Brilio.net - Sebagai makhluk sosial, sudah sewajarnya seorang manusia berkumpul dan berinteraksi dengan manusia lain di sekitarnya. Namun, sering kali manusia tersebut terlena saking asiknya menngobrol dengan temannya, ia justru membicarakan keburukan-keburukan orang lain. Masyarakat biasa menyebutnya dengan bergosip, dan dalam Islam disebut dengan ghibah. BACA JUGA : Menggunjing orang lain memang suatu hal yang sulit dihindari, namun hal tersebut tetap haram terutama jika dilakukan dengan secara sengaja. Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Senin (20/7) keharaman melakukan ghibah disebutkan secara langsung dalam Alquran, dalam surat Al Hujurat ayat 12, Allah berfirman: BACA JUGA : Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." Cara menghindari ghibah sesuai ajaran Islam.foto: freepik 1. Berkumpul dengan orang sholeh. Tidak dapat dipungkiri jika pergaulan merupakan hal yang dapat membawa dampak besar pada kehidupan sehari-hari seseorang. Maka agar terhindar dari pergaulan yang salah, ada baiknya seorang muslim harus memilih dengan siapa ia berkumpul. Dalam hadits, Rasululah bersabda: "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628) 2. Menjaga lidah. Seseorang dapat ghibah karena dirinya tidak bisa menjaga lidah dan mulutnya untuk berkata sesuatu yang baik. Ketika tahu apa yang akan dibicarakan merupakan hal yang buruk, lebih baik tidak usah dikatakan, supaya terhindar dari bahaya lisan. Dari Sahl bin Sa'ad ra, Rosululloh Muhammad saw bersabda: "Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya – yakni mulut atau lidah, serta antara kedua kakinya – yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan syurga untuknya." (Muttafaq 'alaih) 3. Menyadari bahwa ghibah adalah perbuatan buruk. Sudah dijelaskan sebelumnya, dalam Alquran surat Al Hujurat ayat 12 bahwa ghibah merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah karena termasuk dalam perbuatan yang buruk. Agar tidak melakukan ghibah, seseorang harus menyadari bahwa ghibah adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah karena keburukan yang didapat tidak hanya pada orang yang menjadi bahan pembicaraan melainkan juga pada si pelaku ghibah. 4. Intropeksi diri. Sebelum terlena dengan pembicaraan seru saat berkumpul dengan teman-teman yang kemungkinan besar dapat membawa seseorang untuk melakukan ghibah, alangkah baiknya orang tersebut harus intropeksi diri terlebih dahulu. Intropeksi diri akan membuat seseorang merasa malu jika harus membicarakan keburukan orang lain sedangkan diri sendiri masih memiliki banyak kesalahan yang harus dibenahi. 5. Mengingat kebaikan seseorang. Sebelum membicarakan keburukan seseorang, alangkah baiknya jika mengingat kebaikan orang tersebut terlebih dahulu. Dengan begitu, keinginan untuk membicarakan keburukan seseorang perlahan akan menghilang karena paham bahwa sebagai manusia biasa, pasti memiliki sisi baik dan sisi buruk. 6. Perbanyak berpikir positif. Dengan berpikir positif pastinya memberi pengaruh yang baik bagi kehidupan seseorang. Dengan perbanyak berpikir postif, makan akan meminimalisir berpikiran buruk terhadap orang lain. Ketika ada seorang teman memancing untuk membicarakan keburukan orang lain, seseorang akan menolak dengan perlahan dan khusnudzon atau berprasangka baik terlebih dahulu kepada orang yang akan dibicarakan tersebut. 7. Saling mengingatkan. Ketika ada seorang teman memancing untuk membicarakan keburukan orang lain, maka sebagai seorang muslim yang baik hendaknya mengingatkan teman bahwa ghibah adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah. Hal ini termaktub dalam Alquran surat Al Ashr ayat 1-3 yang berbunyi sebagai berikut: Wal-'asr. Innal-insaana lafii khusr. Illallaziina aamanu wa 'amilus-saalihaati wa tawaasau bil-haqqi wa tawaasau bis-sabr Artinya: "Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." 8. Perbanyak Istighfar. Diriwayatkan bahwa Aisyah Ra berkata, "Rasulullah mengerjakan sholat dhuha kemudian beliau membaca istighfar." Seorang muslim hendaknya memperbanyak istighfar kepada Allah untuk memohon ampunan atas segala dosa yang ia sengaja maupun tidak disengaja. Dengan memperbanyak istighfar, maka seseorang akan senantiasa mengingat segala dosanya hingga membuatnya merasa takut melakukan perbuatan dosa seperti ghibah. Untuk meminimalisir perbuatan ghibah, begitulah cara-cara menghindari perbuatan buruk tersebut. Berkumpulah dengan orang-orang yang dapat membawamu menjadi diri yang lebih baik dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah sehingga dapat terhindar dari segala perbuatan buruk. tirto.id - Aklak tercela harus dicegah dari kesadaran diri untuk tidak melakukannya. Selama manusia hidup di dunia akan terlibat dengan dua sisi perbuatan yang saling bertolak belakang, yaitu akhlak terpuji dan tercela. Akhlak terpuji akan mengantarkan seseorang pada kebaikan dalam kehidupan. Bagi orang Islam, akhlak terpuji tidak hanya memengaruhi kebaikan dunia, namun juga untuk kehidupan di akhirat.
