Keterampilan pemimpin kelompok dalam konseling kelompok

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.


BAGIAN KETIGA DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

A.   PEMIMPIN KELOMPOK

Kelompok umumnya memerlukan seseorang yang mampu menggerakkan, mengarahkan, dan membimbing individu dalam kelompok untuk berusaha untuk mencapai tujuan kelompok. Seseorang tersebut memegang kendali untuk mengkoordinasikan dan memotivasi individu di dalam kelompok untuk membentuk masa depan kelompok. Jika bertanya, "siapa?" orang akan menjawab, "Pemimpin."

Istilah pemimpin" didefinisikan sebagai seseorang yang memimpin orang lain dalam kegiatan kelompok yang memiliki kemampuan mengorganisir, mengarahkan, mendukung, memotivasi, dan memberikan penguatan terhadap anggota kelompok (Forsyth, 2010: 246).

Prayitno, (2012) menjelaskan bahwa "pemimpin" dalam kegiatan bimbingan dan konseling kelompok adalah Konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainnya, Konselor memiliki keterampilan khusus menyelenggarakan bimbingan kelompok dan/atau konseling kelompok.

Dalam bimbingan kelompok dan/atau konseling kelompok tugas Konselor/pemimpin kelompok adalah memimpin kelompok yang bernuansa layanan konseling melalui "bahasa" konseling untuk mencapai tujuan-tujuan konseling. Secara khusus, konselor/pemimpin kelompok diwajibkan menghidupkan dinamika kelompok di antara semua peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus bimbingan kelompok atau konseling kelompok.

1.      Karakteristik dan Kriteria Pemimpin Kelompok

Menurut Prayitno, (2012) untuk menjalankan tugas dan kewaibn profesionalnya, pemimpin kelompok adalah seorang yang:

a.  mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang bebas, terbuka dan demokratik, konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban,  menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa nyaman, menggembirakan, dan nmembahagiakan; serta mencapai tujuan bersama kelonmpok. Dalam suasana demikian itu, objektihtas dan ketajaman analisis serta evaluasi kritis yang berorientasi nilai-nilai kebenaran dan moral (karakter-ceruas) dikembangkan melalui sikap dan cara-cara berkomunikasi yang jelas dan lugas (dalam strategi Berfikir, Merasa, Bersikap, Bertindak dan Bertangggung Jawab - BMB3) yang santun dan bertata-krama, dengan bahasa yang baik dan benar;

b.   memiliki Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilal, dan Sikap (WPKNS) yang luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas dan mensinergikan materi bahasan yang tumbuh dalam aktifitas kelompok, dan;

c.   memiliki kemampuan hubungan antar-personal berdasarkan kewibawaan yang hangat dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan, demokratik dan kompromistik (tidak antagonistik) dalam mengambil kesimpulan dan keputusan,  tanpa memaksakan, dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura, disiplin dan memiliki kemampuan untuk berkerja keras.

Jacobs, et., al., (2012:25) menyebutkan kriterias seorang pemimpin kelompok adalah seseorang yang memilikr (1) kepedulian, (2) Keterbukaan, (3) fleksibilitas, (4) kehangatan, (5) objektivitas, (6)kepercayaan, (7) kejujuran, (8) kekuatan, (9) kesabaran dan, (10) sesitivitas. Sementara itu, Shapiro dalam Corey, (2012) mengungkapkan bahwa kepribadian ideal pemimpin kelompok memiliki ciri-ciri berikut: (1) jujur, (2) memiliki integritas, (3) sabar, (4) berani, (5) fleksibel, (6) hangat, (7) empati, (8) cerdas, (9) tepat waktu, dan (10) mampu untuk menguasai/mengendalikan diri.

Keseluruhan karakteristik di atas membentuk pemimpin kelompok yang berwibawa di hadapan dan di tengah-tengah kelompoknya. Kewibawaan ini harus dapat dirasakan secara langsung oleh para anggota kelompok. Dengan kewibawaan itu pemimpin kelompok menjadi tali ikatan kelompok, menjadi panutan bertingkah laku dalam kelompok, menjadi pengembang dan pensinergian materi bahasan, serta berkualitas yang mendorong pengembangan dan pemecahan masalah yang dialami para peserta kelompok.

