak pada akhir abad 19 Masehi... 13 Gambar IX : Model sepatu wanita dengan tumit tinggi, hiasan Sepatu mempergunakan satun, bordir, payet dan mute... 13 Gambar X : Daun tanaman petai cina... 21 Gambar XI : Bentuk daun dan bunga tanaman petai cina... 22 Gambar XII : Bentuk daun dan bunga tanaman petai cina... 22 Gambar XIII : Buah petai cina... 23 Gambar XIV : Sket motif batik terpilih... 35 Gambar XV : Sket motif batik alternatif... 36 Gambar XV : Sket motif batik alternatif... 36 Gambar XVII : Sket motif batik alternatif... 37 xi

Gambar XVIII : Sket alternatif sepatu Kondangan... 37 Gambar XIX : Sket alternatif sepatu Kondangan... 38 Gambar XX : Sket alternatif sepatu kondangan... 38 Gambar XXI : Sket alternatif sepatu promnight I... 39 Gambar XXII : Sket alternatif sepatu promnight I... 39 Gambar XXIII : Sket alternatif sepatu promnight I... 40 Gambar XXIV : Sket alternatif sepatu promnight II... 40 Gambar XXV : Sket alternatif sepatu promnight II... 41 Gambar XXVI : Sket alternatif sepatu promnight II... 41 Gambar XXVII : Sket alternatif sepatu santai... 42 Gambar XXVIII : Sket alternatif sepatu santai... 42 Gambar XXIX : Sket alternatif sepatu santai... 43 Gambar XXX : Sket alternatif sepatu laborat... 43 Gambar XXXI : Sket alternatif sepatu laborat... 44 Gambar XXXII : Sket alternatif sepatu laborat... 44 Gambar XXXIII : Sket alternatif sepatu pantofel... 45 Gambar XXXIV : Sket alternatif sepatu pantofel... 45 Gambar XXXV : Sket alternatif sepatu pantofel... 46 Gambar XXXVI : Sket alternatif sepatu sandal flat... 46 Gambar XXXVII : Sket alternatif sepatu sandal flat... 47 Gambar XXXVIII : Sket alternatif sepatu sandal flat... 47 Gambar XXXIX : Sket alternatif sepatu ketty pery... 48 Gambar XL : Sket alternatif sepatu ketty pery... 48 Gambar XLI : Sket alternatif sepatu ketty pery... 49 Gambar XLII : Sket alternatif sandal sepatu ketty pery... 49 Gambar XLIII : Sket alternatif sepatu sandal ketty pery... 50 Gambar XLIV : Sket alternatif sepatu sandal ketty pery... 50 Gambar XLIV : Sket alternatif offroad... 51 Gambar XLV : Sket alternatif offroad... 51 Gambar XLVI : Sket alternatif offroad... 52 Gambar XLVII : Sket terpilih sepatu kondangan... 52 xii

Gambar XLVIII : Sket terpilih sepatu promnight I... 53 Gambar XLIX : Sket terpilih sepatu promnight II... 53 Gambar L : Sket terpilih sepatu santai... 54 Gambar LI : Sket terpilih sepatu laborat... 54 Gambar LII : Sket terpilih sepatu pantofel... 56 Gambar LIII : Sket terpilih sepatu sandal flat... 56 Gambar LIV : Sket terpilih sepatu ketty pery... 57 Gambar LV : Sket terpilih sepatu sandal ketty pery... 57 Gambar LVI : Sket terpilih sepatu sandal offroad... 58 Gambar LVII : Desain terpilih motif batik... 60 Gambar LVIII : Desain terpilih sepatu kondangan... 60 Gambar LIX : Desain terpilih sepatu promnight I... 61 Gambar LX : Desain terpilih sepatu promnight II... 61 Gambar LXI : Desain terpilih sepatu santai... 62 Gambar LXII : Desain terpilih sepatu laborat... 62 Gambar LXIII : Desain terpilih sepatu pantofel... 63 Gambar LX IV : Desain terpilih sepatu sandal flat... 63 Gambar LXV : Desain terpilih sepatu ketty pery... 64 Gambar LXVI : Desain terpilih sepatu sandal ketty pery... 64 Gambar LXVII : Desain terpilih sepatu offroad... 65 Gambar LXVIII : Gambar kerja pola penataan motif batik... 65 Gambar LXIX : Gambar kerja sepatu kondangan... 66 Gambar LXX : Gambar kerja sepatu Promnight I... 66 Gambar LXXI : Gambar kerja sepatu Promnight II... 67 Gambar LXXII : Gambar kerja sepatu santai... 67 Gambar LXXIII : Gambar kerja sepatu laborat... 68 Gambar LXXIV : Gambar kerja sepatu pantofel... 68 Gambar LXXVI : Gambar kerja sepatu sandal flat... 69 Gambar LXXVII : Gambar kerja sepatu ketty pery... 69 Gambar LXXVIII : Gambar kerja sepatu sandal ketty pery... 70 Gambar LXXIX : Gambar kerja sepatu offroad... 70 xiii

Gambar LXXX : Potongan pola upper sepatu kondangan... 71 Gambar LXXXI : Potongan pola upper sepatu kondangan... 71 Gambar LXXXII : Potongan pola bottom sepatu kondangan... 72 Gambar LXXXIII : Potongan pola upper sepatu promnight I... 72 Gambar LXXXIV : Potongan pola upper sepatu promnight I... 73 Gambar LXXXV : Potongan pola bottom sepatu promnight I... 73 Gambar LXXXVI : Potongan pola upper sepatu promnight II... 74 Gambar LXXXVII : Potongan pola upper sepatu promnight II... 74 Gambar LXXXVIII : Potongan pola upper sepatu promnight II... 75 Gambar LXXXIX : Potongan pola bottom sepatu promnight II... 75 Gambar XC : Potongan pola upper sepatu santai... 76 Gambar XCI : Potongan pola upper sepatu santai... 76 Gambar XCII : Potongan pola bottom sepatu santai... 77 Gambar XCIII : Potongan pola upper sepatu laborat... 77 Gambar XCIV : Potongan pola upper sepatu laborat... 78 Gambar XCV : Potongan pola upper sepatu laborat... 78 Gambar XCVI : Potongan pola bottom sepatu laborat... 79 Gambar XCVII : Potongan pola upper sepatu pantofel... 79 Gambar XCVIII : Potongan pola upper sepatu pantofel... 80 Gambar XCIX : Potongan pola upper sepatu pantofel... 80 Gambar C : Potongan pola bottom sepatu pantofel... 81 Gambar CI : Potongan pola upper sepatu sandal flat... 81 Gambar CII : Potongan pola upper sepatu sandal flat... 82 Gambar CIII : Potongan pola upper sepatu sandal flat... 82 Gambar CIV : Potongan pola bottom sepatu sandal flat... 83 Gambar CV : Potongan pola upper sepatu ketty pery... 83 Gambar CVI : Potongan pola upper sepatu ketty pery... 84 Gambar CVII : Potongan pola upper sepatu ketty pery... 84 Gambar CVIII : Potongan pola bottom sepatu ketty pery... 85 Gambar CIX : Potongan pola bottom sepatu ketty pery... 85 Gambar CX : Potongan pola upper sepatu sandal ketty pery. 86 xiv

Gambar CXI : Potongan pola upper sepatu sandal ketty pery... 86 Gambar CXII : Potongan pola bottom sepatu ketty sandal pery... 87 Gambar CXIII : Potongan pola bottom sepatu sandal ketty pery... 87 Gambar CIV : Potongan pola upper sepatu offroad... 88 Gambar CV : Potongan pola upper sepatu offroad... 88 Gambar CVI : Potongan pola bottom sepatu offroad... 89 Gambar CVII : Potongan pola bottom sepatu offroa... 89 Gambar CIX : Master pola batik dalam kertas A4... 94 Gambar CX : Memola pada kain mori... 95 Gambar CXI : Hasil pewarnaan batik... 97 Gambar CXII : Kain batik motif daun, bunga, dan buah tanaman petai cina... 100 Gambar CXIII : Acuhan sepatu dengan ujung tumpul untuk sepatu jenis hak 5-6 cm... 101 Gambar CXIV : Insole jadi... 104 Gambar CXV : Kertas amplas... 105 Gambar CXVI : Mesin seset... 107 Gambar CXVII : Pemukul... 108 Gambar CXVIII : Tang... 108 Gambar CXIX : Pemberian pita perekat pada acuhan sepatu (upper)... 109 Gambar CXX : Pemindahan pita perekat pada kertas (upper)... 110 Gambar CXXI : Pembuatan pola bottom... 110 Gambar CXXII : Pemindahan pita perekat pada kertas (upper)... 111 Gambar CXXIII : Lapis sepatu... 113 Gambar CXXIV : Pemindahan pola, pemotongan, perekatan, dan pelipatan bahan (upper)... 114 Gambar CXXV : Penyesetan kulit (bagian yang diseset tampak xv

lebih muda)... 115 Gambar CXXVI : Penyesetan kain keras (bagian yang diseset tampak lebih muda)... 115 Gambar CXXVII : Penjaitan dan perakitan upper... 116 Gambar XCIX : Penjaitan stik balik dan perakitan perlapis... 117 Gambar CXXIX : Pembuatan insole high-heels... 118 Gambar CXXX : Pembuatan outsole high-heels... 119 Gambar CXXXI : Lasting... 120 Gambar CXXXII : Pengepresan... 121 Gambar CXXXIII : Hasil karya sepatu kondangan... 123 Gambar CXXXIV : Hasil karya sepatu promnight I... 124 Gambar CXXXV : Hasil karya sepatu promnight II... 125 Gambar CXXXVI : Hasil karya sepatu santai... 126 Gambar CXXXVII : Hasil karya sepatu santai... 127 Gambar CXXXVIII : Hasil karya sepatu laborat... 128 Gambar CXXXIX : Hasil karya sepatu sandal flat... 129 Gambar CXL : Hasil karya sepatu ketty pery... 130 Gambar CXLI : Hasil karya sepatu sandal ketty pery... 131 Gambar CXLII : Hasil karya sepatu offroad... 132 Gambar CXLIII : Penerapan sepatu kondangan pada model... 134 Gambar CXLIV : Penerapan sepatu promnight I pada model... 137 Gambar CXLV : Penerapan sepatu promnight II pada model... 140 Gambar CXLVI : Penerapan sepatu santai pada model... 143 Gambar CXLVII : Penerapan sepatu laborat pada model... 146 Gambar CXLVIII : Penerapan sepatu pantofel pada model... 149 Gambar CXLIX : Penerapan sepatu sandal flat pada model... 151 Gambar CXL : Penerapan sepatu ketty pery pada model... 154 Gambar CLI : Penerapan sepatu sandal ketty pery pada model... 156 Gambar CLII : Penerapan sepatu offroad pada model... 159 xvi

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Perkembangan Alas Kaki... 14 Halaman xvii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 : Sket Sepatu : Desain Sepatu : Gambar Kerja dan Potongan Pola : Hasil Karya : Desain Packaging, Desain Logo, Desain Katalog, Desain Poster, dan Desain Kata;og : Kalkulasi Biaya dan Dokumentasi Pameran xviii

PETAI CINA SEBAGAI MOTIF PADA PENCIPTAAN SEPATU WANITA DEWASA DENGAN TEKNIK BATIK Oleh: Silfia Furita Sari 11207241027 ABSTRAK Karya tulis ini bertujuan untuk mendiskripsikan proses penciptaan dan hasil karya sepatu batik wanita dewasa yang motif batiknya terinspirasi dari petai cina. Tahap penciptaan karya seni ini diawali dengan eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Penciptaan difokuskan untuk benda fungsional yaitu sepatu batik wanita dewasa yang motif batiknya terinspirasi dari petai cina. Tahap eksplorasi berupa penggalian ide, pengumpulan data pengamatan, dan pengolahan terkait perkembangan model sepatu, karakteristik bentuk daun, bunga, dan buah petai cina kemudian dilanjut dengan pembuatan sket alternatif sepatu. Tahap Perancangan berupa pembuatan desain sepatu yang berupa pewarnaan sepatu dan pembuatan gambar kerja atau gambar teknik yang berguna pada tahap perwujudan. Tahap perwujudan berupa proses pembuatan kain batik kemudian dilanjut dengan proses pembuatan sepatu wanita dewasa. Hasil penciptaan ini adalah 1) Produk sepatu kondangan (memiliki digunakan untuk acara pesta perkawinan); 2) Produk sepatu promnight I (memiliki kegunaan untuk acara pesta ulang tahun; 3) Produk sepatu promnight II (memiliki kegunaan untuk acara pesta ulang tahun; 4) Produk sepatu santai (memiliki kegunaan untuk acara santai dan bisa juga digunakan untuk kuliah; 5) Produk sepatu laborat (memiliki kegunaan ketika praktikum dilaboratorium kimia); 6) Produk sepatu pantofel (memiliki kegunaan untuk acara resmi kantor); 7) Produk sepatu sandal flat (digunakan untuk acara santai); 8) Produk sepatu ketty pery (memiliki kegunaan untuk acara panggung); 9) Produk sepatu sandal ketty pery (memiliki kegunakan untuk acara panggung); 10) Produk sepatu offroad (memiliki kegunaan untuk acara offroad). Kata kunci: sepatu batik, sepatu wanita xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fashion merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Dalam kamus Bahasa Inggris, istilah fashion berarti kebiasaan atau mode disebutkan pula that style is the newwest yang berarti gaya itu mode yang terbaru (Echols dan Shadily, 2002:234). Tidak jarang setiap orang selalu membicarakan hal-hal yang terkait dengan fashion. Setiap orang selalu menginginkan dirinya terlihat modis dan menarik didepan orang lain. Setiap orang akan berusaha sebaik mungkin dalam menata penampilannya, seperti memasangkan baju, sepatu, aksesoris, topi, dan tas. Perkembangan dunia fashion saat ini begitu pesat, terlebih di Indonesia sendiri. Hal ini didukung oleh majunya perkembangan ilmu dan teknologi terlebih di Indonesia. Dampak positif dari perkembangan imtek adalah cepatnya dan mudahnya informasi yang masuk kepada masyarakat, terlebih dalam hal fashion. Akses yang mudah mengakibatkan banyaknya bisnis-bisnis pakaian, sepatu, tas dan aksesoris disetiap daerah seperti di Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Solo, dan daerah lain. Tidak hanya itu, dalam dunia entertaint, fashion menjadi salah satu berita utama ketika awal tahun baru. Sejumlah orang selalu membicarakan fashion karena fashion merupakan bagian dari kebutuhan. Oleh karenanya, dalam dunia fashion cepat mengalami perkembangan setiap hari bahkan setiap jam. Dalam dunia fashion, wanita cenderung menjadi figur utama dari pada lakilaki. Kaum wanita lebih selektif dalam hal penampilan. Mereka cenderung 1

2 memadu-madukan apa yang akan mereka pakai, mulai dari baju bahkah sepatu. Oleh sebab itu, wanita merupakan pengguna dan pecinta fashion terbesar dibandingkan dengan kaum laki-laki. Di pusat perbelanjaan pun, barang-barang yang dijual lebih mendominasi untuk kebutuhan fashion kaum wanita dibandingkan dengan kaum laki-laki. Hal ini dikarenakan wanita cenderung memiliki anggapan bahwa gaya penampilan dapat menunjukan identitas diri, style, dan menambah kepercayaan diri. Di pusat perbelanjaan fashion, pakaian wanita merupakan salah satu barang yang paling banyak dan laris dijual terlebih fasion pakaian batik. Hal ini didukung dengan perkembangan batik yang semakin naik daun pada masa ini, mulai dari motif batik hingga warna batik yang beragam. Oleh karena itu, para pecinta batik terutama wanita semakin kecanduan mengikuti perkembangan batik. Pada awal kemunculan batik, batik merupakan pakaian yang sakral dan digunakan pada acara tertentu seperti acara upacar adat. Batik tidak dapat dipakai oleh banyak orang. Hal ini dikarenakan motif yang terdapat pada batik mempunyai makna dan arti simbolik yang hanya boleh digunakan oleh kalangan tertentu. Kalangan yang dimaksud adalah kalangan kerajaan dan bangsawan. Namun pada masa ini, batik tidak lagi dilarang dalam pemakaianya. Longgarnya nilai-nilai adat dan berubahnya cara pandang orang membuat batik bukan lagi menjadi barang tabu tetapi, batik merupakan hasil kerajinan yang wajib dilestarikan. Sekarang batik lebih bebas berkembang sehingga setiap kalangan dapat memikmatinya.