Sebaliknya, akhlak tercela justru mengantarkan seseorang untuk melakukan perbuatan buruk.
Macam-Macam Akhlak Tercela
Contoh dari akhlak ini seperti dengki (hasad), dendam, gibah, fitnah, hingga namimah. Semuanya mengantarkan kerugian bagi orang lain dan pelakunya.
1. Hasad Hasad atau dengki bukan sekadar perasaan iri hati dari seseorang pada orang lain. Namun ketika hati terikat hasad, maka pemilik hati hasad menginginkan nikmat yang orang lain juga hilang darinya. Menurut Syaikh Musthada Al Adawi dalam At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab (hlm 720), hadad adalah menginginkan hilangnya nikmat yang ada di orang lain. Sementara Ibnu Taimiyah mengatakan, hasad yaitu membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang dialami orang yang dihasad. (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:111). Melansir laman Kemenag, hasad bisa mengakibatkan hangusnya kebaikan seseorang. Hati orang berhasad tidak pernah merasa tenang. Cara untuk mengatasi hasad yaitu dengan selalu bersyukur atas nikmat Allah yang sudah diberikan. Selain itu, seseorang juga mesti menyadari jika hasad merupakan perbuatan tercela yang bisa menghanguskan kebaikan. 2. Dendam Dendam juga menjadi perbuatan tercela. Rasa dendam membuat hati seseorang dipenuhi rasa kemarahan. Dia ingin membalas perlakuan orang lain atas pebuatan tidak menyenangkan yang dialaminya. Cara untuk mengatasi dendam adalah dengan memaafkan orang yang menyebabkan sakit hati. Teladan utama dalam hal ini adalah Nabi Muhammad. Nabi memaafkan orang-orang menyakiti beliau dalam Perang Uhud walau para sahabat memintanya untuk mendoakan agar mereka celaka. 3. Gibah Gibah adalah perbuatan yang cukup sulit dihindari setiap orang. Ghibah adalah membicarakan diri orang lain. Namun, umumnya gibah tidak hanya memperbincangkan orang lain dalam hal baik saja, melainkan juga kekurangannya. Cara menghindari gibah adalah segera mendustakan bisikan setan saat hati ada dorongan membicarakan aib orang lain. Dengan begitu, ghibah dapat dihindari. Gibah jika diperturutkan dapat menimbulkan fitnah untuk orang lain. 4. Fitnah Fitnah merupakan perilaku untuk menjelekkan orang lain agar namanya tercoreng. Dikutip dari buku Akidah Akhlak Kelas VIII (Kemenag 2020), fitnah akan merugikan kehormatan orang lain. Perbuatan tercela ini kadang dilakukan secara tersembunyi, dan tak jarang disampaikan secara terbuka. Dampak fitnah lebih besar dari pembunuhan. Fitnah mampu menggoreskan luka hat sepanjang hidup bagi orang yang difitnah. Dan, pelaku fitnah umumnya pengecut dan memiliki hasad tinggi pada orang lain. Perbuatan ini dapat dicegah dengan menyadari bahwa Allah memberikan semua nikmatnya secara adil. Hati perlu ditata agar tidak mudah muncul kebencian yang dapat memicu perilaku fitnah. 5. Namimah Namimah adalah sikap mengadu domba.Hanya saja padanan kata kurang sempurna karena namimah lebih luas pengertiannya. Sebuah hadis dari Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Nabi Muhammad berkata: “Maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu al’adhhu ? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk merusak hubungan di antara sesama manusia,” (HR Muslim no 6802). Namimah memiliki efek yang dahsyat dalam merusak hubungan. Hanya dengan bekal sebuah informasi bohong, hubungan di antara orang lain bisa kacau balau. Bahkan, efek namimah diserupakan seperti sihir. Cara menghindari namimah yaitu menahan diri untuk tidak menyebarkan setiap kabar yang diterima. Selain itu, perlu pula untuk menjauhkan diri dari mengikuti perkataan orang yang suka bersumpah, mencela, mengumbar fitnah, menghalangi orang lain berbuat lain, dan yang melampaui batas lainnya.
Baca juga:
Baca juga artikel terkait
Akhlak Tercela
atau tulisan menarik lainnya
Ilham Choirul Anwar
Penulis : Ilham Choirul Anwar
|