Jacobs, et., al., (2012:26) menjelaskan bahwa untuk menjadi pemimpin kelompok yang efektif, maka sekurang-kurangnya pemimpin kelompok memiliki:

a.       Pengalaman melakukan kegiatan konseling perorangan

b.      Pengalaman melakukan kegiatan kelompok

c.       Kemampuan melakukan perencanaan dan pengorganisian

d.      Memiliki pengetahuan dan wawasan yang mendalam terhadap topik

e.       Memiliki pemahaman dasar terkait manusia dan segala dinamikanya

f.        Memiliki pemahaman yang kuat terkait teori konseling

Corev (2012: 15) mengemukakan ciri-ciri kepribadian pemimpin kelompok yang efektif, sebagai berikut.

a.       Kehadiran secara emosional

Maksudnya adalah bahwa keberadaan konselor/pemimpin kelompok dalam kelompok tergerakkan oleh emosi-emosi (rasa senang atau rasa sakit) yang orang lain alami di dalam kelompok. Konselor/pemimpin kelompok nmengenal dan memberikan ekspresi terhadap emosi-emosi mereka itu berarti bahwa konselor/pemimpin kelompok saling terlibat secara emosional dengan orang lain.

b.      Kekuatan Pribadi

Yaitu kemampuan konselor/pemimpin untuk memberikan pengaruh kepada anggota kelompok. Perlu ditekankan bahwa kekuatan pribadi bukan bermaksud mendominasi dan mengeksploitasi orang lain melainkan menggunakan pengaruh yang ia miliki demi kepentingan para anggota kelompok. Pemimpin kelompok akan mendorong para anggota kelompok mengembangkan kekuatan-kekuatan mereka sendiri yang belum dimanfaatkanya secara maksimal; bukan untuk mengembangkan Sikap ketergantungan mereka.

c.       Keberanian

Konselor/pemimpin kelompok yang efektif sadar bahwa ia perlu menunjukkan keberanian dalam berinteraksi dengan anggota-anggota kelompok dan bahwa ia tidak boleh bersembunyi di belakang perasaan khususnya sebagai orang yang ahli (konselor).

d.      Kemauan Untuk Mengkonfrontasi Diri Sendiri

Menunjukan keberanian bukan hanya terhadap cara-cara konselor/pemimpin kelompok berhubungan dengan anggota kelompok melainkan juga terhadap cara-cara konselor/penimpin kelompok berhubungan dengan dirinya sendiri. Upaya ini berkaitan dengan salah satu tugas sentral konselor/pemimpin kelompok, yakni meningkatkan investigasi diri kepada konseli/anggota kelomnok.

e.       Ketulusan dan Keotentikan

Salah satu kualitas konselor/pemimpin kelompok yang penting adalah minat yang tulus terhadap kesejahteraan dan perkembangan kehidupan bagi orang lain. Karena ketulusan hati menyangkut keterus-terangan, maka ketulusan juga menyangkut pengungkapan terhadap para anggota kelompok apa yang konselor/pemimpin kelompok tidak ingin dengar.

f.        Pemahaman akan ldentitas Diri (Sense of ldentity)

Apabila konselor/pemimpin kelompok bermaksud membantu menemukan dan memanami siapa diri mereka, maka terlebih dahulu ia perlu memilik pemahaman yang jelas tentang identitas dirinya sendiri.

g.      Keyakinan terhadap proses kelompok dan antusiasme

Keyakinan konselor/pemimpin kelompok yang mendalam terhadap nilai proses kelompok adalah esensial bagi keberhasilan kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok.

h.      Daya Temu dan Kreatifitas

Konselor/pemimpin kelompok wajib memiliki kapasitas untuk mendekati anggota kelompok dengan ide-ide segar yang berkaitan dengan topik bahasan yang didalami dalam kegiatan bimbingan dan konseling kelompok. Konselor/pemimpin kelompok merangsang kemampuan berfikir, merasa, bersikap dan bertindak anggota kelompok melalui serangkaian teknik-teknik yang menyenangkan dan permainan yang penuh kreatifitas.

i.        Daya Tahan (Stamina)

Perkembangan kelompok bisa berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, menuntut konselor/pemimpin Kelompok secara fisik maupun secara psikologis perlu menemukan cara-cara agar stamina dan antuasiasme seluruh anggota kelompok tetap hidup selama proses kegiatan bimbingan dan konseling kelompok berlangsung.

2.      Keterampilan Pemimpin Kelompok sebagai Seorang Profesional

Sebagaimana telah dikatakan bahwa efektivitas kepemimpinan konselor/pemimpin kelompok akan tercermin pada keterampilanya dalam memimpin kelompok. Ini tidak bermaksud mengabaikan hal-hal lain yang penting, tetapi pada dasarnya penguasaan aspek-aspek kognitif dan afektif dari seorang konselor/pemimpin kelompok akan tampak dalam keterampilan yang diperihatkannya pada saat praktik pelaksanan bimbingan kelompok dan/atau konseling kelompok.

Selanjutnya, pembahasan aspek keterampilan konselor/pemimpin kelompok sebagaimana diuraikan oleh Jacobs et al. (1994) dalam Elida P (2010) tentang keterampilan-keterampilan dasar yang perlu dikuasai oleh konselor/pemimpin kelompok. Namun, beberapa sumber lain juga dirujuk guna memperkaya tulisan ini.