3 Selain batik digunakan dalam fashion pakaian, tidak sedikit para desainer menggunakan kain batik sebagai bahan dalam pembuatan fashion tas. Namun, batik jarang digunakan dalam fashion sepatu. Sepatu batik yang beredar dipasaran bukanlah dari bahan batik, hanya saja motif yang digunakan sama seperti motif batik. Dalam sebuah peragaan busana wanita, fashion pakaian tidak terlepas dari fashion sepatu. Hal ini dikarenakan adanya hubungan saling melengkapi yaitu pakaian digunakan sebagai benda untuk menutupi bagian-bagian tubuh pokok yang wajib dipenuhi dan sebagai fashion. Kemudian, alas kaki atau sepatu berfungsi sebagai benda yang dapat digunakan untuk melindungi kaki dari ancaman benda tajam yang dapat melukai kaki. Dalam KBBI, sepatu merupakan lapik atau pembungkus kaki yang biasanya dibuat dari bahan kulit dengan bagian telapak atau alas yang tebal (KBBI, 2005: 751). Selain sebagai pelindung kaki, sepatu juga dapat digunakan sebagai penunjang dalam fashion. Pada awal kemunculanya, sepatu merupakan perkembangan dari sandal. Sejalan dengan perkembangan zaman, perubahan budaya penggunaan sepatu tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan tetapi sudah menjadi tuntutan mode. Oleh karena itu, pada akhirnya muncul berbagai desain sepatu dari zaman ke zaman. Tidak hanya dari segi fungsi saja, namun, dari segi bahan, bentuk, model sampai penggunaan aksesoris pada sepatu pun mengalami perkembangan. Pada saat ini, produk-produk sepatu yang muncul merupakan pengombinasian dari karakteristik perkembangan pada zaman sebelumnya. Tidak jarang produk-produk sepatu itu disesuaikan dengan karakteristik pembuatnya. Oleh karena itu, muncullah para

4 desainer dengan karakter masing-masing yang melekat pada karya atau produk sepatunya. Majunya perkembangan model dan jenis sepatu membuat para desainer berpikir dan menggali ide guna menciptakan suatu karya yang baru. Pemilihan desain bentuk dan bahan sepatu sangat berpengaruh pada hasil akhir sepatu. Banyak sepatu menggunakan bahan kulit karena dinilai lebih awet dalam pemakaiannya. Namun, tidak dipungkiri bahawa bahan selain kulit dapat dijadikan alternatif dalam pembuatan sepatu seperti bahan kain.walau tingkat keawetanya dibawah kulit namun, sepatu yang terbuat dari bahan kain mempunyai nilai keindahan sendiri seperti sepatu batik. Sepatu batik mempunyai karekter dan keindahan tersendiri dibandingkan dengan sepatu kain pada umumnya. Keindahan sepatu batik terletak pada pemilihan motif yang diterapkan pada sepatu. Pasalnya, motif merupakan hiasan utama yang paling menonjol pada batik. Pengulangan motif pada batik juga menjadi keindahan tersendiri. Menurut Susanto (2011: 267) motif merupakan pola, corak, dan ragam yang terdapat pada suatu lukisan yang paling dominan yang berupa peran, citra yang berulang. Sehingga, ketika motif diterapkan pada sepatu akan memiliki keindahan tersendiri. Tidak semua motif dapat diterapkan pada sepatu batik. Hal ini dikarenakan sepatu memiliki bidang yang kecil sehingga hanya motif tertentu yang dapat diterapkan. Salah satu contoh motif yang dapat diterapkan pada sepatu adalah motif petai cina. Tumbuhan petai cina memiliki bentuk daun, bunga, dan buah yang kecil sehingga cocok untuk digunakan pada produk sepatu.

5 Tumbuhan petai cina mempunyai filosofi dan ciri tersendiri. Jika ditinjau dari segi manfaat, tumbuhan petai cina banyak digunakan sebagai obat dan juga makanan olahan, terutama pada bagian bijinya. Jika ditinjau dari bentuk biji petai cina berukuran kecil yaitu diameternya kurang-lebih 5 mm dan berwarna hijau muda. Tanaman petai cina juga memiliki bunga yang indah yaitu seperti membunyai kepala dan rambut. Bunga petai cina mempunyai warna putih kemudian menguning dan akhirnya berwarna coklat ketika semua rambutnya gugur. Daun petai cina mempunyai daun yang majemuk dan berbentuk menyirip rangkap. Selain itu, pada bagian sirip daunnya masih memiliki sirip lagi yang bisa disebut dengan anak sirip daun. Daun petai cina memiliki warna hijau tua. Sehingga tanaman petai cina, khususnya pada bagian daun, bunga, dan buah (biji) digunakan sebagai ide dasar pembuatan motif batik. Hal ini dikarenakan bentuk daun, bunga dan buah petai cina memiliki bentuk yang unik. Bentuk daun, bunga, dan buah tanaman petai cina yang kecil itu sangat cocok digunakan dalam motif sepatu batik khususnya bagi sepatu wanita dewasa. B. Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan pada Tugas Akhir Karya Seni ini difokuskan pada sepatu wanita dewasa dengan motif yang terinspirasi dari petai cina dan pembuatannya dengan teknik batik.

6 C. Tujuan Masalah Tujuan masalah dari sepatu batik wanita dewasa dengan motif yang terinspirasi dari petai cina adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan proses penciptaan sepatu batik wanita dewasa dengan motif yang terinspirasi dari tanaman petai cina 2. Untuk mendiskripsikan hasil karya sepatu batik wanita dewasa dengan motif yang terinspirasi dari petai cina. D. Manfaat 1. Bagi Penulis a. Sebagai sarana untuk mengekpresikan ide melalui penciptaan motif batik. b. Menggali kreatifitas dalam membuat atau mengeksplorasi bentuk-bentuk motif yang terinspirasi dari petai cina untuk diterapkan menjadi karya seni, khususnya sepatu batik. c. Mampu menciptakan desain sepatu batik wanita dewasa dengan baik. d. Dapat mengembangkan teknik membatik terutama dalam membatik kulit tersamak. e. Dapat menambah wawasan dalam bidang ketrampilan tangan. f. Sebagai altenatif produk dalam usaha kriya kulit, terutama sepatu batik dengan kombinasi kulit. 2. Bagi Masyarakat Manfaat yang dapat diberikan untuk masyarakat antara lain:

7 a. Dapat memberikan informasi (wawasan) baru kepada pembaca mengenai bentuk daun, bunga, dan buah petai cina yang unik sebagai inspirasi pembuatan ornamen sepatu batik. b. Sebagai sarana pembelajaran dalam membuat karya seni, khusunya tentang sepatu batik. 3. Bagi Lembaga UNY Manfaat yang dapat diberikan bagi UNY adalah sebagai penambah bahanreferensi dan bahan kajian mahasiswa di bidang seni kerajinan.

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Sepatu Pada mulanya sepatu merupakan alat khusus yang digunakan untuk melindungi kaki yang terbuat dari daun (papyrus), kulit kayu, dan kulit binatang, kemudian seiring dengan perkembangan zaman, kegunaan sepatu bukan hanya sebagai pelindung kaki namun sepatu digunakan pula sebagai salah satu pelengkap pakaian manusia (Basuki dan Indrati, 1984: 5). Perkembangan sepatu dimulai dari daerah Mediterania dan daerah Eropa, perbedaan asal sepatu ini sebabkan karena faktor iklim yaitu pada daerah Mediterania sepatu digunakan untuk melindungi kaki dari batu kecil dan sengatan sinar matahari sedangkan di daerah Eropa sepatu digunakan sebagai pelindung kaki dari hawa buruk seperti dinginnya salju didaerah itu (Basuki dan Indrati, 1984: 8-10). Menurut Yunanto (Tanpa Tahun: 2) menyebutkan bahwa pelindung kaki tertua yang pernah tercatat dalam sejarah Mesir pada tahun 2000 SM, bentuk sepatunya pun sederhana yaitu seperti kantong kaki yang hanya memiliki fitur tali dari bahan kayu halus dan kulit rusa. Menurut sejarah Mesir (dalam Suciati, Tanpa Tahun: 2) menyebutkan bahwa: Alas kaki yang pertama digunakan adalah sandal oleh orang Sumeria yaitu Naram Sin tahun 2500 SM pada masa kejayaan Stele. Alas kaki tersebut terbuat dari tanah liat sekitar tahun 3000 SM. Bentuk ujung depan melengkung ke atas, model ini dipergunakan oleh raja. Pada masa ini alas kaki telah berkembang menjadi bagian dari keserasian berbusana pada acara formal. 8

9 Gambar I: Sepatu tertua di dunia (Sumber: http://muhammad-el-fateh.blogspot.com/2003/02/sepatu-kulit-tertua-didunia.html?m1 ) Berikut ini adalah beberapa gambar perkembangan model sepatu dari abad 1Masehi sampai 19 Masehi menurut Suciati (Tanpa Tahun: 3-10), yaitu:

10 Gambar II: Berbagai model sepatu di Romawi pada abad ke-1masehi (Sumber:http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_ KELUARGA/197501282001122-UCIATI/Kajian_Histori_Objek_Desain.pdf) Gambar III: Model sepatu yang ditemukan di Azerbaijan antar abad 13-14 Masehi (Sumber:http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_ KELUARGA/197501282001122-UCIATI/Kajian_Histori_Objek_Desain.pdf)

11 Gambar IV: Sepatu model Poulaines pada abab 14-16 Masehi (Sumber:http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_ KELUARGA/197501282001122-UCIATI/Kajian_Histori_Objek_Desain.pdf) Gambar V: Sepatu model Eschapin dan sepatu model Escolleter abad 15 Masehi (Sumber:http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_ KELUARGA/197501282001122-UCIATI/Kajian_Histori_Objek_Desain.pdf)

12 Gambar VI: Sepatu model Venetian pada abad 16 Masehi (Sumber:http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_ KELUARGA/197501282001122-UCIATI/Kajian_Histori_Objek_Desain.pdf) Gambar VII: Sepatu dengan aplikasi dekorasi bahan renda dari Prancis pada abad 17 Masehi (Sumber:http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_ KELUARGA/197501282001122-UCIATI/Kajian_Histori_Objek_Desain.pdf)

13 Gambar VIII: Model sepatu untuk laki-laki dengan hiasan bordir dan warna perak pada akhir abad 19 Masehi (Sumber:http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_ KELUARGA/197501282001122-UCIATI/Kajian_Histori_Objek_Desain.pdf) Gambar IX: Model sepatu wanita dengan tumit tinggi, hiasan sepatu mempergunakan satun, bordir, payet dan mute (Sumber:http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_ KELUARGA/197501282001122-UCIATI/Kajian_Histori_Objek_Desain.pdf) Menurut Piveka (dalam terjemahan Soebijarso, 2007: 8) menyebutkan bahwa alas kaki, pada awalnya untuk tujuan bawahan guna melindungi kaki, kemudian telah bergulir dari tahun ke tahun ke dalam bagian integral dari bangsa bermode dan suatu simbol status dari orang yang hidup di negara-negara industri......

Peran dan fungsi sepatu bagi kaum wanita kini sudah banyak bergeser tidak hanya sebagai pelindung kaki tetapi lebih banyak menjadi hiasan atau aksesoris kaki. Sebagai hiasan tentu saja sepatu wanita harus memenuhi kriteria keindahan bagi pemakainya. Karena itu, seringkali aspek estetika sering menjadi faktor pertimbangan utama dalam pengonsepan sepatu wanita (Republika, 2013: 42). 14 Berikut ini adalah tabel perkembanga alas kaki dari tahun 1800-2008 menurut Yunanto (Tanpa Tahun: 11-18), yaitu: Tabel 1: Perkembangan Alas Kaki Tahun Gambar Hasil 1800 Sepatu bersol karet pertama dibuat dan dinamakan Plimsoll 1892 Goodyear dan perusahaan sepatu karet divisi dari US Rubber Company, memulai memproduksi sepatu karet dan kanvas dalam nama yang berbeda dan pada akhirnya ditentukan bahwa Keds adalah nama yang terbaik 1908 Marquis M Converse mendirikan Converse shoe company, yang merevolusi permainan bola basket lebih seabad dan menjadi ikon Amerika 1917 Sepatu keds adalah sepatu atletik pertama yang diproduksi secara masal. Kemudian sepatu ini nantinya akan disebut sneakers oleh Henry Nelson McKinney, seorang agen periklanan untuk N. W. Anyer & Son, karena solnya lebih halus dan tidak

15 menimbutkan suara decitan pada kondisi tertentu. 1917 Converse mengeluarkan sepatu basket pertama, the Converse All Star 1920 Adi Dassler, pendiri Adidas, memulai memproduksi sepatu olahraga buatan tangan di kamar mandi ibunya, tanpa bantuan alat-alat listrik 1923 The All Star memberikan kesempatan pada Chuck Taylor All Star, untuk membuat sepatu bermerek Chucks, Cons, Connies. Sepatu ini terjual lebih dari 744 juta di 144 negara. 1924 Adi dan Rudolph Dassler, dengan bantuan 50 anggota keluarganya, mendaftarkan bisnisnya dengan nama Gebr der Daaler Schuhfabrik di Herzogenaurach, Jerman. Ini menjadi awal berdirinya Adidas seperti sekarang

16 1931 Adidas memproduksi sepatu tenis pertamanya. 1935 Converse merilir the Jack Purcell dengan logo Smile di bagian depan. Sepatu itu menjadi sangat terkenal di Hollywood dan di kalangan anak-anak nakal, namun pada tahun 1930, ketika badminton dan tenis menjadi terkenal, Jack Purcell hanya tinggal sejarah. 1948 Puma Schuhfabrik Rudolf Dassler didirikan dan dunia dikenalkan pada PUMA Atom, sepatu sepak bola pertama PUMA digunakan oleh tim sepak bola Jerman Barat. 1950 Sneakers menjadi sepatu pilihan di mana-mana dan menjadi simbol dari pemberontakan. Murah dan mudah diperoleh oleh seluruh anak muda di seluruh dunia. Di U.S., cheerleaders menggunakan sweaters, rok mini dan kaos kaki pendek dengan sepatu dan atasan canvas (atau keds). The fashion secara resmi diperkenalkan ketika James Dean di foto menggunakan celana jinsnya dan sneakers putih. Sepatu bertumit tinggi alias stiletto menjadi tren di awal 1950-an.

17 1962 Phil Knight dan Bill Bowerman melucurkan sepatu atletik berteknologi tinggi (di tahunnya) dengan Blue Ribbon Sports (BRS) dan pada tahun 1968 seiring dengan design dan teknologinya yang baru, mengganti nama mereka menjadi Nike Platform shoes dengan tumit setinggi 2-5 inci menjadi incaran pria dan wanita. Era 70-an juga merupakan awal bagi sepatu model bakiak menjadi populer. 1979 Nike menciptakan seri Nike Air yang pertama. Lalu pada tahun 1982 dirilis Air Force One, dan meluncurkan si legendaris Nike Air Jordan (1985) yang merupakan sebuah achievement bagi the rookie of Chicago Bulls', Michael Jordan hingga Nike Air Max pada tahun 1987. 1990 Awal era ini diramaikan dengan jenis sepatu bersol rata, berwarna dan persegi. Namun, lagi-lagi platform shoes kembali berjaya.

