Jelaskan indikator apa yang paling baik digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian

Para pakar ekonomi menggunakan banyak jenis data untuk mengukur kinerja perekonomian. Tiga variabel makroekonomi yang penting untuk mengukur kinerja perekonomian suatu daerah adalah: produk regional domestik bruto riil (PDRB-riil ), tingkat inflasi, dan tingkat pengangguran. Besaran-besaran daripada indikator tersebut di Kabupaten Karo adalah seperti diuraikan dibawah ini. 

1.  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karo

Penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Karo pada periode tahun 2000-2005, baik dalam harga konstan tahun 2000 maupun harga berlaku adalah sektor pertanian: yakni dalam harga konstan berkisar antara 60% - 66,2%, dan dalam harga berlaku berkisar antara 61 % - 66,2%. Penyumbang terbesar kedua adalah sektor Pedagangan/Hotel/Restoran yakni berkisar antara 11%-13% (baik dalam harga berlaku maupun dalam harga konstan).  Penyumbang  PDRB ketiga dan keempat terbesar adalah berturut-turut Jasa-jasa (8-10%) dan pengangkutan & Komunikasi (7-9%).  Perkembangan PDRB Kabupaten Karo dalam harga berlaku dari tahun 2000 hingga 2005 adalah rata-rata 11,84% pertahun, dimana pada tahun 2000 adalah sebesar Rp. 2.104,4 milyard dan meningkat menjadi Rp. 3.683 milyard pada tahun 2005.  Sementara itu perkembangan PDRB dalam harga konstan tahun 2000 pada periode yang sama terjadi pertumbuhan rata-rata 4,32%, dimana pada tahun 2000 adalah sebesar Rp. 2.104,4 milyard dan meningkat menjadi 2.650,56 milyard pada tahun 2005. 

- Deflektor PDRB

Deflektor PDRB, juga disebut dengan deflktor harga implisit untuk PDRB, didefinisikan sebagai rasio PDRB nominal terhadap PDRB riil. Deflektor PDRB Kabupaten Karo mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian di Kabupaten Karo.  Deflektor digunakan untuk mendeflasi  atau menghilangkan inflasi dari  PDRB nominal untuk menghasilkan PDRB riil. Berdasarkan perkembangan nilai PDRB nominal dan PDRB riil  Kabupaten Karo  pada periode waktu 2000-2005 diperoleh trend perkembangan nilai deflektor PDRB Kabupaten Karo menaik yakni dari 1,00 pada tahun 2000 meningkat menjadi 1,39 pada tahun 2004.  Dari data perkembangan deflektor PDRB dimaksud dapat diketahui bahwa tingkat perubahan deflektor PDRB (inflasi) rata-rata di Kabupaten Karo pada periode 2000-2005 adalah 6,8% pertahun. 

2.  Tingkat Pengangguran

Satu aspek dalam kinerja ekonomi adalah seberapa efektif suatu perekonomian menggunakan sumber daya dengan baik. Karena para pekerja suatu perekonomian adalah sumber daya utama, menjaga agar para pekerja tetap bekerja menjadi puncak perhatian para pembuat kebijakan ekonmi. Dalam konteks ini, pembuat kebijakan ekonomi dimaksud adalah Pemerintah Kabupaten Karo. Tingkat penganguran adalah statistik yang mengukur persentase orang-orang yang ingin bekerja tetapi tidak mempunyai pekerjaan.   

Angkatan Kerja adalah jumlah orang yang bekerja ditambah dengan jumlah penganggur; dan statistik terkait adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (%) adalah merupakan ratio antara anngkatan kerja dengan populasi dewasa dikali dengan 100.  Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Karo diperoleh dengan mengurangkan jumlah penduduk Kabupaten Karo dengan penduduk umur 14 tahun kebawah, dikurangi dengan jumlah pelajar, dan dikurangi dengan penduduk manula yakni  penduduk dengan umur diatas 60 tahun. Berdasarkan ketentuan tersebut maka jumlah angkatan kerja di Kabupaten Karo pada tahun 2004 adalah  sebanyak 187.486 orang. Sementara itu, jumlah penduduk Kabupaten Karo yang bekerja pada tahun 2004 pada semua lapangan usaha adalah sebanyak 168.529 orang. Dengan demikian maka tingkat pengangguran di Kabupaten Karo adalah sebanyak 18.927 orang. Berdasarkan kondisi tersebut maka tingkat pengangguran di Kabupaten Karo pada tahun 2004 adalah sekitar 9%. 