Keterampilan-keterampilan yang pada dasarnya diperlukan dalam konseling perorangan (individual) juga diperlukan dalam konseling kelompok. Menurut Jacob et,. al. (1994) dalam Elida P (2010), keterampilan-keterampilan konseling kelompok meliputi; (a) mendengarkan secara aktil, (b) refleksi, (c) klarifikasi dan bertanya, (d) merangkum pembicaraan, (e) memberi penjelasan singkat dan informasi, (f) mendorong dan memberikan dukungan, (g) mengatur nada pembicaraan, (h) menampilkan diri sebagai model serta pengungkapan diri, (i) menggunakan mata, (j) menggunakan suara, (k) penggunaan energi pemimpin, dan (l) mengidentifikasi mitra.

Selain keterampilan-keterampilan dasar di atas, ada beberapa keterampilan lain, yaitu: (1) mengarahkan tujuan dan fokus diskusi. (2) memotong pembicaraan dan mendesak konseli untuk bicara, dan (3) mengatur giliran konseli/anggota kelompok, dan (4) menyelenggarakan program pelatihan.

3.      Peranan Pemimpin Kelompok

Dalam mengarahkan suasana kelompok melalui dinamika kolampok, konselor/pemimpin kelompok berperan dalam;

a.     melakukan pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon) peserta (terdiri atas 8-10 orang), sehingga terpenuhi syarat-syarat kelompok yang mampu secara aktif mengembangkan dinamika kelompok, yaitu:

1)     terciptanya hubungan antaranggota kelompok, menuju keakraban di antara mereka;

2)     tumbuhnya tujuan bersama di antara anggota kelompok, dalam suasana kebersamaan;

3)     berkembangnya itikad baik dan tujuan bersama untuk mencapai tujuan kelompok;

4)     terbinanya kemandirian pada diri setiap anggota kelompok, sehingga mereka masing-masing mampu berbicara dan tidak menjadi YES-MAN;

5)     terbinanya kemandirian kelompok, sehingga kelompok ini berusaha dan mampu "tampil beda" dari kelompok lain. Berbagai jenis keterampilan, pengakraban dan relaksasi, termasuk penggunaan permainan kelompok, perlu diterapkan konselor/pemimpin kelompok dalam pembentukan kelompok.

b.  melakukan penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok apa, mengapa, dan bagaîmana layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok dilaksanakan serta hubungannya dengan tercapainya tujuan kelompok.

c.      melaksanakan pentahapan kegiatan bimbingan kelompok atau konseling kelompok.

d.  melakukan penilaian segera (LAISEG) hasil layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok.

e.      melakukan tindak lanjut layanan.

B. ANGGOTA KELOMPOK

1.      Karakteristik dan Kriteria Anggota Kelompok

Besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok) dan homogenitas/heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kineria kelompok. Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Suatu kelompok tidak akan terbentuk tanpa adanya anggota. Kegiatan kelompok sangat dipengaruhi oleh peranan para anggotanya.

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok, dan bahkan lebih dari itu, dalanm batas-batas tertentu suatu kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa kehadiran peranan pemimpin kelompok sama sekali. Secara ringkas peranan anggota kelompok sangatlah menentukan. Lebih tegas dapat dikatakan bahwa anggota kelompok itu justru merupakan badan dan jiwa kelompok itu sendiri.

Pertimbangan mengenai keragaman dan keseragaman ciri-ciri para anggota kelompok perlu diperhatikan. Ciri-ciri awal diantara anggota kelompok itu perlu dipertimbangkan sebelum suatu kelompok dibentuk.

a.       Jenis Kelompok

Untuk tujuan-tujuan tertentu mungkin diperlukan pembentukan kelompok dengan jumlah anggota seimbang antara laki-laki dengan perempuan. Sampai dengan anak umur SLTP pada umumnya akan menguntungkan bila dibentuk dengan kelompok-kelompok dengan anggota yang jenis kelaminya sama dibandingkan dengan kelompok yang anggotanya campuran. Anak-anak yang masih muda itu akan lebih bebas berbicara dan mendiskusikan masalah-masalah mereka sendiri dengan teman-teman sejenis. Untuk pemuda-pemuda di SLTA dan Perguruan Tinggi, dan Juga untuk orang-orang dewasa, kelompok dengan anggota campuran akan memberikan keuntungan-keuntungan yang amat berarti.

b.      Umur

Pada umumnya dinamika kelompok lebih baik dikembangkan dalam kelompok-kelompok dengan anggota seumur. Misalnya ditinjau dari usia anak-anak, remaja, dewasa awal, dewasa madya, dewasa akhir, dan lanjut usia.