18 1998-2001 Sepatu lars menjadi salah satu simbol paling populer dari Orde Baru yang militeristik. 2006-2008 Model wedges shoes (bertumit sebiji) yang cocok dengan banyak jenis outfit, warp dan strappy shoes menjadi incaran wanita. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sepatu merupakan suatu benda yang dapat digunakan sebagai pelindung kaki dari cuaca sekaligus dapat berguna sebagai kebutuhan fashion dalam kehidupan sehari-hari. B. Tinjauan Tentang Petai Cina Petai Cina sering disebut dengan nama lamtoro atau petai selong yang merupakan jenis tanaman perdu dari suku Fabaceae (leguminosae, polong-polongan) yang kerap digunakan sebagai pencegah erosi (http://id.wikipedia.org/wiki/lamtoro). Sedangkan Wind (2014: 464) berpendapat bahwa: Tanaman ini di Indonesia dikenal dengan nama Lamtoro banyak dimanfaatkan untuk pengobatan. Di Cina dikenal dengan nama Yin He Huan. Tanaman ini termasuk dalam familia mimosaceae (Leguminosae). Bagian yang digunakan atau dimanfaatkan yaitu biji yang dikeringkan lalu digiling menjadi bubuk. Menurut Yuniati (dalam Sinaga, 2013: 6) menyebutkan di wilayah Indonesia ada berberapa nama lain dari tanaman petai cina: pete cina, pete selong (Sumatera), pete selong (Sunda), lamtoro, peutey, selamtara, pelending, kamalandingan (Jawa), kalandingan (Madura). Sinonim Leucaena glauca L. adalah Leucaena leucocephala (Lmk) De Wit. Nama

asing petai cina Yin he huan (C), wild tamarind (L) dan nama simplisia petai cina adalah 19 semen leucaenae glaucae ( biji lamtoro. Dalam sebuah dokumen resmi yang berjudul Leucaena: Promising Forage and Tree Crop for the Tropics(1984: 1) menyebutkan bahwa: Leusaena is the common name for Leusaena leucocephala. Some strains are manybranched shrubs with averge heights of 5 m at maturity; others are trees that grow taller than 20 m. The species originted in Central America, and some of its varieties were spread throughout the region by pre-colombian civilizations. Indeed,the name Oaxaca (Mexico s fifth largerst state and a prominent modern city) is derived from the Zapotec word uaxin, meaning the place where leucaena grow. Melanjutkan dokumen resmi yang berjudul Leucaena: Promising Forage and Tree Crop for the Tropics(1984: 3) menyebutkan bahwa: Leucaena is a species of the family Legumimose and, like most other legumes, forms matually beneficial partnerships with soil bacteria of the genus Rhizobium. These bacteria penetrate young rootlets and multiply to form nodular swellings that serve as factories for nitrogen fixation...... Sedangkan menurut Widyaningrum (2011: 967-968), Petai Cina (Leucaena leucocephala) masuk dalam keluarga mimesaceae mempunyai ciri-ciri tanaman sebagai berikut: a. Tumbuhan ini termasuk dalam buah polong-polongan dengan biji berjumlah banyak b. Tumbuhan ini memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar c. Tumbuhan ini tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut d. Memiliki daun majemuk terurai dalam tangkai yang berbilah ganda. e. Memiliki bunga berwarna putih f. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciasa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan tipis

g. Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji dan dapat pula dikembangbiakkan dengan cara stek batang Tanaman ini memiliki khasiat dalam dunia pengobatan tradisiaoanal diantaranya adalah pada biji petai cina bermanfaat sebagai obat diabetes militus, cacingan dan meningkatkan gairah seks karena dalam biji petai cina terdapat kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalium, fosfor, zat besi, vitamin A 416 SI, Vitamin B1, dan Vitamin C 20 (Widyaningrum 2011: 968-969). Selain itu disebutkan pula daun petai cina berkhasiat sebagai obat luka dan bengkak yaitu dengan cara daun petai cina ditumbuk sampai halus lalu di tempelkan pada bagian yang luka atau bengkak (Widyaningrum 2011: 968). Selain untuk obat luka, daun petai cina dapat digunakan sebagai pupuk organik yang ramah lingkungan yaitu dengan menghasilkan ekstak daun petai cina yang didalamnya mengandung 3,84% N, 0,20% P, 2,06% K, 1,31% Ca, 0,33% Mg (Palimbungan, 2006: 97). Leucaena evolved in the Guatemalan centre of genetic diversity, as a probable tetraploid hybrid of diploid species in that region. Two major forms are found. The 'common' shrubby form grows up to 8 m tall and is evidently indigenous to the Yucatan Peninsula. The arboreal 'Salvador' type grows to 16 m and appears to have originated in the regions of El Salvador, Guatemala and Honduras. Both forms were distributed widely throughout Mexico and Central America to northern South America prior to 1500 AD. A single variety of the common form was probably brought by Spanish galleons to the Philippines in the early 1600s, from where it was pantropically distributed in the 19th Century. The Salvador forms are more recent in distribution and are known by names such as 'lamtoro gung' in Indonesia, 'giant ipil-ipil' in the Philippines and 'subabul' in India. Leucaenas are found throughout South-East Asia; on many islands common leucaenas dominate the vegetation on coralline soils (Jones, 1997:1). Dalam dokumen resmi yang berjudul Leucaena: Promising Forage and Tree Crop for the Tropics (1984: 7) menyebutkan bahwa: In some rural areas of Central America and Southeast Asia, people eat young leucaena leaves dan seeds. Few problem occour, but the potensial for mimosine toxicity makes the practice risky. In Indonesia, a food called tempe lamtoro is made of fermentated leucaena seeds. It laks mimosine, probably owing to the combination of washing, cooking, and fermenting involved. 20

21 Gambar X: Daun tanaman petai cina (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015) Gambar XI: Bentuk daun dan bunga tanaman petai cina (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/lamtoro)

22 Gambar XII: Bentuk daun dan bunga tanaman petai cina (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/lamtoro) Gambar XIII: Buah petai cina (Sumber: https//klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/ /06/30/khasiat-dan-manfaat-petai-cina-atau-peuteuy-selong/)

23 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tanaman petai cina mempunyai karakteristik bentuk daun yang kecil dan menyirip, bentuk bunga yang bulat dan mempunyai rambut, serta memiliki bentuk buah yang kecil dalam jumlah yang banyak dan tertata rapi dalam satu tangkai buahnya. C. Tinjauan Tentang Batik Kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu kata amba dan titik. Kata amba yang berarti kain sedangkan kata titik berarti cara pemberian motif pada kain dengan menggunakan malam cair dengan titik-titik (Sa du, 2013: 11).Batik merupakan kata akhiran tik yang berasal dari kata menitik dan menetes namun, dalam bahasa Jawa (Kromo) berarti serat dan dalam bahasa Jawa (Ngoko) berarti tulis (Susanto, 2011: 51). Menurut Kuswadji (Yusuf, 2010: 3), batik berasal dari bahasa Jawa, Mbatik, kata mbat dalam bahasa yang disebut ngembat. Arti kata tersebut melontarkan atau melemparkan. Sedangkan kata tik bisa diartikan titik. Jadi, yang dimaksud dengan batik atau mbatik adalah melemparkan titik berkali-kali pada kain.sedangkan menurut Soedjoko (dalam Yusuf, 2010: 4), batik berasal dari bahasa Sunda. Dalam bahasa Sunda, batik berarti menyunging pada kain dengan proses pencelupan... Pada zaman dahulu, batik dikenal sebagai seni lukis yang berasal dari kebudayaan Jawa yang diwariskan secara turun-menurun dan pembuatannya dengan menuangkan atau menitikkan lilin cair diatas kain (Susanto, 2011: 51). Melanjutkan pengertian Susanto (2011: 51), bahwa batik tradisional terbagi menjadi dua kelompok, yaitu batik kraton dan batik pesisiran. Batik Kraton merupakan batik yang tumbuh dan berkembang hanya diwilayah kraton yang hanya mengacu pada nilai spiritual, pemurnian diri, serta memandang manusia selaras dengan alam semesta, sedangkan batik pesisiran merupakan batik yang tumbuh dan berkembang diluar kraton dimana keberadaannya tidak terpengaruh dengan kebudayaan kraton namun pertumbuhaanya dari masyarakat (rakyat) (Susanto, 2011: 51).

24 Batik merupakan cara pembuatan bahan pakaian dengan teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam sebagai pembatas dalam pewarnaannya (Prasetyo, 2012: 1). Menurut Setiati (2008: 9-13) terdapat dua bahan pewarna dalam pembuatan batik yaitu: a. Bahan Pewarna Alam Pewarna alam merupakan bahan dalam pewarnaan batik yang sudah tersedia oleh alam. Biasanya pewarna alam diambil dari beberapa bagiaan tumbuhan seperti kulit kayu, daun, bunga, dan buah. Tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai pewarna batik adalah tanaman indigo (biru), kulit pohon soga (coklat kekuningan dan coklatan kemerahan), batang kayu tenggeran (kuning), kulit pohon jambal (merah sawo), dan kulit pohon secang (merah). b. Bahan Pewarna Sintetis Pewarna sintetis merupakan pewarna dari zat-zat buatan (sintetis). Zat-zat ini merupakan campuran zat-zat kimia tertentu seperti cat indigo (nila), cat soga, cat naphtol, cat rapid (rapid fast), cat indanthren, cat basis, cat procion, indogosol, dan prada.... Batik merupakan seni kerajinan yang memiliki nilai seni yang menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia khususnya di daerah Jawa. Pada zaman dahulu wanita di Jawa menjadikan keterampilan membatik sebagai mata pencaharian sebelum ditemukannya batik cap (Prayitno, 2009: 6). Batik merupakan hasil kebudayaan asli bangsa Indonesia yang sudah dikenal zaman dahulu dimana batik mempunyai nilai seni yang tinggi (Setiati, 2007: 3). Batik merupakan seni melukis diatas kain dengan menggunakan alat canthing yang diisi lilin (malam) sebagai tinta pelukis. Kegiatan membatik harus memiliki kesabaran dimana pembatik harus menghubungkan sebuah titik-titik menjadi karya lukisan agar memiliki nilai estetis yang tinggi (Soetarman, 2008: 5). Menurut Hasanudin (dalam Situngkir dkk, 2009: 15) batik merupakan kriya tekstil yang sering digunakan sebagai identitas pemakainya, yang dikenal

25 erat sebagai kebudayaan etnis Jawa sejak zaman Raden Wijaya (1294-1309) pada kerajaan Majapahit. Dari segi etimologi batik, batik merupakan konsep yang tidak sederhana yang mempresentasikan ornamen yang unik dan rumit dalam corak, warna serta benruknya, disisi lain keunikan dari batik adalah proses dari pembuatan corak dan ornamentasi yang ditampilkan (Situngkir dkk, 2009: 16). Sedangkan ornamen merupakan hiasan yang dibuat dengan cara digambar untuk mendukung kualitas keindahan pada suatu karya seni, selain itu, ornamen sering disebut dengan corak dan ragam hias (Susanto, 2011: 284). Batik merupakan teknik pembuatan corak pada kain dengan menggunakan alat yang dinamakan canting atau cap dimana malam (lilin) sebagai perintangnya (Hamidin, 2010: 7). Jenis kain yang digunakan dalam membatik menurut Setiati (2007:7-8) yaitu: a. Mori Primissima Kain mori primissima merupakan kain dengan kualitas baik karena mempunyai kepadatan benang untuk lungsinya antara 42-50 cm setiap sentimeternya dan mengandung sedikit kanji yaitu 5%. b. Mori Prima Kain mori prima merupakan kain dengan kualitas sedang karena mempunyai kepadatan benang untuk lungsinya antara 85-105 inci dan mengandung kanji 10%. c. Mori Biru Kain mori biru merupakan kain dengan kualitas dibawah kain mori prima yang mempunyai kepadatan benang untuk lungsinya antara 65-85 setiap incinya. d. Mori Blacu atau Grey Kain mori blacu atau grey merupakan kain mori yang mempunyai golongan kain paling kasar dengan kepadatan benang sebagai lungsinya antara 64-68 setiap incinya.

26 Sehingga dapat ditarik kerimpulan bahwa batik adalah salah satu bahan sandang yang berbahan kain mori kemudian, proses pembuatannya dengan cara merorehkan cairan lilin sebagai perintang warna dengan ditutup-celup dan perorodan sebagai proses akhirnya. D. Tinjauan Tentang Kulit Tersamak Menurut Wiryodiningrat (2008: 3) bahan pokok yang digunakan dalam pembuatan sepatu yaitu: 1. Leather (kulit samak) merupakan bahan kulit yang diambil dari kulit mamalia menyusui, mamalia binatang liar, reptilia, serta burung dan ikan. 2. Fabric/ Kain merupakan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (cotton, rami, dan goni), dari binatang (sutra dan wool) dan sintetis (rayon, nylon, PVC) 3. Karet (karet alam dan karet sintetis) Dalam sejarah seni menyebutkan seni menghias kulit sudah ada sejak zaman dulu yaitu sebelum zaman Kristus dimana seni menghias kulit menjadi trend dengan menggunakan alat yang disebut dengan cap dengan menekankan garis pada kulit (Saraswati 1996: 2). Dalam buku yang sama disebutkan motif-motif penting yang dipakai ialah rozette, yaitu daun-daun yang disusun simetris dan geometris (Saraswati 1996: 2). Melanjutkan pendapat Saraswati (1996: 2) bahwa pada zaman pertengahan bangsa Eropa mengembangkan kulit cap menjadi seni ukir kulit dengan cara membuat sumbingansumbingan pada kulit dengan alat yang dinamakan pisau ukir (ujung pisau tumpul) untuk membuat lekukakan-lekukan pada permukaan kulit. Menurut Wiryodiningrat (2008: 9) dalam selembar kulit dapat dibagi menjadi 5 tingktan kualitas, yaitu: 1. Bagian Croup (butt) adalah bagian kulit yang terletak pada bagian punggung. Pada bagian ini mempunyai struktur jaringan yang kompak dengan luas 40%.

27 2. Bagian bahu (Shoulder) adalah bagian kulit yang lebih tipis dan terkadang terdapat beberapa kerutan. 3. Bagian leher (Neck) adalah bagian kulit yang tergolong mempunyai jaringan sangat kompak, namun karena letaknya dibagian leher mengakibatkan banyak kerutan dan tergolong dalam kualitas III. 4. Bagian paha (shank) adalah bagian kulit yang tipis tetapi kualitasnya kurang baik. 5. Bagian perut (Belly) merupakan bagian kulit yang mempunyai struktur kurang kompak, kulitnya tips dan mudah mulur sehingga dikategorikan dalam kualitas paling rendah. Sedangkan menurut Saraswati (1996: 5) kulit dibedakan menjadi tiga kualitas, yaitu: 1. Kualitas Pertama Kulit kualitas pertama merupakan kulit yang paling baik (unggulan) yang hampir seluruh bagian permukaan kulit tidak mempunyai cacat. 2. Kualitas Kedua Kulit kalitas kedua merupakan kulit sedang, tidak terlalu baik dan tidak terlalu buruk. Permukaan kulit kualitas kedua initerdapat beberapa kesalahan kecil. Kesalahan tersebut biasanya disebabkan karena luka binatang saat hidup dan kerusakan pada jaringan kuli seperti pada pembulu darah. 3. Kualitas Ketiga Kulit kualitas ketiga merupakan kulit yang paling buruk. Kerusakan pada kualitas kulit ini sangat banyak seperti lubang, noda-noda, dan bagian-bagian yang timbul dan kasar yang ditimbulkan karena penyakit ketika pemeliharaan.

28 Wiyodiningrat (2008: 7) berpendapat bahwa ada berberapa faktor yang mempengaruhi kualitas kulit samak (leather) sebagai bahan sepatu atas sepatu yaitu seluruh bagian kulit harus mempunyai struktur jaringan yang kompak, perbandingan bagian kulit yang baik harus lebih besar dan banyak tidaknya cacat pada kulit. Melanjutkan pendapat Wiyodiningrat (2008: 15-23) terdapat beberapa macam shoe upper leather, yaitu: 1. Kulit Box Kulit box dalam dunia perdagangan terdapat istilah java box dan calf box.java box merupakan kulit yang berasal dari kulit sapi mentah yang telah dewasa yang melalui proses penyamakan chrome. Sedangkan calf box merupakan kulit yang berasal dari anakan sapi. Dalam dunia perdagangan, penjualan kulit menggunakan ukuran square feet (S/F), dengan ketentuan 1 S/F = 30,48 cm 2 x 30,48 cm 2. Contoh jenis kulit box seperti box full grain, box carraeted grain, box light buffing, box cell printing/artificial box leather, dan box hair cell printing. 2. Kulit Glace Kulit glace merupakan kulit yang terbuat dari kulit kambing atau domba yang melalui proses penyamakan chrome yang kemudian dicat. Karakter kulit glace yaitu permukaanya mengkilap, licin, rata, dan seperti kaca yang biasa digunakan untuk membuat bagian atas sepatu wanita. 3. Kulit brudru/suade Kulit brudru/suade merupakan kulit samak yang terbuat dari kulit sapi atau kambing yang melalui proses penyamakan chrome yang kemudian dicat. Kulit brudru/suade ini mempunyai ciri-ciri bagian daging terletak pada bagian luar yang digosok halus. 4. Gold Leather Gold leather merupakan kulit yang disamak dengan logam sehingga mempunyai warna keemasan. Bahan kulit yang digunakan adalah kulit anak sapi, domba, dan kambing.

