Jelaskan para pemimpin tertinggi Muhammadiyah yang berkiprah pada masa sesudah kemerdekaan

blogspot.com

Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan (ilustrasi).

Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID,

Tepat pada 18 November 2016, Persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta telah berkiprah selama 104 tahun. Sebagai salah satu gerakan Islam tertua di Tanah Air, Muhammadiyah telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi perjalanan bangsa Indonesia. Sejarah mencatat bahwa gerakan Islam bernama Muhammadiyah telah membantu Republik Indonesia, dari meraih kemerdekaan, mempersiapkan kemerdekaan, mengisi kemerdekaan, hingga saat ini menjaga dan merawat bangsa yang besar ini agar tetap bersatu dan berdaulat. Kiprah nyata Muhammadiyah bagi bangsa ini dibuktikan dengan sederet amal usaha di berbagai bidang, khususnya pendidikan, kesehatan, sosial, dan dakwah di seluruh pelosok Tanah Air. Tak salah apabila Muhammadiyah ditabalkan sebagai gerakan Islam dengan amal usaha terbesar di dunia.   Hingga saat ini, di bidang pendidikan, Muhammadiyah memiliki 4.623 TK/TPQ, 2.604 SD/MI, 1.772 SMP/MTs, 1.143 SMA/MA, 67 pondok pesantren, serta 172 perguruan tinggi. Di bidang kesehatan, ormas Islam ini tercatat memiliiki 457 rumah sakit, rumah bersalin, dan balai kesehatan serta pengobatan. Selain itu, dalam bidang sosial, Persyarikatan Muhammadiyah memiliki 318 panti asuhan, 54 panti jompo, 82 rehabilitasi cacat, dan 71 sekolah luar biasa. Sedangkan, dalam bidang dakwah, Muhammadiyah memiliki 6.118 masjid dan 5.080 mushala. Total tanah wakaf yang dimiliki dan dikelola Muhammadiyah mencapai 20.945.504 meter persegi. 

Muhammadiyah juga telah melahirkan para tokoh, ulama, serta cendekiawan yang ikut berperan dalam membangun dan mewarnai perjalanan bangsa Indonesia di berbagai bidang kehidupan. Peran dan jasa Muhammadiyah bagi bangsa ini tentu harus mendapat apresiasi, terutama dari pemerintah.

Betapa tidak. Selama lebih dari satu abad Muhammadiyah telah ikut membantu dalam meringankan beban pemerintah dalam bidang pendidikan, sosial, serta kesehatan. Komitmen Muhammadiyah untuk membangun bangsa Indonesia juga tak perlu diragukan. Gagasan "Islam Berkemajuan", yang diusung Muhammadiyah merupakan bukti ormas tertua di Indonesia itu bertekad untuk menghadirkan Islam sebagai agama, yang senantiasa bergerak dinamis memajukan peradaban umat manusia.

Dalam abad kedua kiprahnya, Muhammadiyah akan menghadapi tantangan kehidupan global yang begitu berat dan kompleks. Muhammadiyah tak boleh lelah untuk merawat dan menjaga umat serta bangsa ini.

Masih banyaknya masalah yang melilit umat dan bangsa ini, seperti  masih tingginya angka kemiskinan, pengangguran serta kebodohan, serta munculnya ekstremisme yang membutuhkan perhatian dari Muhammadiyah. Sebab, negara tak mungkin bisa menyelesaikan masalah yang begitu besar tanpa bantuan ormas Islam, salah satunya Muhammadiyah.

Muhammadiyah diharapkan terus melahirkan solusi-solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi umat dan bangsa ini. Salah satu tantangan yang perlu mendapat perhatian Muhammadiyah adalah pengembangan ekonomi umat.

Dalam bidang ekonomi, umat Islam yang jumlahnya mayoritas ini, ternyata hanya minoritas. Secara ekonomi, umat Islam di Tanah Air masih sangat tertinggal. Karena itu, umat sangat menantikan terobosan-terobosan dari Muhammadiyah agar kekuatan ekonomi umat Islam bisa tumbuh dan berkembang.