c.       Kepribadian

Keragaman atau keseragaman dalam kepribadian anggota kelompok dapat membawa keuntungan atau kerugian tertentu. Jika perbedaan diantara para anggota itu amat besar, maka komunikasi antar anggota itu akan mengalai banyak masalah, dan sebaliknya, jika kesamaan diantara anggota itu sangat besar, hasilnya pun dapat merugikan, yaitu dinamika kelompok akan "kurang hangat."

d.      Hubungan Awal

Keragaman dan keseragaman anggota kelompok juga menyangkut hubungan awal para anggota kelompok itu sebelum kegiatan kelompok dimulai. Keakraban dapat mewarnai hubungan antaranggota kelompok yang sudah saling bergaul sebelunya, dan sebaliknya suasana keasingan akan dirasakan oleh para anggota yang belum saling mengenal. Namun demikian, jenis kelompok mana yang akan dipilih, seragam atau beragam dalam hal hubungan awal ini, amat tergantung pada tujuan dari kegiatan kelompok itu sendiri. Untuk "kelompok tugas" mungkin anggota-anggota yang seragam akan dapat menyelesiakan tugas dengan lebih baik. Sebaliknya, untuk "kelompok bebas", khususnya dengan tujuan kemampuan hubungan sosial dengan orang-orang baru, anggota-anggota kelompok yang beragam akan lebih dapat memenuhi sasaran.

2.      Peranan Anggota Kelompok

Peran anggota kelompok dalam layanan bimbingan kelompak dan/atau konseling kelompok dari, oleh, dan untuk para anggota kelompok itu sendiri. Dari strategi BMB3 masing-masing anggota kelompok beraktifitas langsung dan mandiri dalam bentuk:

a.       Mendengar, memahami dan merespon dengan tepat dan positif (3-M);

b.      Berpikir dan berpendapat;

c.       Menganalis, mengkritisi dan beragumentasi;

d.      Merasa, berempati dan bersikap;

e.       Berpartisipasi dalam kegiatan bersama, dan;

f.       Bertanggung jawab dalam penerapan peran sebagai anggota kelompok dan pribadi yang mandiri.

Aktifitas mandiri masing-masing anggota kelompok itu diorientasikan pada kehidupan bersama dalam kelompok. Kebersamaan ini diwujudkan melalui:

a.       Pembinaan keakraban dan keterlibatan secara emosional antar anggota kelompok;

b.      Kepatuhan terhadap aturan kegiatan dalam kelompok;

c.       Komunikasi jelas dan lugas dengan lembut dan bertatakrama;

d.      Saling memahami, memberi kesempatan dan membantu, dan;

e.       Kesadaran bersama untuk menyukseskan kegiatan kelompok.

Terselenggaranya dinamika kelompok yang hidup, mengarah kenapa tujuan yang ingin dicapai. Dan mendatangkan manfaat bagi maging-masing anggota kelompok. Peranan yang hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok bener-bener hidup dan sesuai dengan harapan yaitu:

a.       Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok

b.      Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok

c.       Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan Bersama

d.      Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik

e.       Berusaha aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok

f.        Mampu berkomunikasi secara terbuka dan luwes

g.      Berusaha membantu anggota lain lain

h.      Memberi kesenmpatan kepada anggota lain untuk juga menjalankan peranannya

i.        Menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut

Dalam menghidupkan dinamika kelompok semua anggota kelompok. Namun demikian, anggota kelompok tersebut umumnya tidak serta merta sejak awal dimulainya pertemuan sudah mampu berperan seperti itu. Maka dari itu, disinilah letak pentingnya peranan pemimpin kelompok dalam mempersiapkan anggota kelompok untuk peranan yang harus dimainkan. Dalam hal ini pemimpin kelompok perlu memberitahukan:

a.    Apa saja yang diharapkan dari para anggota, suasana khusus terjadi dalam kelompok itu, dan peranan serta cara-cara yang akan dilakukan oleh pemimpin kelompok

b.      Keikutsertaaan dalam kelompok itu adalah sukarela

c.    Anggota kelompok bebas menanggapi hal-hal yang disampaikan ataupun menolak saran-saran yang diberikan anggota lain

d.   Hasil kegiatan kelompok tidak nmengikat para anggota kelompok itu dalam kehidupan mereka di luar kelompok

e.   Segala yang terjadi dan menjadi isi dari kegiatan kelompok itu sifatnya rahasia, semua anggota kelompok perlu memegang teguh kerahasiaan itu

f.      Penghargaan pemimpin kelompok tentang kesukarelaan dan keberanian para anggota mengikuti kegiatan kelompok.

Sumber : Folastri, Sisca., & Rangka, Itsar B. 2016. Prosedur Layanan Bimbingan & Konseling Kelompok. Bandung : Mujahid Press.



Page 2