29 5. Patent Leather Patent Leather merupakan kulit samak yang salah satu permukaannya ditutup dengan selaput secara sempurna, fleksibel, permukaanya berkilau seperti kaca dan tahan air. 6. Kulit Reptile Kulit reptil yang biasa dipakai adalah kulit buaya, biawak, dan ular dengan proses penyamakan kulit untuk bagian atas sepatu biasanya di chrome atau samak kombinasi crome-nabati atau chrome-sintetis. Ukuran kulit reptil biasanya dinyatakan dalam ukuran centhimeter. 7. Kulit lapis (Lining Leather) Kulit lapis merupkan kulit yang disamak dengan prose chtome- nabati. Kulit lapis yang baik akan terasa lemas dan terlihat lebih bersih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kulit tersamak merupakan bahan dalam tekstil yang telah mengalami proses krom yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan produk tas, sepatu, dan aksesoris dalam penampilan. E. Tinjauan Tentang Desain dan Desain Produk Pengertian desain menurut para ahli tak bisa dilepaskan dari asal kata desain yang memrupakan serapan dari bahasa asing. Desain merupakan kerangka bentuk dalm suatu rancangan, dalam batik disebut corak atau motif dalam bangunan disebut kerangka bentuk bangunan (KBBI, 2005: 257). Menurut Jervis (1984), Secara etimologi kata desain berasal dari kata designo (itali) yang artinya gambar (dalam Sachari dan Yan, 2002: 2). Jika dilihat dari bahasa inggris design bermakna rancang, rancangan, atau perancangan (Sachari dan Yan, 2001: 9). Sedangakan menurut Susanto (2011: 102) menyebutkan, desain merupakan

30 rancangan, seleksi, aransemen, dan menata dari elemen formal kara seni yang memerlukan pedoman azas-azas desain (unity, balance, rhythm, dan proporsi) serta komponen visualnya separti, garis, warna, bentuk, tekstur, dan value. Produk merupakan barang atau jasa yang dibuat ditambah gunanya atau nilainya di proses produksi dan menjadi hasil akhir di proses produksi itu dan dapat juga dikatakan sebagai benda seperti barang atau bahan yang merupakan hasil kerja (KBBI, 2005: 896). Sehingga, desain produk merupakan suatu rancangan dan atau kerangka yang digunakan dalam pembuatan suatu benda biasanya berupa gambar. Sukaya (2009: 10) mengatakan bahwa ada tahapan dalam proses penciptaan karya seni, tahap yang pertama adalah tahapan dimana si seniman berusaha menemukan ide atau gagasan sehingga dapat disebut dengan tahap pencarian ilham atau inspirasi.tahap pencarian ilham ini merupakan tahap perencanan proses berfikir. Palgunaldi (2007: 239) menyebutkan bahwa sebelum membuat suatu produk diperlukan pemahaman akan pentingnya prisip proses berfikir sebelum bertindak (think before do), bukan bertindak sambil berfikir (do while think) atau bertindak baru berfikir (think after do), atau bahkan bertindak tanpa berfikir (just do, no think). Dengan demikian suatu perencanaan harus dilakukan secara bermetode dan sistematis. Melanjutkan pendapat Palgunaldi (2007: 254-255) menyebutkan bahwa ada beberapa upaya dalam berfikir sistematis yaitu: 1. Memperjelas cara berfikir perencana Memperjelas cara berfikir perencana sangatlah diperlukan dalam proses perencanaan. Hal ini dikarenakan dalam suatu perencanaan seringkali pencipta tidak bekerja sendiri, melainkan ada bantuan dari orang lain agar ide pencipta bisa dimengerti dan dapat direalisasikan dengan baik.

31 2. Memperjelas alur kerja perencanaan Setiap perencana mempunyai alur kerja atau gayayang berbeda-beda. Alur kerja atau gaya haruslah diperjelas agar perencanaan dapat dimengerti oleh orang lain sehingga dapat berjalan dengan baik tanpa mengalami kesulitan kerja. 3. Membuat alur kerja yang bisa diikuti oleh orang lain Dengan membuat alur kerja yang sistematis, kegiatan perencanaan bisa diikuti oleh orang lain dengan mudah. Pembuatan alur kerja dapat membantu dalam pengerjaan karya yang akan dibuat dan biasa dipahami oleh orang lain. 4. Mempermudah proses perencanaan Proses perencanaan seringkali ditandai dengan proses yang rumit dan panjang. Oleh karena itu, dibutukkan suatu metode untuk merinci dan mempermudah dalam proses perencanaan. 5. Mengurangi kemungkinan timbulnya kerancuan Proses perencanaan seringkali ditandai dengan proses yang rumit dan panjang sehingga memiliki potensi kerancuan berpikir. Hal ini disebabkan karena banyaknya cakupan dalam proses berpikir. Oleh karena itu, dibutukkan suatu metode untuk menghindari kerancuan ini. 6. Mengurangi kemungkinan timbulnya sejumlah konflik desain Pada tahap perencanaan memungkinkan menghadapi sejumlah konflik disain. Konflik disain ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses kerja yang diakibatkan oleh ketidaksinambungan atau ketidaksistematisanya perencana. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistematika dan metode untuk mengatasi masalah ini. 7. Mempermudah pengelolaan proyek perencana Pengerjaan suatu proyek perencana yang rumit, harus dibagi dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu. Sehingga orang menjadi tahu tugas, sasaran dan tujuan pekerjaan perencanaan yang menjadi tanggungjawabnya.

8. Mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan pada saat dilakukan proses perencanaan, perencanaan ulang, dan keterlambatan waktu Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam menciptakan suatu inovasi baru bisa saja terjadi. Hal ini bisa dikarenakan tidak mempunyai suatu acuahan berupa konsep atau produk yang ada sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan desain harus dilakukan secara sistematis, cermat, dan hati-hati. 9. Merealisasikan berbagai kemungkinan untuk menghasilkan rencana yang bersifat imajinatif dan rencana desain yang maju Realisasi ini berlaku terutama untuk penciptaan produk yang benar-benar inovatif dan belum ada sebelumnya. Perencanaan tidak memiliki acuan berupa konsep atau produk sebelumnya. Oleh karena itu, seluruh konsepsi desain harus dilakukan secara sistematis, cermat, dan hati-hati. Setelah memperoleh inspirasi barulah dilakukan tahap mendesain. Mendesain adalah kegiatan merencanakan sedangkan rencana sendiri adalah benda yang dihasilkan oleh pelaksanaan proses perencanaan (Palgunaldi, 2007: 7). Perancangan desain yang dibuat dalam karya ini menggunakan pendekatan kria (craft approach). Pendekatan kriya (craft approach) umumnya dilakukan jika proyek perencanaan/desain yang dilakukan perencana bertujuan hendak menghasilkan suatu produk dengan bobot kria (craft) yang tinggi, misalnya: unik, etnik, estetis. Perencana/desainer yang melakukan pendekatan kria, umumnya disyaratkan untuk mempunyai kehalusan rasa, selera (taste) yang bagus, pemahaman budaya, dan kemauan mengolah estetika, dan bukan tidak mungkin juga filsafat. Desain yang dihasilkan dari pendekatan ini, lazim disebut desain berbasis kriya (craft design) (Palgunaldi, 2007:263). Secara harfiah, kriya berarti kerajian atau dalam bahasa Inggris disebut craft. Kriya adalah cabang seni rupa yang sangat memerlukan keahlian kekriyaan (craftmanship) yang tinggi... (Susanto, 2011: 231). Kriya (craft) diartikan sebagai suatu keterampilan yang dikaitkan dengan profesi yang disebut dengan perajin (craftswoker), dalam kehidupan sehari- hari kriya sering menunjuk kepada karya keterampilan buatan tangan (Gustami, 2007: xi). 32

33 Sehingga dapat disimpulkan, desain dan desain produk merupakan rancangan untuk menciptakan suatu produk tertentu dengan tujuan tertentu secara sistematik. Desain yang dibuat merujuk pada kegunaan suatu benda dan mempunyai nilai keindahan sehingga disebut dengan desain kriya.

BAB III METODE PENCIPTAAN Kata metode atau method dalam bahasa inggris, berarti cara, atau cara kerja yang bersistem yang digunakan untuk memudahkan pelaksanaan kerja, sedangkan kata penciptaan yang mengikuti kata metode menunjukkan sebuah proses, perbuatan, atau cara menciptakan (Sukaya, 2009:8). Sehingga dapat dikatakan metode penciptaan merupakan cara yang digunakan untuk menciptakan produk karya seni tertentu. Menurut Gustami (2007: 329-330), menyebutkan ada tiga tahap dalam berkarya seni diantaranya adalah ekplorasi berupa penggalian ide, perumusan masalah dan olah data, yang kedua perencanaan berupa visualisasi gambar teknik, serta yang terakhir berupa perwujudan. Penciptaan karya seni sepatu wanita dewasa yang motif batiknya terinspirasi dari tanaman petai cina ini menggunakan metode atau tahapan ekplorasi, perencanaan, dan perwujudan. 1. Tahap Eksplorasi Tahap eksplorasi merupakan langkah awal dalam pembuatan karya seni khususnya sepatu batik. Dalam langkah pengamatan perkembangan model sepatu dari waktu ke waktu sangat diperlukan dalam pembuatan desain sepatu. Selain itu, pengamatan karakteristik bentuk daun, bunga, dan buah tanaman petai cina juga diperlukan mengingat ide dasar pembuatan motif pada produk sepatu. Pada tahap eksplorasi ini, langkah yang dilakukan adalah pembuatan sket alternatif batik dan model sepatu. Sket-sket batik dan model sepatu masih berupa 34

35 gambar hitam putih sedangkan desain batik dan desain sepatu berupa gambar warna. Sket dan desain tersebut dibuat dengan meggunakan kertas manila ukuran A4, dan didesain secara manual dengan menggunakan pensil dan spidol. Sket dan desain motif dibuat sebanyak 4 sket kemudian dipilih satu sket terbaik yang direalisasikan dalam wujud bahan sepatu. Sedangkan sket dan desain sepatu dibuat sebanyak 40 sket alternatif dan dipilih 10 sket terbaik yang dijadikan sepatu.gambar seluruh sket alternatif dan desain alternatif terlampir pada bagian lampiran laporan namun, berikut ini adalah salah satu contoh sket dan desain, yaitu: 1. Sket Motif Batik Gambar XIV: Sket motif batik terpilih (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

36 Gambar XV: Sket motif batik alternatif (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XVI: Sket motif batik alternatif (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

37 Gambar XVII: Sket motif batik alternatif (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) 2. Sket Sepatu Alternatif Gambar XVIII: Sket alternatif sepatu Kondangan (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

38 Gambar XIX: Sket alternatif sepatu Kondangan (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XX: Sket alternatif sepatu kondangan (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

39 Gambar XXI: Sket alternatif sepatu promnight I (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XXII: Sket alternatif sepatu promnight I (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

40 Gambar XXIII: Sket alternatif sepatu promnight I (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XXIV: Sket alternatif sepatu promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

41 Gambar XXV: Sket alternatif sepatu promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XXVI: Sket alternatif sepatu promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

42 Gambar XXVII: Sket alternatif sepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XXVIII: Sket alternatif sepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

43 Gambar XXIX: Sket alternatif sepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XXX: Sket alternatif sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015)

44 Gambar XXXI: Sket alternatif sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015) Gambar XXXII: Sket alternatif sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015)

45 Gambar XXXIII: Sket alternatif sepatu pantofel (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XXXIV: Sket alternatif sepatu pantofel (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

46 Gambar XXXV: Sket alternatif sepatu pantofel (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XXXVI: Sket alternatif sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

47 Gambar XXXVII: Sket alternatif sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XXXVIII: Sket alternatif sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

48 Gambar XXXIX: Sket alternatif sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015) GambarXL: Sket alternatif sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015)

49 GambarXLI: Sket alternatif sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015) Gambar XLII: Sket alternatif sandal sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015)

50 Gambar XLIII: Sket alternatif sepatu sandal ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015) Gambar XLIV: Sket alternatif sepatu sandal ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015)

51 Gambar XLIV: Sket alternatif offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015) Gambar XLV: Sket alternatif offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015)

52 Gambar XLVI: Sket alternatif offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015) 3. Sket Sepatu Terpilih Gambar XLVII: Sket terpilih sepatu kondangan (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

53 Gambar XLVIII: Sket terpilih sepatu promnight I (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar XLIX: Sket terpilih sepatu promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

54 Gambar L: Sket terpilih sepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LI: Sket terpilih sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

55 Gambar LII: Sket terpilih sepatu pantofel (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LIII: Sket terpilih sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

56 Gambar LIV: Sket terpilih sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LV: Sket terpilih sepatu sandal ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

57 Gambar LVI: Sket terpilih sepatu offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) 2. Tahap Perancangan Perancangan yang dilakukan dalam pembuatan Tugas Akhir Karya Seni ini melalui dua tahapan umun, yang pertama melalui tahapan pembatikan dan yang kedua adalah pembuatan sepatu. Perancangan yang dilakukan ketika pembatikan dan pembuatan sepatu adalah perencanaan warna produk, pembuatan gambar kerja dan potongan pola. Perancangan warna produk dibuat pada kertas manila dengan pensil warna, sedangkan pembuatan gambar kerja dan potongan pola sepatu dibuat pada kertas manila kemudian diolah dengan menggunakan aplikasi komputer. Adapun perancangan penciptaan karya dilihat dari beberapa aspek, yaitu:

58 1. Aspek Fungsi Fungsi utama dalam pembuatan sepatu batik ini adalah sebagai kebutuhan fashion sepatu batik. Selain sebagai fashion, sepatu berfungsi sebagai pelindung kaki dari ancaman benda yang dapat melukai kaki. 2. Aspek Estetika a. Pemilihan model/ bentuk Pemilihan model/bentuk sepatu disesuaikan dengan kebutuhan fashion sepatu sehari-hari. Dalam perencanaan ini akan dibuat 10 jenis sepatu wanita dewasa dengan dengan keguaan yang berbeda. b. Pemilihan ornamen/motif Ornamen yang akan diterapkan dalam sepatu wanita dewasa ini terinpirasi dari bentuk daun, bunga, dan buah tanaman petai cina (lamtoro). Penciptaan ornamen dalam sepatu wanita dewasa ini akan disesuaikan dengan karakter sepatu yang akan diciptakan. c. Teknik yang digunakan Teknik yang digunakan dalam perencanaan sepatu ini yaitu dengan teknik dibatik. Sedangkan bahan yang digunakan dalam sepatu wanita dewasa ini adalah kulit tersamak dan kain mori. d. Skala/proporsi Ukuran sepatu wanita dewasa yang akan dibuat akan menggunakan acuan sepatu wanita 37 dan 38. Ukuran sepatu 37 dan 38 merupakan ukuran sepatu

59 yang ideal, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Disamping itu rata-rata ukuran sepatu yang digunakan wanita ideal saat ini antara 37 dan 38. e. Studi ergonomi Sepatu ini didesain sedemikian rupa bagi wanita pecinta sepatu sehingga kenyamanan pemakaian menjadi salah satu proritas penting. Pasalnya sepatu menjadi suatu alat yang digunakan untuk melindungi kaki dan tentu saja sepatu dipakai dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam sekali pemakaiannya, sepatu biasanya digunakan hingga 8 jam per hari bahkan lebih. Perancangan bentuk sepatu didesuaikan dengan karakter jenis kaki wanita dewasa di Indonesia. Selain kenyamanannya, aneka bentuk dan desain sepatu yang dibuat menjadi pilihan dalam fashion sepatu dan digunakan untuk fungsi fashion yang berbeda. Keamanan dalam pemakaian sepatu juga menjadi hal yang penting. Hal ini terkait dengan fungsi sepatu sebagai pelindung kaki bukan sabagai alat untuk melukai kaki. Kejadian yang sering terjadi ketika sepatu digunakan terlalu lama membuat kaki lecet dan cepat lelah. Oleh karena itu, bahan yang digunakan dalam pembuatan sepatu juga menjadi pertimbangan penting.

