Jelaskan keterkaitan Hari Pahlawan dengan pertempuran Surabaya

tirto.id - Sejarah pertempuran Surabaya melawan Inggris mencapai puncaknya tanggal 10 November 1945. Latar belakang pertempuran Surabaya adalah pengibaran bendera Belanda di Hotel Yamato pada tanggal 18 September 1945.

Pertempuran Surabaya adalah perang pertama bangsa Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Sejarah pertempuran Surabaya kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Hario Kecik dalam Pemikiran Militer 5: Gerak Maju Jalur Pemikiran Abad ke 21 Homo Sapiens Modern Kembali ke Benua Afrika (2009) menggambarkan Pertempuran Surabaya 10 November 1945 lewat tulisan sebagai berikut:

“Tiap kali kita merayakan Hari Pahlawan, 10 November, kita menyatakan supaya kita membangkitkan semangat seperti pada waktu 10 November 1945, di mana rakyat Kota Surabaya melawan tentara Inggris yang ingin menghukum dan menundukkan penduduk Kota Surabaya. Sebuah pertempuran besar yang terkenal secara internasional.”

“Rakyat kampung-kampung Surabaya telah mengorbankan 20.000 jiwa penduduknya dan Inggris kehilangan serdadunya dalam pertempuran dengan senjata modern pada waktu itu.”

Baca juga:

  • Sejarah Agresi Militer Belanda II: Latar Belakang, Tokoh, Dampaknya
  • Sejarah Agresi Militer Belanda I: Latar Belakang, Kronologi, Dampak
  • Sejarah Perang Aceh: Kapan, Penyebab, Proses, Tokoh, & Akhir

Latar Belakang & Kronologi Sejarah

Tanggal 31 Agustus 1945 atau kurang lebih setengah bulan setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah menyerukan bahwa mulai 1 September 1945, bendera merah putih dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia.

Dikutip dari Sejarah Nasional Indonesia VI (1984) karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, para pemuda dan pejuang di Surabaya menurunkan dan merobek warna biru dalam triwarna bendera Belanda yang dikibarkan di Hotel Yamato 19 September 1945.

Bendera tersebut kemudian dinaikkan kembali dengan menyisakan warna merah dan putih yang merupakan warna bendera Indonesia.

Baca juga:

  • Sejarah Latar Belakang & Isi Perundingan Renville
  • Sejarah Perundingan Roem-Royen: Latar Belakang, Isi, Delegasi
  • Sejarah Perjanjian Linggarjati, Isi, serta Tokoh yang Terlibat

Sebelumnya, pasukan Sekutu, termasuk ada Inggris dan Belanda (NICA), telah tiba di Jakarta pada 15 September 1945. Pasukan gabungan yang baru saja memenangkan Perang Dunia Kedua atas Jepang ini memasuki Kota Surabaya tanggal 25 Oktober 1945.

Pasukan Sekutu termasuk Inggris dan Belanda tergabung dalam Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) atau Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran untuk melucuti senjata tentara Jepang.

Perang pertama antara pejuang RI dan arek-arek Surabaya melawan Sekutu atau Inggris terjadi pada 27 Oktober 1945.

Tanggal 30 Oktober 1945, dinukil dari Sedjarah TNI-Angkatan Darat 1945-1965 (1965), pemimpin pasukan Inggris di Jawa Timur, Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby, tewas dalam suatu insiden.

Baca juga:

  • Penyebab Sejarah Pemberontakan DI-TII Daud Beureueh di Aceh
  • Sejarah Pemberontakan DI/TII Amir Fatah di Jawa Tengah
  • Sejarah Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

Akhir & Dampak Pertempuran Surabaya

Posisi Mallaby sebagai pemimpin pasukan di Jawa Timur kemudian digantikan oleh Mayor Jenderal Robert Mansergh yang juga Komandan Divisi 5 Inggris.

G. Moedjanto dalam Indonesia Abad ke-20 (1998) menuliskan, tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya, yang isinya antara lain:

  1. Seluruh pemimpin Indonesia di Surabaya harus melaporkan diri.
  2. Seluruh senjata yang dimiliki pihak Indonesia di Surabaya harus diserahkan kepada Inggris.
  3. Para pemimpin Indonesia di Surabaya harus bersedia menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat.

Para pemimpin perjuangan, arek-arek Surabaya, dan segenap rakyat tidak mengindahkan ancaman Inggris. Maka, terjadilah pertempuran besar di Surabaya pada 10 November 1945.

Baca juga:

  • Soemarsono di antara Pertempuran Surabaya dan Peristiwa Madiun
  • Serangan Umum 1 Maret 1949: Kronologi, Tokoh, & Kontroversi
  • Sejarah Hari Pahlawan Dicetuskan Soemarsono yang Terlupakan

Pertempuran ini menelan korban nyawa hingga ribuan jiwa, Surabaya pun hancur lebur. Salah satu tokoh yang berperan besar mengobarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya dalam pertempuran ini adalah Bung Tomo.