3.   PDRB Riil Kabupaten Karo

Menurut hukum Okun, setiap point persentase kenaikan tingkat pengangguran, pertumbuhan PDRB riil  biasanya turun sebesar 2 persen. Dengan demikian maka Pertumbuhan PDRB riil Kabupaten Karo periode 2000-2005 yakni sebesar 4,32% pertahun harus dikoreksi. 

Tingkat pengangguran pada tahun 2000 tercatat sebesar 8,28% dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 8,88% atau naik rata-rata 0,15% per tahun. Dengan demikian maka pertumbuhan PDRB riil Kabupaten Karo adalah sebagai berikut:

Perubahan PDRB riil = 4,32% - 2 x Perubahan Dalam Tingkat Pengangguran

                                   = 4,32 % - 2 x ((8,88%-8,28%)/4)

                                   = 4,32% - 0,3%

                                   = 4,02 %

Dalam hal ini, Hukum Okun mengatakan bahwa PDRB naik sebesar 4,02%, yang mengindikasikan perekonomian Kabupaten Karo dewasa ini sedang mengalami pertumbuhan sebesar 4,02%. 

4.  Proyeksi/Target Pertumbuhan Ekonomi

Proyeksi pertumbuhan ekonomi makro Kabupaten Karo Tahun 2006 –2010 adalah merupakan acuan daripada pembangunan ekonomi, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kemasyarakatan  dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karo periode tahun 2006 – 2010.  Untuk itu maka pemerintah Kabupaten Karo merencanakan target kondisi perekonomian kabupaten Karo periode 2006-2010 seperti diperlihatkan pada Tabel 3.

Untuk mencapai target tersebut maka pemerintah Kabupaten karo akan mengerahkan seluruh sumberdaya yang dimiliki serta melakukan upaya-upaya kerjasama dengan pihak luar dengan dasar saling menghargai dan saling menguntungkan. Dari Kondisi Estimasi Ekonomi Makro Kabupaten Karo pada Tahun 2006 – 2010 dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian akan menurun dari tahun ke tahun dan akan digantikan dengan peningkatan sektor lainnya. Dalam perencanaan pembagunan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah ditentukan sangat dipengaruhi oleh  kegiatan investasi, agar taget tersebut dapat ditentukan secara realistis diperlukan suatu indikator yang berkaitan dengan investasi. 

Incremental Capital-Output Ratio (ICOR) merupakan indikator untuk melihat   rasio antara tambahan modal dengan out put, artinya perbadingan ini menujukkan besarnya tambahan modal (Investasi) yang harus dilakukan agar produksi meningkat satu unit/ satuan, disisi lain  hal ini menggambarkan tingkat efisiensi perekonomian. Periode tahun 2000 – 2004  ICOR Kabupaten Karo adalah 4,35 dan diharapkan pada Tahun 2010 ICOR Kabupaten Karo menjadi 3 sehingga tingkat efisiensi pembangunan sudah terwujud. Untuk mencapai hal tersebut merupakan tantangan bagi Kabupaten Karo, tantangan bagaimana meningkatkan peanaman modal. 

Arah Kebijakan dalam rangka peningkatan perekonomian daerah yang dapat dilaksanakan adalah mengarahkan belanja daerah dalam APBD untuk pembanguan prasarana dan sarana jalan, Industri,  listrik gas dan air minum, bagunan, perdagangan, angkutan, keuangan dan jasa-jasa serta kemudahan-kemudahan bagi ivestor untuk berinvestasi di Kabupaten Karo sehingga akan mendorong  berkembangnya investasi di Daerah.  

Intensifikasi pertanian melalui program agropolitan diharapkan akan mampu mendorong pertumbuhan sektor pertanian secara maksimal. Kemudian  dengan meningkatnya kegiatan perekonomian di sektor pertanian maka kegiatan perdagangan juga akan meningkat, dan untuk menunjang sektor perdagangan akan diupayakan untuk membangun prasarana pasar dan memberdayakan koperasi, kelompok tani dan gabungan kelompok tani sehingga mampu menjadi mitra perbankkan. Objek-objek wisata akan ditata secara maksimal sehingga mampu menggerakkan perekonomian karo melalui kegiatan hotel, restoran, perdagangan dan jasa. 

Sasaran pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karo periode 2006-2010 ialah sebesar  6,43% atau naik sebesar  2,11% yakni meningkat dari 4,32% pada periode 2000-2006. Rincian mengenai target pertumbuhan perekonomian karo selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.3 hingg 6.6.  Koreksi atas  pertumbuhan ekonomi tersebut diatas akibat tingkat pengangguran diperkirakan akan masih ada sekitar  0,3 s/d 0,4 sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi riil periode 2006-2010 ialah sebesar 6,03%.