60 3. Desain Motif Batik Gambar LVII: Desain terpilih motif batik (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) 4. Desain Sepatu Gambar LVIII: Desain terpilih sepatu kondangan (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

61 Gambar LIX: Desain terpilih sepatu promnight I (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LX: Desain terpilih sepatu promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

62 Gambar LXI: Desain terpilih sepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LXII: Desain terpilih sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

63 Gambar LXIII: Desain terpilih sepatu pantofel (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LX IV: Desain terpilih sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

64 Gambar LXV: Desain terpilih sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LXVI: Desain terpilih sepatu sandal ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015

65 Gambar LXVII: Desain terpilih sepatu offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015 5. Gambar Kerja GambarLXVIII: Gambar kerja pola penataan motif batik (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

66 Gambar LXIX: Gambar kerja sepatu kondangan (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LXX: Gambar kerja sepatu Promnight I (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

67 GambarLXXI: Gambar kerja sepatu Promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LXXII: Gambar kerja sepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

68 Gambar LXXIII: Gambar kerja sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LXXIV: Gambar kerja sepatu pantofel (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

69 Gambar LXXVI: Gambar kerja sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LXXVII: Gambar kerja sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

70 Gambar LXXVIII: Gambar kerja sepatu sandal ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) Gambar LXXIX: Gambar kerja sepatu offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

71 6. Potongan Pola a. Potongan Pola Sepatu Kondangan Gambar LXXX: Potongan pola upper sepatu kondangan (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar LXXXI: Potongan pola upper sepatu kondangan (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

72 Gambar LXXXII: Potongan pola bottom sepatu kondangan (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) b. Potongan Pola Sepatu Promnight I Gambar LXXXIII: Potongan pola upper sepatu promnight I (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

73 Gambar LXXXIV: Potongan pola upper sepatu promnight I (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar LXXXV: Potongan pola bottom sepatu promnight I (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

74 c. Potongan Pola Sepatu Promnight II Gambar LXXXVI: Potongan pola upper sepatu promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar LXXXVII: Potongan pola upper sepatu promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

75 Gambar LXXXVIII: Potongan pola upper sepatu promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar LXXXIX: Potongan pola bottom sepatu promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

76 d. Potongan Pola Sepatu Santai Gambar XC: Potongan pola uppersepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar XCI: Potongan pola upper sepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

77 Gambar XCII: Potongan pola bottom sepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) e. Potongan Pola Sepatu Laborat Gambar XCIII: Potongan pola upper sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

78 Gambar XCIV: Potongan pola upper sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar XCV: Potongan pola upper sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

79 Gambar XCVI: Potongan pola bottom sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) f. Potongan Pola Sepatu Pantofel Gambar XCVII: Potongan pola upper sepatu pantofel (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

80 Gambar XCVIII: Potongan pola upper sepatu pantofel (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar XCIX: Potongan pola upper sepatu pantofel (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

81 Gambar C: Potongan pola bottom sepatu pantofel (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) g. Potongan Pola Sepatu Sandal Flat Gambar CI: Potongan pola upper sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

82 Gambar CII: Potongan pola upper sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar CIII: Potongan pola upper sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

83 Gambar CIV: Potongan pola bottom sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) h. Potongan Pola Sepatu Ketty Pery Gambar CV: Potongan pola upper sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

84 Gambar CVI: Potongan pola upper sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar CVII: Potongan pola upper sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

85 Gambar CVIII: Potongan pola bottom sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar CIX: Potongan pola bottom sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

86 i. Potongan Pola Sepatu Sandal Ketty Pery Gambar CX: Potongan pola upper sepatu sandal ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar CXI: Potongan pola upper sepatu sandal ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

87 Gambar CXII: Potongan pola bottom sepatu sandal ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar CXIII: Potongan pola bottom sepatu sandal ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

88 j. Potongan Pola Sepatu Sandal Offroad Gambar CIV: Potongan pola upper sepatu offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar CV: Potongan pola upper sepatu offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

89 Gambar CVI: Potongan pola bottom sepatu offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar CVII: Potongan pola bottom sepatu offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

90 3. Tahap Perwujudan Setelah tahap perancangan selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah perwujudan karya. Dalam perwujudan karya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bahan yang akan digunakan dalam penciptaan sepatu batik wanita dewasa, alat yang digunakan dalam penciptaan sepatu batik wanita dewasa, dan proses pembuatan sepatu batik wanita dewasa. 1. Pembuatan Kain Batik a. Persiapan Bahan dalam Pembuatan Kain Batik 1) Kain putih Jenis kain yang dipilih adalah jenis kain mori karena kain ini dapat menyerap lilin dengan baik. Kain mori merupakan kain yang terbuat dari katun. Kualitas kain mori bermacam-macam dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Jenis kain mori yang dipilih adalah kain mori dengan kualitas tinggi yaitu jenis primisima. Kain yang dibutuhkan dalam pembuatan sepatu ini yaitu 150 cm. 2) Malam (lilin batik) Malam (lilin batik) merupakan bahan bahan yang digunakan untuk menutup bagian-bagian motif. Penutupan ini sebagai perintang atau pembatas warna pada setiap motif. Lilin yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan lilin biasa yang mana lilin batik bersifat mudah menyerap pada kain,

91 tetapi mudah lepas ketika proses pelorodan (TIM Sanggar Barkode, 210:88). Warna lilin batik yang digunakan adalah kuning suram. 3) Pewarna sintetis Pewarna sintetis sering disebut juga sebagai pewarna buatan. Pewarna yang digunakan adalah indigosol green 13 G dan indigosol green IB untuk warna hijau serta naptol AS- G + garam kuning GC untuk warna kuning. 4) Soda Abu Abu soda mempunyai warna putih dan bentuknya seperti bubuk. Banyaknya soda abu yang digunakan 1 sendok teh. Dalam proses pembuatan karya ini soda abu berguna untuk membersihkan lilin batik dalam proses perorodan. b. Persiapan Alat dalam Pembuatan Kain Batik 1) Alat tulis Alat tulis yang digunakan untuk membantu pembuatan sepatu berupa pensil 2B, bulpoin, dan penggaris. Pensil 2B digunakan untuk membuat gambar pola pada kain mori. 2) Kompor dan wajan khusus batik Kompor yang digunakan adalah tungku berbahan logam dan menggunakan bahan bakar minyak tanah. Kompor ini berfungsi sebagai pemanas lilin batik. Sedangkan wajan merupakan alat yang digunakan sebagai tempat lilin batik ketika lilin batik dicairkan.

92 3) Canting Canting merupakan alat yang digunakan untuk mengambil lilin cair ketika lilin akan digoreskan pada kain. Canting yang digunakan yaitu jenis canting bercucuk sedang dan canting bercucuk kecil. Canting bercucuk sedang digunakan dalam pembuatan pola batik awalan atau batik kerangka (nglowong) sedangkan canting bercucuk kecil digunakan dalam pembatikan isian 4) Gawangan dan kursi kecil (dingklik) Gawangan berfungsi sebagai alat bantu untuk menggantungkan kain mori dalam proses pembatikkan sehingga proses pembatikkan menjadi lebih mudah. Sedangkan kursi kecil (dingklik) berfungsi sebagai alat duduk agar tubuh merasa nyaman ketika proses pembatikan. 5) Meja Meja merupakan alat yang digunakan dalam proses pemolaan kain mori. Sering disebut dengan istilah meja pola. 6) Ember Ember merupakan wadah yang digunakan dalam proses pewarnaan kain batik. Ember berfungsi sebagai tempat untuk mencampurkan pewarna batik. 7) Mangkok dan kuas Mangkok berfungsi sebagai tempat untuk mencampurkan warna batik pada tahap pewarnaan batik colet. Sedangkan kuas berfungsi sebagai alat untuk menuangkan pewarna pada kain mori.

93 8) Alat press Alat pres yang digunakan adalah setrika. Alat ini berguna sebagai penghalus kain batik setelah tahap pengeringan. Tujuan dari pengepressan adalah agar kain batik menjadi halus dan memudahkan dalam pembuatan pola sepatu. c. Proses Pembuatan Kain Batik Setelah pembuatan gambar kerja, tahap pembatikan merupakan tahap yang penting. Pada proses inilah keindahan sepatu akan nampak. Dalam tahap pembatikan ada beberapa proses penting untuk menghasilkan karya batik. Beberapa proses yang dilakukan diantaranya, sebagai berikut: 1) Pembuatan pola batik Pembuatan pola batik merupakan langkah awal sebelum melakukan proses pembatikkan kain. Tujuan pembuatan pola batik adalah untuk mempermudah penggambaran motif pada kain. Pembuatan pola batik diawali dengan pembuatan master motif telebih dahulu. Master motif dibuat pada kertas manila ukuran A4. Master motif tersebut diperbanyak sampai 28 buah, kemudian seluruh master motif tersebut digabungkan menjadi satu sesuai dengan alur motif batik.

94 Gambar CIX: Master pola batik dalam kertas A4 (Sumber: Dokumentasi Silfia, Februari 2015) 2) Pemindahan Pola Motif pada Kain Tujuan dari pemindahan motif ini adalah untuk membuat garis-garis motif yang dibatik sehingga ketika pembatikan dengan menggunakan canthing menjadi lebih mudah karena tinggal mengikuti alur garis moif pada kain. Kain yang digunakan adalah kain mori primisima dengan ukuran 150 cm. Cara pemindahanya dengan membentangkan kain mori diatas meja kaca, lalu menjiplaknya dengan menggunakan pensil minimal 2B.

95 Gambar CX: Memolapada kain mori (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015) 3) Proses Nyanting (Pemberian Malam pada Kain) Setelah kain mori selesai diberi motif, kemudian lilin batik atau yang sering disebut dengan malam dipanaskan dalam api kecil sampai semua malam mencair dan siap digunakan. Cara menuliskan cairan malam pada kain mori adalah mengambilnya dengan canting. Cairan malam yang keluar dari lubang canthing ini bagaikan tinta yang keluar dari penanya. Sebelum cairan malam diteteskan pada kain mori, ujung canting ditiup terlebih dahulu. Tujuan peniupan ini adalah untuk mengembalikan cairan malam supaya tidak menetes sebelum ujung canting ditempelkan pada kain mori dan untuk mengontrol ujung canting tidak tersumbat sehingga cairan malam keluar dengan lancar. Kemudian, canting yang berisi cairan malam digorekan pada kain mori. Pembatikan kerangka pada kain mori dinamakan nglowongi. Canting yang

96 digunakaan adalah canting dengan cucuk sedang. Caranya adalah dengan menutup semua garis motif sesuai dengan alur motif yang ada pada kain mori. Ketika cairan malam dalam penyamplungan habis atau dingin, cairan malam dikembalikan ke dalam wajan kemudian nyamplungan canting diisi dengan cairan malam yang baru. Setelah pembatikan kerangka selesai, kain mori yang telah diklowongi tadi diberi isen-isen yang sesuai. Canting yang digunakan adalah cating dengan cucuk kecil. Tujuan dari pemberian isen-isen ini adalah untuk mengisi bagian yang kosong serta berfungsi sebagai penghias motif agar terlihat lebih menarik. Isian pada motif ini berbentuk titik-titik dan garis-garis yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan komposisi yang menarik. 4) Pemberian Warna Setelah kain mori selesai diberi malam, langkah selanjutnya adalah pemberian warna. Warna yang digunakan adalah warna hijau muda, hijau tua, dan kuning. Pewarnaan menggunakan warna sintetis dengan jenis warna kuning (naptol) dan warna hijau (indigosol). Pada tahap pewarnaan ini, teknik yang digunakan adalah teknik pewarnaan colet dan teknik pewarnaan tutup celup. a) Teknik Pewarnaan Colet Pertama-tama penyiapan pewarna kuning (naptol AS- G + Garam Kuning GC) dalam mangkok kecil yang diisi sedikit air (25 ml). Kemudian,

97 bahan tersebut diaduk hingga semua warna kuning larut dalam air. Langkah tersebut adalah cara untuk membuat racikan warna kuning. Setelah selesai, kain yang sudah dibatik tersebut dibentangkan pada meja khusus untuk mencolet dengan posisi horizontal. Kemudian, pemberian warna kuning pada motif pun bunga pun dilakukan dengan alat kuas. Cara pemberian warna seperti cara melukis. Setelah semua motif bunga selesai diberi warna kuning. Proses pemberian kuning diulangi lagi agar warna menjadi lebih tajam. Setelah selesai, kain dijemur dibawah sinar matahari agar warna lebih pekat. Setelah kain tersebut kering, motif yang diberi warna kuning ditutup dengan malam. Gambar CXI: Hasil pewarnaan batik (Sumber: Dokumentasi Silfia, Maret 2015)

98 b) Teknik Pewarnaan Celup Cara pewarnaan dengan teknik celup adalah dengan mencelupkan seluruh kain permukaan kain ke dalam ember yang berisi pewarna. Pencelupan pertaman dengan menggunakan warna indigosol Green 13 G dan pencelupan kedua dengan menggunakan warna indigosol IB. Cara membuat larutan pewarnanya dengan mencampurkan 250 gram pewarna hijau ke dalam 250 ml air kemudian racikan diaduk hingga rata. Kemudian, larutan nitrit dibuat dengan menggunakan air panas kurang lebih 10 ml. Setelah larutan nitrit selesai dibuat, larutan nitrit tersebut dicampurkan ke dalam larutan indigosol. Kemudian, 10 cc HCL dilarutkan dalam 10 liter air dingin pada wadah yang berbeda. Sebelum kain batik dicelupkan kedalam pewarna hijau kain batik dibasaihi dengan air dan ditiriskan tanpa harus memerasnya. Langkah tersebut berfungsi agar warna mudah meresap kedalam serat kain. Pada tahap pencelupan ini, diusahakan dilakukan dengan hati-hati karena jika tidak zat perintang (lilin batik) bisa pecah dan mengakibatkan warna hijau ini bisa masuk ke dalam sela-sela lilin batik yang pecah. Setelah itu, kain dicelupkan ke dalam pewarna hijau. Kemudian tiriskan dan celupkan kain batik dalam larutan HCL. Ketika pencelupan kain dalam larutan HCL, haruslah dilakukan dengan hati-hati. Hal ini dikarenakan jika larurtan tersebut terkena tangan maka tangan akan iritasi dan menimbulkan

99 efek rasa panas (bakar). Langkah selanjutnya yaitu menjemur kain batik di dibawah sinar matahari. Namun, pada tahap ini harus dilakukan dengan tetili karena jika kain batik terlalu lama mendapatkan panas, lilin yang menempel pada kain akan meleleh. Pencelupan dilakukan sampai 2-3 kali proses pencelupan dengan cara yang sama. Kemudian, motif yang diberi warna hijau muda ditutup dengan menggunakan lilin batik (malam). Motif yang diberi warna hijau muda adalah motif buah dan daun petai cina. 5) Proses Pelorodaan Setelah pengulangan pewarnaan selesai dilakukan, selanjutnya seluruh malam dapat dilepaskan dengan cara dilorot. Nglorot yaitu menhilangkan lilin pada kain dengan menggunakan air mendidih yang ditambakan tapioka agar lilin tidak menempel lagi pada kain (Soetarman, 2008:53). Cara melepaskan lilin batik adalah dengan merebus kain batik hingga lilin mencair. Pada air rebusan batik diberikan soda abu. Lilin batik yang sudah mencair akan mengapung di permukaan air rebusan. Kemudian, kain batik dicuci hingga bersih dan diberikan sedikit larutan kanji. Setelah kain batik kering, kain dipres dengan suhu sedang. Pengepresan ini bertujuan untuk memudahkan proses pemotongan pola sepatu.