Kita selalu berharap Muhammadiyah terus hadir sebagai gerakan pencerahan bagi umat dan bangsa Indonesia. Teruslah menjaga dan merawat Republik Indonesia ini agar menjadi bangsa, yang semakin maju dan disegani bangsa-bangsa lain di dunia. Selamat Milad ke-104 Muhammadiyah.

  • milad muhammadiyah
  • muhammadiyah
  • 104 tahun muhammadiyah

Jelaskan para pemimpin tertinggi Muhammadiyah yang berkiprah pada masa sesudah kemerdekaan

sumber : Pusat Dokumen Republika

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Setelah Diterima di Sumbar, Muhammadiyah Berkembang Pesat di Indonesia.

Wikipedia

Peran Muhammadiyah dalam Kemerdekaan Indonesia. Foto: Logo Muhammadiyah.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dubes Indonesia untuk Lebanon Hajriyanto Y Thohari mengatakan hubungan Muhammadiyah dengan kemerdekaan jelang tahun 40-an menunjukkan dinamika tinggi sebagai sebuah gerakan Islam. "Perkembangan nasional sangat cepat terutama setelah Muhammadiyah masuk dan diterima di Sumbar, dari Minangkabau, Muhammadiyah berkembang pesat melesat di seluruh persada tanah air,"ujar dia dalam kajian rutin PP Muhammadiyah, Jumat (14/8.)Muhammadiyah menjadi sangat diperhitungkan di tahun 40-an ketika Jepang berhasil kalahkan sekutu dalam front dan medan peperangan menguasai kawasan nusantara. Ada organisasi yang nyaring di atas tapi tidak nyaring di bawah, Muhammadiyah menjadi gerakan yang nyaring dari atas hingga ke akar. Jepang kemudian segera mengetahui hal itu.Sehingga terbentuklah empat serangkai sebagai jembatan penghubung antara penguasa Jepang yang di nusantara dengan rakyat Indonesia. Diwakili oleh KH Mas Mansyur telah nampak betapa Muhammadiyah salah satu representasi kekuatan real bangsa Indonesia. Karena elemen Islam terwakili oleh beliau.Setelah KH Mas Mansyur terpilih kepemimpinan Muhammadiyah beralih kepada Ki Bagus Hadikusumo. Kemudian Ki Bagus bersama Soekarno diminta datang ke Jepang untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia. Ki Bagus kemudian mengusulkan satu orang lagi yakni M. Hatta. Ini diceritakan Hatta dalam Memoirnya. Kemudian peranan tokoh Muhammadiyah juga ada dalam PPUPKI dan BPUPKI, termasuk Ki Bagus di dalamnya dan tokoh Aisyiyah pun masuk di dalamnya."Tidak berlebihan jika saya menyebutnya sejarah Pancasila adalah sejarah Muhammadiyah,"ujar dia.

Tokoh -tokoh Muhammadiyah lain yang juga berpengaruh dalam kemerdekaan diantaranya Ir Djuanda, Radjiman Wedyodiningrat, Teuku Muhammad Hasan yang berkiprah di Aceh dalam memajukan pendidikan, dan Menag pertama Prof Rosyidi, putra Kotagede lulusan Prancis.

Baca Juga

Jelaskan para pemimpin tertinggi Muhammadiyah yang berkiprah pada masa sesudah kemerdekaan

MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Peran dan tokoh Muhammadiyah memiliki andil yang cukup besar dalam mendirikan Negara Republik Indonesia (NKRI). Salah satu diantaranya yakni peran KH Ahmad Dahlan dan Siti Walidah (Nyai Dahlan). Kedua tokoh ini telah bergerak dalam mencerdaskan dan memajukan bangsa hingga diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

Sementara Srikandi Aisyiyah, Hayyinah dan Munjiyah menjadi pelopor dan pemrakarsa bersama pergerakan perempuan lainnya untuk lahirnya Konges Perempuan Pertama tahun 1928.