M.C. Ricklefs dalam A History of Modern Indonesia (1993) mencatat, dampak dari peristiwa bersejarah ini menewaskan setidaknya 6.000-16.000 orang dari pihak Indonesia. Sedangkan korban tewas dari pasukan Sekutu kira-kira sejumlah 600-2.000 orang.

Tak hanya itu. Menurut Stanley Woodburn Kirby dalam The War Against Japan (1965), tidak kurang dari 200.000 orang yang terdiri dari rakyat sipil terpaksa mengungsi dari Surabaya ke daerah-daerah yang lebih aman akibat pecahnya pertempuran tersebut.

Pertempuran Surabaya juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk melakukan perlawanan.

Setahun setelah peristiwa itu, yakni pada 10 November 1946, Presiden Sukarno menetapkan bahwa setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan dan diperingati hingga saat ini.

Baca juga:

  • Sejarah Runtuhnya Kerajaan Ternate dan Silsilah Raja atau Sultan
  • Pemberontakan Sadeng vs Majapahit: Dendam Kematian Nambi
  • Sejarah Cultuurstelsel: Aturan, Tujuan, Tokoh, & Dampak

Baca juga artikel terkait Pertempuran Surabaya atau tulisan menarik lainnya Iswara N Raditya
(tirto.id - isw/agu)

Penulis : Iswara N Raditya
Editor : Agung DH


10 November 2020  •  00:00  •  Dilihat 103844x  •  Admin  •  Berita

10 November merupakan Hari Pahlawan Nasional yang setiap tahunya diperingati oleh bangsa Indonesia

Hal ini berdasarkan Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno.

Keputusan tersebut untuk mengenang jasa para pahlawan serta tragedi pada 10 november 1945 di Surabaya.

Sebagaimana dilansir dari pedoman Hari pahlawan Nasional, tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran di Surabaya yang merupakan pertempuran besar antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Inggris.

Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya.

Bentrokan-bentrokan tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby (Pimpinan Tentara Inggris untuk Jawa Timur) pada 30 Oktober 1945.

Kematian Jendral Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby yaitu Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945 yang meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA serta ancaman akan menggempur kota Surabaya dari darat, laut, dan udara apabila orang orang Indonesia tidak mentaati perintah Inggris.

Mereka juga mengeluarkan instruksi yang isinya bahwa semua pimpinan bangsa Indonesia dan para pemuda di Surabaya harus datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945, pukul 06.00 pagi pada tempat yang telah ditentukan.

Namun ultimatum itu tidak ditaati oleh rakyat Surabaya, sehingga terjadilah pertempuran Surabaya yang sangat dahsyat pada tanggal 10 November 1945, selama lebih kurang tiga minggu lamanya.

Medan perang Surabaya kemudian mendapat julukan “neraka” karena kerugian yang disebabkan tidaklah sedikit.

Pertempuran tersebut telah mengakibatkan sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban, sebagian besar adalah warga sipil.

Selain itu diperkirakan 150.000 orang terpaksa meninggalkan kota Surabaya dan tercatat sekitar 1600 orang prajurit Inggris tewas, hilang dan luka-luka serta puluhan alat perang rusak dan hancur.

Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta semangat membara tak kenal menyerah yang ditunjukkan rakyat Surabaya, membuat Inggris serasa terpanggang di neraka dan membuat kota Surabaya kemudian dikenang sebagai kota pahlawan.

Kini, ditahun 2020 Hari Pahlawan mengusung tema yakni 'Pahlawanku Sepanjang Masa'. Tema ini resmi diluncurkan oleh Kementerian Sosial (Kemensos).

Tema tersebut merujuk pada pengertian pahlawan bagi generasi sekarang dan mendatang.

Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta semangat membara tak kenal menyerah yang ditunjukkan rakyat Surabaya, membuat Inggris serasa terpanggang di neraka dan membuat kota Surabaya kemudian dikenang sebagai kota pahlawan.

Kini, ditahun 2020 Hari Pahlawan mengusung tema yakni 'Pahlawanku Sepanjang Masa'. Tema ini resmi diluncurkan oleh Kementerian Sosial (Kemensos).

Tema tersebut merujuk pada pengertian pahlawan bagi generasi sekarang dan mendatang.

Melainkan, disematkan bagi yang berjasa pada kehidupan masyarakat lewat ide, kerja keras, dan kontribusi serta karya.

Pahlawan bisa berasal dari semua kalangan dengan berbagai kondisi dan latar belakang.

Berkaca dari hal diatas Pahlawan hari ini bisa datang dari media sosial, kegiatan sehari-hari baik dilingkungan kecil maupun besar