100 Gambar CXII: Kain batik motif daun, bunga, dan buah tanaman petai cina (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) 2. Pembuatan Sepatu a. Persiapan Bahan dalam Pembuatan Sepatu 1) Acuhan sepatu Acuan sepatu digunakan untuk menentukan batas ukuran sepatu dan juga sebagai alat untuk membentuk sepatu. Acuhan sepatu yang digunakan adalah acuhan sepatu wanita dengan ukuran 37 dan 38. Setiap ukuran sepatu membutuhkan sepasang acuhan sepatu begitu pula setiap model (bentuk) sepatu yang berbeda membutuhkan acuhan yang berbeda pula.

101 Gambar CXIII: Acuhan sepatu dengan ujung tumpul untuk sepatu jenis hak 5-6 cm (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) 2) Kertas manila Kertas manila digunakan sebagai bahan dalam pembuatan pola sepatu. Kertas yang digunakan dalam pembuatn karya ini adalah kertas manila. 3) Pita perekat (paper tape) Pita perekat (paper tape) digunakan dalam pembuatan pola rata-rata sepatu yaitu untuk membalut acuan yang nantinya digunakan dalam pembuatan pola. 4) Kulit sapi tersamak Kulit sapi tersamak merupakan bahan yang menjadi prioritas penting selain kain batik. Beberapa sepatu wanita harus menggunakan kulit bahan sepatu. Kulit sapi tersamak digunakan sebagai kombinasi dalam pembuatan sepatu batik wanita ini. Pada pembuatan sepatu wanita ini menggunakan aneka warna kulit tersamak separti warna putih, kuning, coklat susu, coklat kemerahan, coklat tua, dan hijau tua.

102 5) Sol sepatu Sol sepatu merupakan bagian bawah sepatu yang terletak di bagian luar sepatu yaitu bagian yang menyentuh tanah. Sol sepatu ini sering disebut dengan istilah outsole. Bahan sol sepatu terbuat dari bahan karet, fiber, dan plastik. Sol sepatu yang digunakan dalam pembuatan sepatu wanita dewasa ini sudah dalam bentuk jadi atau siap pakai. Bahan sol yang digunakan terbuat dari bahan fiber dan 2 sepatu menggunakan bahan plastik dikombinasi dengan karet krep. 6) Spon ati Spon ati mempunyai karakter yang empuk sehingga sangat cocok digunakan untuk menambah kenyamanan sepatu. Pada sepatu spon ati terletak dibagian dalam sepatu (insole). Spon ati yang digunakan adalah spon ati yang memiliki ketebalan 1-2 mm. Ada juga jenis sepatu yang menggunakan insol spon latex. Spon latex ini mebih empuk dari pada spon ati. 7) Benang Benang merupakan bahan yang digunakan untuk menyatukan atau menjahit komponen-komponen sepatu agar terikat kuat dan terlihat lebih rapi. Benang yang digunakan adalah benang jenis nilon ukuran 0,3 mm. Warna benang yang dipakai menyesuaikan warna bahan yang akan dijahit. 8) Perekat Perekat biasanya identik dengan istilah lem. Perekat ini digunakan sebagai bahan untuk merekatkan komponen-komponen sepatu agar menyatu dan

103 terlihat rapi.menurut ASTM (dalam Wiryodiningrat, 2008: 81) menyatakan bahwa: Perekat (adhesive) dapat digambarkan sebagai sebuah substansi yang mampu menyatukan bahan-bahan secara bersama-sama melalui kedua permukaannya, sekalipun cukup sulit mengekpresikannya, tetapi mudah dipahami......... 9) Mata ayam dan tali sepatu Mata ayam merupakan bahan yang digunakan sebagai tempat masuknya tali sepatu agar sepatu kelihatan lebih rapi. Selain itu, mata ayam berfungsi sebagai penguat pada pinggiran lubang sepatu agar kulit atau kain yang dilubangi tetap pada posisinya. Mata ayam ini berbentuk lingkaran dengan diameter 7 mm dan terbuat dari bahan logam. 10) Pelapis sepatu Kain untuk melaisi sepatu yang digunakan dalam pembuatan sepatu ini adalah dari jenis laken. Kain ini sangat tipis dan terbuat dari bahan wool sehingga memberi rasa nyaman pada bagian dalam sepatu. Pelapis sepatu yang digunakan berbentuk seperti kain bludru, sedangkan warna yang digunakan adalah warna coklat susu dan coklat tua. Sedangkan pelapis lain yaitu kain latex. Kain laken merupakan bahan yang penting terutama pada upper sepatu barbahan kain tipis. Kain ini berfungsi sebagai pelapis kain batik agar kain batik tidak mulur ketika kain ditarik. Kain laken yang digunakan berwana coklat muda.

104 11) Kain keras Kain keras umumnya berwarna putih yang digunakan untuk membentuk bagian depan dan bagian belakang sepatu. Tujuan pemberian kain keras ini adalah agar sepatu lebih kuat (awet) dan memberikan rasa nyaman dikaki. Kain keras umumnya terbuat dari campuran serat kapas dan polyester kapas. Ketebalan kain kain keras yang digunakan yaitu 0,3 mm. Selain itu, uniflex merupakan alternatif lain dari kain keras. Uniflex ini terbuat dari kertas tebal. uniflex digunakan untuk melapisi bagian pada sol dalam sepatu. Selain itu, bahan ini sebagai pemberi kekuatan, bentuk, dan kenyaman ketika sepatu dipakai. Uniflex yang digunakan memiliki ketebalan 4 mm. 12) Insole jadi Insole jadi ini terbuat dari bahan uniflex. Pada bagian dalam uniflex sudah terdapat besi penyangga yang bertujuan untuk penguat solagar tidak patah. Gambar CXIV:Insole jadi (Sumber: Dokumentasi Silfia, Mei 2015)

105 13) Kertas amplas Kertas amplas ini berguna sebagai penghalus permukaan komponen sepatu agar tampak rata dan rapi. Selain itu, amplas berfungsi untuk membuka pori-pori bahan agar lem dapat merekat dengan sempurna. Amplas yang digunakan adalah amplas kasar. Gambar CXV: Kertas amplas (Sumber: Dokumentasi Silfia, Mei 2015) 14) Herin Herin merupakan bahan yang digunakan untuk membasahi kain keras sebelum diberi lem. Tujuannya adalah agar kain keras tidak kaku sehingga mudah dibentuk. 15) Kulit nabati Kulit nabati ini digunakan sebagai isian pada insole tepatnya setelah bagian upper sepatu terbentuk. Tujuan pemberian isian ini adalah agar

106 permukaan bagian upper rata setelah proses lasting. Disamping itu juga untuk mempermudah perekatan lem ketika upper dan bottom dirakit. b. Persiapan Alat dalam Pembuatan Sepatu 1) Alat tulis Alat tulis yang digunakan untuk membantu pembuatan sepatu berupa bulpoin dan penggaris. Bulpoin warna perak digunakan untuk membantu memberi batas potong pada kain batik dan kulit sebelum proses pemotongan pola. Sedangkan penggaris sering disebut dengan mistar yang digunakan untuk mengukur komponen-komponen sepatu. 2) Alat pemotong Alat pemotong yang digunakan adalah gunting dan pisau kecil (cutter). Pada proses pembuatan sepatu ini jenis gunting yang digunakan adalah gunting biasa (tidak bergerigi) dan gunting yang bergerigi. Gunting bergerigi ini digunakan untuk memperindah tampilan sepatu pada bagian insole. 3) Mesin jahit Mesin jahit ini berguna untuk menjahit komponen-komponen sepatu. Mesin jahit yang digunakan menggunakan mesin jahit listrik. 4) Mesin seset Mesin seset merupakan alat yang digunakan untuk menipiskan bagian komponen sepatu sebelum komponen sepatu dijahit.

107 Gambar CXVI:Mesin seset (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015 5) Pemukul dan tang Pemukul yang digunakan adalah pemukul dari bahan logam dan sering disebut dengan nama palu. Alat ini berguna untuk memukul bagian tertentu dari komponen sepatu misalnya pada tahap pemberian mata ayam dan tahap lasting.

108 Gambar CXVII: Pemukul (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar CXVIII: Tang (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

109 c. Proses pembuatan sepatu Setelah pembuatan gambar kerja sepatu selesai, langkah selanjutnya adalah proses pembuatan sepatu yang akan diawali dari pembuatan pola hingga tahap hingga tahap finishing. Beberapa langkah yang akan dilakukan diantaranya, sebagai berikut: 1) Pembuatan pola sepatu Pola merupakan acuhan dalam tahap pemotongan bahan. Untuk membuat pola dasar sepatu wanita ini diperlukan acuhan sepatu yang sesuai dengan desain bentuk sepatu. Pola pada bagian upper sepatu terdiri dari pola luar dan pola lapis. Pola luar adalah pola yang digunakan untuk membuat komponen bagian luar sepatu. Sedangkan pola lapis adalah pola yang digunakan untuk membuat komponen pada lapisan dalam sepatu. Langkah awal dalam pembuatan pola adalah menyiapkan paper tape (pita perekat), gunting, dan acuhan sepatu. Gambar CXIX: Pemberian pita perekat pada acuhan sepatu (upper) (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

110 Gambar CXX: Pemindahan pita perekat pada kertas (upper) (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015) Gambar CXXI: Pembuatan pola bottom (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

111 a) Pembuatan pola rata-rata (mean form) Pembuatan pola rata-rata (mean form) sepatu bertujuan sebagai dasar dalam pembuatan pola potong. Cara pembuatan pola pokok yaitu acuhan sepatu dilapisi dengan paper tape (pita perekat). Pelapisan dimuai dari bagian depan ujung acuhan sepatu hingga bagian atas acuhan dan samping kanan-kiri acuan sepatu. Pelapisan paper tape (pita perekat) diakukan dengan cara tumpang-tindih. Setelah semua acuan dilapisi dengan paper tape (pita perekat), kemudian acuan sepatu dibagi menjadi dua bagian sama besar dengan cara ujung acuan bagian depan ditarik garis sampai pada punggung sepatu dan pada bagian tumit. Setelah selesai, pola dibelah menjadi dua bagian mengikuti alur garis dengan menggunakan cutter. Kemudian, paper tape (pita perekat) yang telah membentuk pola acuan sepatu tersebut dipindahkan (direkatkan kembali) pada kertas manila dan dipotong sesuai alur. Gambar CXXII: Pemindahan pita perekat pada kertas (upper) (Sumber: Dokumentasi Silfia, April 2015)

112 b) Pembuatan pola dasar Pola dasar merupakan pola yang berfungsi untuk membuat pola jadi. Pola dasar dibuat dari hasil pembuatan pola rata-rata (mean form). Pembuatan pola dasar dengan cara memindahkan pola rata-rata pada kertas lain. Kemudian, membuat alur-alur tertentu sesuai dengan desain sepatu yang akan dibuat. Alur-alur tersebut diberi jarak 5 mm sampai 7 mm untuk proses penjahitan. Alur-alur tersebut kemudian dilubangi dengan menggunakan cutter. c) Pola lapis Setelah pola dasar selesai dibuat, Langkah selanjutnya adalah pembuatan pola lapis. Pola lapis digunakan untuk membuat pola dalam sepatu (bagian upper sepatu). Ukuran pola lapis sepatu berbeda dengan ukuran pola dasar atau pun pola jadi sepatu. Cara membuat pola lapis sepatu adalah dengan menjiplak pola dasar kemuadian pada bagian punggung pola diberi tambahan ukuran 7mm sampai 10 mm. Guna penambahan ukuran ini adalah untuk stikbalik jahitan.

113 d) Pembuatan pola jadi Gambar CXXIII: Lapis sepatu (Sumber: Dokumentasi Silfia, Mei 2015) Pola jadi merupakan pola yang sudah siap untuk dijadikan master dalam pemotongan bahan. Pola jadi dibuat dari hasil pembuatan pola dasar. Pembuatan pola jadi yaitu dengan cara memindahkan ulang hasil pola dasar pada kertas lain. Pemindahan dilakukan dengan menggambar setiap bagian potongan pola (setiap alur pola) sesuai dengan desain sepatu. Langkah tersebut merupakan langkah pembuatan pola pada bagian upper sepatu. Sedangkan pada bagian bottom, pembuatan pola insol (sol dalam) cukup dengan menjiplaknya dengan menggunakan out sol (sol luar) yang siap pakai. e) Pemindahan Pola Jadi pada Bahan Sepatu Setelah pembuatan pola selesai, seluruh pola jadi dipindahkan pada semua bahan sepatu kemudian dipotong sesuai dengan pola. Untuk pola upper, terdiri dari tiga lapisan yaitu pada bagian paling atas adalah kain batik dan atau

114 kulit sapi, pada bagian tengah adalah kain keras, dan lapisan terakhir adalah kain bludru. Khusus kain batik, dilapisi bahan laken terlebih dahulu. Guna pelapisan laken pada kain batik adalah untuk mempertebal dan memperkuat kain batik terutama pada saat lasting. Gambar CXXIV: Pemindahan pola, pemotongan, perekatan, dan pelipatan bahan (upper) (Sumber: Dokumentasi Silfia, Mei 2015) 2) Penyesetan (skiving) dan Pelipatan (folding) Bahan-bahan kulit yang telah dipotong, kemudian di seset dengan menggunakan mesin seset. Penyesetan kulit dibuat tipis dan bila dilipatkan mendapat ketebalan yang sama dengan tebal kulit. Kemudian, bahan-bahan yang telah diseset tersebut dilipat dengan menggunakan lem secara manual. Lem yang dioeskan pada bahan sepatu harus tipis dan rata.

115 Gambar CXXV: Penyesetan kulit (bagian yang diseset tampak lebih muda) (Sumber: Dokumentasi Silfia, Mei 2015) Gambar CXXVI: Penyesetan kain keras(bagian yang diseset tampak lebih muda) (Sumber: Dokumentasi Silfia, Mei 2015)

116 3) Perakitan Sepatu (assembling) dan Penjahitan (sewing) Setelah seluruh bahan baku dipotong menjadi pola-pola bagian upper, kemudian, pola-pola bagian tersebut dirakit menjadi satu sesuai dengan desain sepatu yang dibuat. Perakitan dengan lapis harus sesuai dengan polanya, kemudian lapis tersebut ditempelkan dengan pasangannya dengan menggunakan lem. Pada proses perakitan sepatu, terdapat proses sewing. Prores sewing merupakan proses penjahitan bagian sepatu yaitu pada perakitan bagian upper sepatu. Pada proses penjahitan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Jarak jahitan dengan tepi kulit dan atau kain batik kurang lebih 1 mm sampai 1,5 mm b) Jahitan harus kuat dan tidak meloncat c) Jarak jahitan harus kecil-kecil yaitu 5 langkah tusukan dalam 1 cm Gambar CXXVII: Penjaitan dan perakitan upper (Sumber: Dokumentasai Silfia, Mei 2015)

117 Gambar XCIX: Penjaitan stik balik dan perakitan perlapis (Sumber: Dokumentasai Silfia, Mei 2015) 4) Persiapan Bottom a. Persiapan Insole Insole meupakan komponen sepatu yang teletak didalam sepatu, yaitu pada bagian bawah yang menyentuh kaki. Pembuatan dengan cara menjiplak sol cetak siap pakai, kemudian pada bagian kelilingnya dikurangi 2 mm. Agar pada bagian dalam kelihatan rapi, uniflex dan atau spon ati tersebut dilapisi dengan kulit sintetis dengan warna yang dibutuhkan. Ada beberapa bagian insole yang lapisannya dilipat kedalam seperti pada sepatu kondangan, sepatu ketty pery I, dan sepatu sandal. Pelipatan ini bertujuan agar sepatu terlihat lebih rapi.

118 Gambar CXXIX: Pembuatan insole high-heels (Sumber: Dokumentasai Silfia, Mei 2015) b. Persiapan Outsole Outsole merupakan bagian sepatu yang terletak dibagian paling bawah sepatuyang menyentuh tanah. Pada karya ini sebagian menggunakan outsole yang sudah jadi (sol cetak siap pakai) dan ada juga outsole yang dibuat manual. Sol yang dibuat manual ini ada pada sepatu yang berhak (highheels).