Kyai Mas Mansur menjadi tokoh Empat Serangkai bersama Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hadjar Dewantoro dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia. Ki Bagus Hadikusumo didukung Kahar Muzakkir dan Kasman Singodimedjo menjadi penentu konsensus nasional penetapan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 sebagai konstitusi dasar sekaligus di dapamnya penetapan Pancasila sebagai dasar negara.

Dalam melakukan perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan kontribusi Muhammadiyah terbesar melalui Soedirman adalah perang gerilya dan melahirkan serta menjadi Bapak Tentara Nasional Indonesia, yang tiada duanya. Gerakan cinta tanah air ini bermodalkan spirit Hizbul Wathan atau Kepanduan Tanah Air yang dirintis tahun 1918, di mana Soedirman menjadi pandu utamanya.

Bersamaan dengan perang gerilya, aksi mempertahankan Indonesia dari serbuan kembali Belanda di DIY dan Jawa Tengah para tokoh Muhammadiyah menggerakkan aksi Angkatan Perang Sabil (APS), yang merupakan perlawanan umat Islam yang luar biasa militan demi mempertahankan bangsa dan tanah air.

“Peran tokoh Muhammadiyah Ir Djuanda juga sangat penting dan menentukan dalam menyatukan seluruh kepulauan Indonesia melalui Deklarasi Djuanda 1957, yang menjadi pangkal tolak perjuangan Indonesia di PBB untuk menyatukan lautan dan daratan dalam satu kepulauan Indonesia yang utuh. Perjuangan tersebut berhasil tahun 1982 dengan diakuinya kesatuan laut dan daratan kepulauan Indonesia oleh PBB dalam hukum laut internasional,” tutur Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir seperti dikutip dalam laman suaramuhammadiyah.id, pada Senin (22/10).

Selain itu, keberadaan Kementerian Agama juga merupakan gagasan tokoh Muhammadiyah dari Jawa Tengah, KH Abu Dardiri, setelah itu Menteri Agama RI pertama ialah HM Rasjidi, yang dikenal ilmuwan atau ulama lulusan Universitas Sourbone Perancis, berasal dari Kotagede Yogyakarta. Sementara Kahar Muzakkir yang menjadi anggota Panitia Piagam Jakarta, sebelumnya sewaktu di Al-Azhar Cairo, berjuang melakukan diplomasi di Timur Tengah sebelum yang lainnya.

“Soekarno juga Muhammadiyah, bahkan menjadi pengurus Majelis Pendidikan sewaktu di Bengkulen (Bengkulu). Tokoh utama kemerdekaan dan proklamator serta Presiden pertama Indonesia itu lama bergaul dan ‘ngintil’ (berguru secara informal) dengan Kiai Dahlan sebagaimana beliau akui sendiri. Soekarno beristrikan kader Aisyiyah, Fatmawati yang juga putri Konsul Muhammadiyah Sumatra yakni Hasan Din.

Paham Islam progresit atau berkemajuan menjadi daya tarik Soekarno menjadi anggota dan pengurus Muhammadiyah. Presiden berikutnya, Soeharto juga anak didik sekolah Muhammadiyah. Kedua Presiden Indonesia itu dengan segala kelebihan dan kekurangannya sangat berjasa bagi perjalanan sejarah dan pembangunan bangsa.

Muhammadiyah terus berkiprah dan memberi kontribusi besar bagi pencerdasan dan pemajuan bangsa melalui usaha-usahanya di bidang pembaruan paham keagamaan, pendidikan, kesehatan, pelayaanan sosial, pemberdayaan masyarakat, pendidikan politik kebangsaan, dan gerakan dakwah lainnya. Dalam lintasan perjalanan Indonesia telah puluhan hingga ratusan ribu sumberdaya manusia yang terdidik dan berkarakter lahir dari gerakan ini, tanpa mengklaim dirinyan gerakan santri.

“Dari rahim Muhammadiyah pula hadir tokoh Amien Rais sebagai tokoh reformasi, Syafii Maarif tokoh pluralisme dan kemanusiaan, serta Din Syamsuddin tokoh lintas agama di tingkat nasional sampai internasional. Semua berkontribusi bagi pencerdasan, kemajuan, dan perubahan kehidupan bangsa Indonesia,” pungkas Haedar.