119 Gambar CXXX: Pembuatan outsole high-heels (Sumber: Dokumentasai Silfia, Mei 2015) 5) Lasting dan Pegepresan Proses selanjutknya adalah lasting. Proses lasting merupakan proses pembentukan sepatu pada cetakan sepatu. Langkah kerja lasting adalah bagian upper sepatu diberi kain keras pada bagian depan dan belakang. Kemudian, seluruh upper sepatu diberi lem terlebih dahulu. Pemberian lem pada bagian tahap ini bertujuan untuk merekatkan seluruh permukaan upper sepatu agar tidak geser ketika bagian tersebut dicetak. Ketika pemberian lem, bagian diberi lem harus segera dicetak. Hal ini disebabkan agar lem tidak kering sebelum proses pencetakan selasai. Tujuan lain pemberian lem pada tahap ini adalah untuk membentuk sepatu ketika dicetak. Kemudian, bagian upper yang sudah diberi lem tersebut dicetak dengan menggunakan cetakan sepatu yang dinamakan acuhan sepatu. Sebelumnya, pada bagian telapak acuhan sudah dipasang bagian insole. Acuhan sepatu yang digunakan tidak

120 bisa menggunakan satu acuhan sepatu kiri atau kanan saja seperti pada pembuatan pola tetapi harus menggunakan sepasang acuhan sepatu kiri dan kanan. Setelah bagian upper sepatu selesai dicetak, kemudian bagian upper tersebut digabungkan pada bagian bagian bottom dengan menggunakan lem dan dipres dengan alat pengepres sekitar 20 menit. Tujuan pengepresan ini adalah agar lem semakin menempel dengan maksimal. Gambar CXXXI: Lasting (Sumber: Dokumentasai Silfia, Mei 2015)

121 Gambar CXXXII: Pengepresan (Sumber: Dokumentasai Silfia, Mei 2015) Khusus untuk sepatu dengan model weigheest, perlakuan pada bagian outsole agak berbeda. Pada sisi kanan dan kiri outsole tidak tampak seperti outsole biasanya. Hal ini dikarenakan pada sisi kanan dan kiri outsole dilapisi dengan bahan lain, seperti kain batik dan kulit. Cara pelapisannya dengan cara menjiplak sisi kanan dan kiri sol cetak, kemudian pada tahap pemotongan diberi sisa 1 cm untuk pelipatan. Pada bagian bawah yang menyentuh tanah, diberi alas karet krep untuk meminimalisir gesekan agar aman dalam pemakaian.

122 6) Finishing Finishing yang dilakukan dalam pembuatan karya ini diantaranya adalalah: a) Pemberian logo pada sepatu b) Pembersihan sisa-sisa lem pada sepatu dengan karet krep c) Penyemiran sepatu d) Pengepakkan sepatu

BAB IV HASIL KARYA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Karya Pada penciptaan karya sepatu batik wanita dewasa ini, memiliki 2 macam ukuran sepatu yaitu ukuran 37 dengan jumlah 5 pasang sepatu dan ukuran 38 dengan jumlah 5 pasang sepatu. Pemilihan ukuran sepatu berdasarkan ukuran kaki wanita dewasa Indonsia yang ideal. Pada setiap sepatu didesain dengan bentuk yang berbeda-beda dan untuk kegunaan yang berbeda-beda. Bahan yang digunakan pada setiap sepatu juga berbeda-beda. Ada beberapa sepatu yang menggunakan bahan kain batik saja pada bagian upper sepatu dan beberapa sepatu menggunakan bahan kombinasi yaitu kain batik dan kulit sapi. Sedangkan motif yang digunakan dalam sepatu batik ini adalah motif daun, bunga, dan buah tanaman petai cina. Teknik pembatikan yang digunakan adalah teknik batik tulis, dimana proses pembatikan dilakukan dengan menggunakan atat canting bukan cap. Proses pewarnaan batik menggunakan teknik mencolet dan celup. Batik yang dibuat sebagai bahan pokok dalam pembuatan sepatu. Batik yang dibutuhkan untuk 10 pasang sepatu kurang lebih memiliki ukuran panjang 150 cm dan lebar 115 cm. Berikut ini adalah hasil penciptaan sepatu batik wanita dewasa: 123

124 1. Sepatu Kondangan Gambar CXXXIII: Hasil karya sepatu kondangan (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Sepatu kondangan ini memiliki ukuran 37 untuk ukuran wanita. Sepatu ini bertemakan warna hijau, sehingga kulit yang digunakan dalam penggombinasian juga berwarna hijau. Warna hijau memberi nuansa sejuk dan asri. Warna hijau sendiri diambil dari warna daun tanaman petai cina. Teknik yang digunakan ketika lasting dan pengepresan masih menggunakan alat yang sederhana (manual). Bahan yang digunakan dalam karya ini menggunakan bahan-bahan terbaik.

125 2. Sepatu Promnight I Gambar CXXXIV: Hasil karya sepatu promnight I (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Sepatu promnight I ini memiliki ukuran 37 untuk ukuran wanita. Sepatu ini bertemakan batik warna hijau, sehingga sepatu ini seluruhnya menggunakan bahan kain batik. Teknik yang digunakan ketika lasting dan pengepresan masih menggunakan alat yang sederhana (manual).

126 3. Sepatu Promnight II Gambar CXXXV: Hasil karya sepatu promnight II (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Sepatu promnight II ini memiliki ukuran 37 untuk ukuran wanita. Sepatu ini berbeda dengan sepatu promnight II, yaitu terletak pada pengombinasian warna dan bahan. Warna sepatu menggunakan warna hijau dan kuning serta bahan yang digunakan adalah kain batik dan kulit. Teknik yang digunakan ketika lasting dan pengepresan masih menggunakan alat yang sederhana (manual).

127 1. Sepatu Santai Gambar CXXXVI: Hasil karya sepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Sepatu santai ini memiliki ukuran 38 untuk ukuran wanita. Sepatu ini bertemakan batik warna hijau, sehingga sepatu ini seluruhnya menggunakan bahan kain batik. Teknik yang digunakan ketika lasting dan pengepresan masih menggunakan alat yang sederhana (manual). Sepatu ini cocok dipadukan dengan atasan baju berbahan kaos dan celana jeans.

128 2. Sepatu Laborat Gambar CXXXVII: Hasil karya sepatu laborat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Sepatu laborat ini memiliki ukuran 37 untuk ukuran wanita. Sepatu ini memiliki warna pokok putih karena disesuaikan dengan kegunaannya, kemudian pada bagian samping sepatu dikombinasi dengan kain batik warna hijau. Teknik yang digunakan ketika lasting dan pengepresan masih menggunakan alat yang sederhana (manual). Bahan yang digunakan dalam karya ini menggunakan bahanbahan terbaik.

129 3. Sepatu Pantofel Gambar CXXXVIII: Hasil karya sepatu santai (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Sepatu pantofel ini memiliki ukuran 38 untuk ukuran wanita. Sepatu ini memiliki warna pokok coklat muda karena disesuaikan dengan kegunaannya, kemudian pada bagian samping sepatu dikombinasi dengan kain batik warna hijau dan pengambilan motifnya adalah pada bunga petai cina. Teknik yang digunakan ketika lasting dan pengepresan masih menggunakan alat yang sederhana (manual). Bahan yang digunakan dalam karya ini menggunakan bahan-bahan terbaik.

130 4. Sepatu Sandal Flat Gambar CXXXIX: Hasil karya sepatu sandal flat (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Sepatu sandal flat ini memiliki ukuran 37 untuk ukuran wanita. Sepatu ini menggunakan batik warna hijau yang dikombinasikan dengan kulit sapi warna coklat muda. Teknik yang digunakan ketika lasting dan pengepresan masih menggunakan alat yang sederhana (manual). Sepatu ini cocok dipadukan dengan atasan baju berbahan kaos dan celana jeans.

131 5. Sepatu Ketty Pery Gambar CXL: Hasil karya sepatu ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Sepatu ketty pery ini memiliki ukuran 37 untuk ukuran wanita. Sepatu ini menggunakan batik warna hijau yang dikombinasikan dengan kulit sapi warna coklat kemerahan. Sepatu tersebut tampak membagi dua bagian antara bagian atas sepatu dengan solnya. Teknik yang digunakan ketika lasting dan pengepresan masih menggunakan alat yang sederhana (manual). Sepatu ini cocok dipadukan dengan gaun warna hijau, warna kuning, dan warna putih.

132 6. Sepatu Sandal Ketty Pery Gambar CXLI: Hasil karya sepatu sandal ketty pery (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Sepatu ketty pery ini memiliki ukuran 38 untuk ukuran wanita. Sepatu ini menggunakan batik warna hijau yang dikombinasikan dengan kulit sapi warna kuning. Teknik yang digunakan ketika lasting dan pengepresan masih menggunakan alat yang sederhana (manual). Sepatu ini cocok dipadukan dengan gaun warna hijau, warna kuning, dan warna putih.

133 7. Sepatu Offroad Gambar CXLII: Hasil karya sepatu offroad (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Sepatu ketty pery ini memiliki ukuran 38 untuk ukuran wanita. Sepatu ini menggunakan batik warna hijau yang dikombinasikan dengan kulit sapi warna coklat tua. Teknik yang digunakan ketika lasting dan pengepresan masih menggunakan alat yang sederhana (manual). Sepatu ini cocok dipadukan dengan atasan kaos dan celana tanggung.

134 B. Pembahasan 1. Sepatu Kondangan Gambar CXLIII: Penerapan sepatu kondangan pada model (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Beberapa aspek yang menjadi spesifikasi dan keunggulan karya sepatu kondangan adalah sebagai berikut:

135 1. Aspek Fungsi Fungsi utama sepatu kondangan adalah untuk acara pesta perkawinan. Sepatu ini cocok dipadukan dengan pakainan adat (kebaya) warna hijau. Warna hijau yang dipadukan akan menambah nuansa sejuk ketika dilihat. 2. Aspek Estetis Umumnya, sepatu dibuat menutupi seluruh bagian kaki terutama pada bagian depan. Namun, sepatu ini tidak demikian. Sepatu kondangan ini dibuat secara khusus, yaitu pada bagian depan (jari) dibuat terbuka. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan jari kaki agar tampak lebih indah. Motif batik yang diterapkan dalam sepatu kondangan ini adalah bentuk buah tanaman petai cina. Dalam satu tangkai buah, tanaman petai cina memiliki buah yang banyak sehingga ketika diterapkan pada sepatu kondangan ini memiliki kesan pemakai dapat menemukan banyak keberuntungan. Selain itu, sepatu ini warna yang bernuansa hijau. Warana hijau kulit diambil dari warna dasar nuansa batik yaitu hijau. Warna hijau ini dapat memberi nuansa sejuk dan asri, sehingga pemakai terkesan lebih tenang. 3. Aspek Ergonomi Sepatu ini memiliki rongga pada bagian depan yang bertujuan sebagai sirkulasi udara pada kaki. Selain itu, dalam sepatu ini juga mempertimbangkan sisi kesehatan pemakai. Sehingga tinggi hak untuk sepatu

136 ini tidak lebih dari 7 cm yaitu 5 cm. Penambahan hak sepatu bertujuan untuk menambah tinggi badan wanita supaya terlihat lebih menarik. 4. Aspek Bahan Bahan yang digunakan pada bagian upper terdiri darikain batik, kulit sapi tersamak, kain laken sebagai pelapis kain batik, kain keras, dan bludru sebagai pelapis sekaligus untuk membuat sepatu nyaman ketika dipakai. Warna yang digunakan adalah warna hijau tua pada bagian kulit sapi tersamak, sedangkan motif yang diambil adalah motif buah petai cina.sedangkan bahan yang digunakan pada bagian bottom yaitu untuk insole menggunakan kulit sintetis, spon ati, serta uniflex, dan untuk bagian outsole menggunakan sol yang terbuat dari bahan fiber dan plastik.

137 2. Sepatu Promnight I Gambar CXLIV: Penerapan sepatu promnight I pada model (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Beberapa aspek yang menjadi spesifikasi dan keunggulan karya sepatu promnight I adalah sebagai berikut:

138 1. Aspek Fungsi Fungsi utama sepatu ini adalah untuk acara pesta malam seperti acara ulang tahun. Sepatu ini didesain seperti sepatu formal yaitu menutup seluruh jari, sehingga dapat juga digunakan untuk acara resmi kantor seperti meeting. 2. Aspek Estetis Sepatu promnight ini didesain menutupi seluruh jari pemakainya, namun pada punggung kaki sepatu didesain terbuka. Tujuan desain sepatu dengan punggung kaki terbuka ini adalah untuk memunjukkan karakter feminim wanita. Motif yang diterapkan pada sepatu ini adalah motif daun, bunga, dan buah tanaman petai cina. Kesatuan motif daun dan bunga petai cina dapat menimbulkan kesan indah dan unik, sedangkan warna hijau dapat menimbulkan kesan sejuk dan asri sehingga diharapkan pemakai terlihat memiliki kebribadian yang unik dan menenangkan. 3. Aspek Ergonomi Sepatu ini memiliki sirkulasi udara yang baik dari bahan dan bentuk. Bahan sepatu menggunakan bahan kain yang mudah menyerap keringat. Sedangkan dari sisi bentuk sepatu sengaja didesain terbuka pada bagian punggung kaki. Hal ini bertujuan untuk kenyamanan sepatu. Sepatu ini juga mempertimbangkan sisi kesehatan pemakai, sehingga tinggi hak untuk sepatu ini tidak lebih dari 7 cm yaitu 5 cm. Penambahan hak sepatu bertujuan untuk

139 menambah tinggi badan wanita supaya terlihat lebih cantik. Sepatu promnight memiliki ukuran kaki wanita 38. 4. Aspek Bahan Bahan yang digunakan pada bagian upper terdiri dari kain batik, laken sebagai pelapis kain batik, kain keras, dan bludru sebagai pelapis sekaligus untuk membuat sepatu nyaman ketika dipakai. Sepatu ini seluruhnya menggunakan kain batik. Sedangkan bahan yang digunakan pada bagian bottom yaitu untuk insole menggunakan kulit sintetis, spon ati, serta uniflex, dan untuk bagian outsole menggunakan sol yang terbuat dari bahan fiber dan plastik.

140 4. Sepatu Promnight II Gambar CXLV: Penerapan sepatu promnight II pada model (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Beberapa aspek yang menjadi spesifikasi dan keunggulan karya sepatu promnight II adalah sebagai berikut:

141 1. Aspek Fungsi Fungsi utama sepatu ini adalah untuk acara pesta malam seperti acara ulang tahun. Sepatu ini memiliki kombinasi warna yang mencolok sehingga dapat juga dikenakan ketika acara panggung seperti acara kontes menyanyi. 2. Aspek Estetis Sepatu promnight ini didesain menutupi seluruh jari pemakainya, namun pada punggung kaki sepatu didesain terbuka. Tujuan desain sepatu dengan punggung kaki terbuka ini adalah untuk memunjukkan karakter feminim wanita dan untuk membuat kaki tidak panas saat sepatu dikenakan. Pada sisi depan, samping, dan belakang sepatu terlihat berbeda. Pada bagian depan sepatu memperlihatkan bagian batik. Pada bagian samping sepatu memperlihatkan pemotongan bagian sepatu. Pada bagian samping ini sepatu terlihat seperti terpotong dengan bahan yang lain yaitu kulit sintetis warna kuning. Pemotongan ini bertujuan untuk menambah kesan sepatu kecil dan lebih feminim. Pada bagian belakang sepatu memperlihatkan kesan kulit warna kuning tersebut berfungsi sebagai pita, sehingga hal ini menambah sisi feminim sepatu ketika dilihat dari belakang. Sedangkan motif yang diterapkan pada sepatu ini adalah motif daun dan bunga tanaman petai cina. Kesatuan motif daun dan bunga petai cina dapat menimbulkan kesan indah dan unik, sedangkan warna hijau dapat menimbulkan kesan sejuk dan asri sehingga diharapkan pemakai terlihat memiliki kebribadian yang unik, menenangkan namun penuh kejutan.

142 3. Aspek Ergonomi Selain nilai keindahan sepatu, dalam sepatu ini juga mempertimbangkan sisi kesehatan pemakai. Sehingga tinggi hak untuk sepatu ini tidak lebih dari 7 cm yaitu 6 cm. Penambahan hak sepatu bertujuan untuk menambah tinggi badan wanita supaya terlihat lebih cantik. Sepatu promnight memiliki ukuran kaki wanita 38. 4. Aspek Bahan Bahan yang digunakan pada bagian upper terdiri dari kain batik, laken sebagai pelapis kain batik, kain keras, dan bludru sebagai pelapis sekaligus untuk membuat sepatu nyaman ketika dipakai. Warna yang digunakan adalah warna hijau tua dan kuning, sedangkan motif yang diambil adalah motif daun dan bunga petai cina. Sedangkan bahan yang digunakan pada bagian bottom yaitu untuk insole menggunakan kulit sintetis, spon ati, serta uniflex, dan untuk bagian outsole menggunakan sol yang terbuat dari bahan fiber dan plastik.

143 5. Sepatu Santai Gambar CXLVI: Penerapan sepatu santai pada model (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Beberapa aspek yang menjadi spesifikasi dan keunggulan karya sepatu santai adalah sebagai berikut:

144 1. Aspek Fungsi Fungsi utama dari sepatu ini adalah untuk acara santai. Modelnya yang flat membuat sepatu ini lebih praktis. Sepatu ini cocok digunakan oleh orang yang bergaya simple namun tetap trendy. Sehingga, sepatu ini dapat digunakan untuk acara-acara yang berbeda seperti jalan-jalan, kuliah, kontes musik dan acara resmi lainnya. 2. Aspek Estetis Sepatu santai ini didesain menutupi punggung kaki, namun tidak sampai menutupi pergelangan kaki. Tujuan desain sepatu dengan punggung kaki terbuka ini adalah untuk memunjukkan karakter feminim wanita dan untuk membuat kaki tidak panas saat sepatu dikenakan terutama dibawah sinar matahari. Sepatu ini dapat dipadukan dengan kaos kaki warna kulit bila sepatu ini digunakan di bawah sinar matahari. Sepatu ini seluruhnya menggunakan kain batik sehingga menambah gaya dalam berpenampilan. Sedangkan motif yang diterapkan pada sepatu ini adalah motif daun dan bunga tanaman petai cina. Kesatuan motif daun dan bunga petai cina dapat menimbulkan kesan indah dan unik, sedangkan warna hijau dapat menimbulkan kesan sejuk dan asri sehingga diharapkan pemakai terlihat memiliki kebribadian yang unik dan tetap santai dalam sehari-hari.

145 3. Aspek Ergonomis Sesuai dengan fungsi sepatu sepatu ini didesain tanpa menggunakan hak tinggi. Sepatu ini sering disebut dengan istilah flatshoes. Sepatu ini lebih sering dan lebih lama digunakan karena tinggi hak sepatu hanya 1 cm. Ditinjau dari sisi kesehatanpun, sepatu ini sangat aman digunakan dalam jangka waktu yang lama. 4. Aspek Bahan Bahan yang digunakan pada bagian upper terdiri dari kain batik, laken sebagai pelapis kain batik, kain keras, dan bludru sebagai pelapis sekaligus untuk membuat sepatu nyaman ketika dipakai. Sedangkan bahan yang digunakan pada bagian bottom yaitu untuk insole menggunakan kulit sintetis, spon ati, serta uniflex, dan untuk bagian outsole menggunakan sol yang terbuat dari bahan fiber.

146 6. Sepatu Laborat Gambar CXLVII: Penerapan sepatu laborat pada model (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Beberapa aspek yang menjadi spesifikasi dan keunggulan karya sepatu laborat adalah sebagai berikut:

147 1. Aspek Fungsi Fungsi utama dari sepatu ini adalah untuk praktikum di laboratorium. Laboratorium yang dimaksud adalah laboratorium kimia, fisika, dan biologi. Sepatu ini didesain flat dan menutup jari sehingga dapat pula digunakan untuk acara kuliah dan dapat dipakai oleh ahli kesehatan wanita dalam bekerja. 2. Aspek Estetis Sepatu ini didesain menutupi seluruh jari pemakainya, namun pada punggung kaki sepatu didesain terbuka. Tujuan desain sepatu dengan punggung kaki terbuka ini adalah untuk memunjukkan karakter feminim wanita dan untuk membuat kaki tidak panas saat sepatu dikenakan. Sesuai dengan fungsinya, sepatu ini berwarna pokok putih dan untuk menambah keindahannya. pada bagian samping sepatu dikombinasikan dengan kain batik. motif yang diterapkan pada sepatu ini adalah perpotongan alur motif daun dan buah tanaman petai cina. Keluesan garis pada motif dapat menunjukkan keuletan dan ketenangan ditambah lagi dengan warna hijau yang sejuk, sehingga pemakai terkesan tetap tenang dalam menghadapi masalah untuk itu cocok digunnakan dilaboratorium. 3. Aspek Ergonomis Sesuai dengan fungsi sepatu sepatu ini didesain tanpa menggunakan hak tinggi. Sepatu ini sering disebut dengan istilah flatshoes. Serpatu ini lebih

148 sering dan lebih lama digunakan karena tinggi hak sepatu hanya 1 cm. Ditinjau dari sisi kesehatannyapun, sepatu ini sangat aman digunakan dalam jangka waktu yang lama. 4. Aspek Bahan Bahan yang digunakan pada bagian upper terdiri dari kain batik, laken sebagai pelapis kain batik, kulit putih tersamak, kain keras, dan bludru sebagai pelapis sekaligus untuk membuat sepatu nyaman ketika dipakai. Sedangkan bahan yang digunakan pada bagian bottom yaitu untuk insole menggunakan kulit sintetis, spon ati, serta uniflex, dan untuk bagian outsole menggunakan sol yang terbuat dari bahan fiber.

149 7. Sepatu Pantofel Gambar CXLVIII: Penerapan sepatu pantofel pada model (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Beberapa aspek yang menjadi spesifikasi dan keunggulan karya sepatu pantofel adalah sebagai berikut:

150 1. Aspek Fungsi Fungsi utama dari sepatu ini adalah untuk acara formal. Sepatu ini cocok digunakan untuk kerja diperkantoran. 2. Aspek Estetis Sepatu ini didesain menutupi seluruh jari pemakainya, namun pada punggung kaki sepatu didesain terbuka. Tujuan desain sepatu dengan punggung kaki terbuka ini adalah untuk memunjukkan karakter feminim wanita dan untuk membuat kaki tidak panas saat sepatu dikenakan. Pada bagian punngung kaki memiliki dua pita perekat yang berguna untuk mempercantik bagian punggung kaki sekaligus sebagai penahan kaki agar sepatu tidak lepas ketika berjalan cepat. Sepatu ini menggunakan warna coklat muda seperti warna kulit dengan dipadukan sedikit kain batik sehingga menjadi pusat perhatian sepatu karena warna batik menggunakan warna hijau. Penggabungan warna ini sedikit berbeda dengan sepatu lainnya sehingga diharapkan pemakai menjadi pusat perhatian yang baik di lingkungan kerja. 3. Aspek Ergonomis Sepatu ini sangat mempertimbangkan sisi kesehatan. Hal ini terlihat pada penggunaan hak yang tidak tinggi dan tidak rendah. Hak yang digunakan berukuran 2 cm. Penggunaan hak 2 cm ini berjutuan untuk menambah keindahan ketika sepatu dipakai dan terlihat elegan ketika sepatu dipakai.

151 4. Aspek Bahan Bahan yang digunakan pada bagian upper terdiri dari kain batik, latex sebagai pelapis kain batik, kulit sapi tersamak warna coklat muda, kain keras, dan bludru sebagai pelapis sekaligus untuk membuat sepatu nyaman ketika dipakai. Sedangkan bahan yang digunakan pada bagian bottom yaitu untuk insole menggunakan kulit sintetis, spon ati, serta uniflex, dan untuk bagian outsole menggunakan sol yang terbuat dari bahan karet campuran. 8. Sepatu Sandal Flat Gambar CXLIX: Penerapan sepatu sandal flat pada model (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015)

152 Beberapa aspek yang menjadi spesifikasi dan keunggulan karya sepatu sandal flat adalah sebagai berikut: 1. Aspek Fungsi Fungsi utama dari sepatu ini adalah untuk acara santai. Modelnya yang flat membuat sepatu ini lebih praktis. Sepatu ini cocok digunakan oleh orang yang bergaya simple namun tetap trendy. Sehingga, sepatu ini dapat digunakan untuk acara-acara yang berbeda seperti jalan-jalan dan kuliah. Sepatu ini termasuk dalam sepatu semi formal.. 2. Aspek Estetis Sepatu ini didesain menutupi seluruh jari pemakainya, namun pada bagian samping sepatu didesain terbuka. Tujuan desain sepatu dengan samping terbuka ini adalah untuk memunjukkan sisi kaki wanita dan untuk membuat kaki tidak panas saat sepatu dikenakan. Sepatu ini menggunakan warna coklat muda seperti warna kulit dengan dipadukan sedikit kain batik sehingga menjadi pusat perhatian sepatu karena warna batik menggunakan warna hijau. Motif yang diterapkan pada sepatu ini adalah motif daun dan bunga tanaman petai cina. Kesatuan motif daun dan bunga petai cina dapat menimbulkan kesan indah dan unik, sedangkan warna hijau dapat menimbulkan kesan sejuk dan asri sehingga diharapkan pemakai terlihat memiliki kebribadian yang unik dan tetap santai dalam sehari-hari.

153 3. Aspek Ergonomis Pada bagian belakang sepatu memiliki risleting yang berjutuan untuk memudahkan masuk dan keluarnya kaki ketika memakai ataupun melepas sepatu. Pada leher sepatu memiliki ukuran yang pas dengan leher kaki. Hal ini bertujuan agar sepatu nyaman dipakai dan tidak lepas saat sepatu dikenakan. Sepatu ini sangat mempertimbangkan sisi kesehatan. Hal ini terlihat pada penggunaan hak yang tidak tinggi dan tidak rendah. Hak yang digunakan berukuran 2 cm. Penggunaan hak 2 cm ini berjutuan untuk menambah keindahan ketika sepatu dipakai dan terlihat elegan ketika sepatu dipakai. Pada bagian insole, sepatu ini menggunakan bahan spon latex. Bahan ini sangat empuk dan nyaman dipakai sehingga tidak menimbulkan rasa lelah ketika sepatu dipakai dalam jangka waktu yang lama. 4. Aspek Bahan Bahan yang digunakan pada bagian upper terdiri dari kain batik, laken sebagai pelapis kain batik, kulit sapi tersamak warna coklat muda, kain keras, dan bludru sebagai pelapis sekaligus untuk membuat sepatu nyaman ketika dipakai. Sedangkan bahan yang digunakan pada bagian bottom yaitu untuk insole menggunakan kulit sintetis, spon latex, serta uniflex, dan untuk bagian outsole menggunakan sol yang terbuat dari bahan karet campuran.

154 10. Sepatu Ketty Pery Gambar CL: Penerapan sepatu ketty pery pada model (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Beberapa aspek yang menjadi spesifikasi dan keunggulan karya sepatu ketty pery adalah sebagai berikut: 1. Aspek Fungsi Fungsi utama dari sepatu ini adalah untuk kebutuhan fashion diatas panggung, seperti pada acara menyanyi. Selain menyanyi, sepatu ini bisa juga dapat digunakan ketika membawa acara formal maupun nonformal. 2. Aspek Estetis Pada bagian sol sepatu ini dibalut dengan kain batik yang berguna untuk memperindah sepatu. Motif yang diterapkan pada sepatu ini adalah motif

155 daun, bunga, dan buah tanaman petai cina. Kesatuan motif daun dan bunga petai cina dapat menimbulkan kesan indah dan unik. Warna yang digunakan pada bagian upper adalah warna coklat kemerahan sedangkan bagian bottom dominan warna hijau kain batik. Warna yang ditampilkan sangat kontras dan karenanya sepatu akan menjadi center of interest dalam fashion. 3. Aspek Ergonomis Sepatu ini didesain menutupi seluruh jari pemakainya, bentuknya seperti sepatu pantofel, namun pada bagian solnya berjenis weighteest. Pada bagian punggung kaki sepatu didesain terbuka dan pada bagian atas terdapat saddle. Tujuan desain sepatu dengan punggung kaki terbuka ini adalah untuk memunjukkan karakter feminim wanita dan untuk membuat kaki tidak panas saat sepatu dikenakan. Pemberian saddle ini berfungsi sebagai penambah kekuatan sepatu terutama pada bagian punggung sepatu (throat). Pada bagian throat merupakan bagian yang mendapat tekanan dan tarikan secara terusmenerus ketika sepatu dikenakan. Sepatu ini juga mempertimbangkan sisi kesehatan. Hal ini terlihat pada penggunaan hak yang tinggi namun berjenis flat. Pada bagian bottom yaitu yang menyentuh dengan tanah menggunakan alas yang terbuat dari bahan karet krep. Karet krep ini berfungsi untuk mengurangi gesekan agar tidak licin ketika digunakan. Hak yang digunakan mempunyai timggi 8 cm.

156 4. Aspek Bahan Bahan yang digunakan pada bagian upper terdiri dari kulit sapi tersamak warna coklat kemerahan, kain keras, dan bludru sebagai pelapis sekaligus untuk membuat sepatu nyaman ketika dipakai. Sedangkan bahan yang digunakan pada bagian bottom yaitu untuk insole menggunakan kulit sintetis, spon ati, serta teksos, dan untuk bagian outsole menggunakan sol yang terbuat dari bahan karet campuran kemudian dilapisi dengan kain batik. 11. Sepatu Sandal Ketty Pery Gambar CLI: Penerapan sepatu sandal ketty pery pada model (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015)

157 Beberapa aspek yang menjadi spesifikasi dan keunggulan karya sepatu sandal ketty pery adalah sebagai berikut: 1. Aspek Fungsi Fungsi utama dari sepatu ini adalah untuk acara pesta terutama pesta diruang gedung seperti acara standing party. Sepatu cocok dipadukan dengan gaun warna hijau, warna kuning, dan warna putih. 2. Aspek Estetis Motif yang diterapkan pada sepatu ini adalah motif bunga dan buah tanaman petai cina. Motif bunga diterapkan pada bagian upper sepatu yaitu pada bagian toe cap dan motif buah diterapkan pada bagian back counter top. Di bagian solnya dibalut dengan kulit warna kuning yang berguna untuk memperindah sepatu. Pada bagian leher kaki terdapat saddle yang berguna sebagai hiasan kaki sekaligus sebagai penahan kaki agar sepatu tidak lepas ketika berjalan cepat. Sepatu ini memiliki warna dominan kuning. Warna kuning memiliki arti kegembiraan sehingga pemakai terkesan bahagia. Disisi lain batik yang digunakan adalah bernuansa hijau yang memiliki arti kesukuburan, sehingga jika dipadukan dengan warna kuning akan memiliki arti yang asri dalam kebahagiaan.

158 3. Aspek Ergonomis Sepatu ini didesain tidak menutupi seluruh jari pemakainya, bisa dikatakan bahwa sepatu ini masuk dalam kategori sepatu sandal, namun pada bagian solnya berjenis weigheest. Sepatu ini mempertimbangkan sisi kesehatan. Hal ini terlihat pada penggunaan hak yang tinggi namun berjenis flat. Pada bagian bottom yaitu yang menyentuh dengan tanah menggunakan alas yang terbuat dari bahan karet krep. Karet krep ini berfungsi untuk mengurangi gesekan agar tidak licin ketika digunakan. Hak yang digunakan mempunyai tinggi 8 cm. 4. Aspek Bahan Bahan yang digunakan pada bagian upper terdiri dari kulit sapi tersamak warna coklat kemerahan, kain keras, dan bludru sebagai pelapis sekaligus untuk membuat sepatu nyaman ketika dipakai. Sedangkan bahan yang digunakan pada bagian bottom yaitu untuk insole menggunakan kulit sintetis, spon ati, serta uniflex, dan untuk bagian outsole menggunakan sol yang terbuat dari bahan karet campuran kemudian dilapisi dengan kulit warna kuning.

159 12. Sepatu Offroad Gambar CLII: Penerapan sepatu sandal offroad pada model (Sumber: Dokumentasi Silfia, Juni 2015) Beberapa aspek yang menjadi spesifikasi dan keunggulan karya sepatu offroad adalah sebagai berikut: