Jelaskan berkembangnya pusat pusat pertumbuhan di jakarta

Halo, Pahamifren, pasti kamu sudah pernah lihat Live Class Pahamify di YouTube, kan? Bagaimana? Materi yang disampaikan Rockstar Teacher mudah dipahami kan? Nah, kali ini Mipi mau mengajak kamu membahas rangkuman live class Geografi tentang Teori Pusat Pertumbuhan nih. Simak artikel ini sampai selesai, ya!

Pengertian Pusat Pertumbuhan

Sebelum lebih jauh, ada baiknya kalau kamu memahami dulu pengertian pusat pertumbuhan, Pahamifren. Jadi, pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai wilayah-wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat, sehingga dijadikan pusat pembangunan yang mempengaruhi perkembangan wilayah di sekitarnya. Menurut Robinson Tarigan (2005), pusat pertumbuhan dibagi menjadi dua definisi, yaitu:

Dari segi fungsinya, pusat pertumbuhan dapat dikatakan sebagai suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha, atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan.

Secara geografis, pusat pertumbuhan menjadi lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan. Inilah mengapa pusat pertumbuhan menjadi pusat daya tarik (pole of attraction).

Dari teori pusat pertumbuhan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pusat pertumbuhan secara fungsional terjadi jika memiliki wilayah industri, pasar atau hal-hal yang berkaitan dengan kedinamisan (selalu berubah).

Sementara pusat pertumbuhan secara geografis, sangat berkaitan dengan spasial atau keruangan. Jadi, jika ada lokasi yang memiliki daya tarik, maka lokasi tersebut berpotensi menjadi pusat pertumbuhan. Misalnya, di daerah Malang yang memiliki suhu yang sejuk dan memiliki konsentrasi kebun apel, maka suhu yang sejuk dan konsentrasi kebun apel tersebut dapat menjadi pusat daya tarik (pole of attraction) untuk orang-orang datang ke Malang dan menjadikan Malang sebagai pusat pertumbuhan.

Ciri-Ciri Pusat Pertumbuhan

Sebuah wilayah dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan bila memiliki ciri-ciri berikut:

  • Adanya Hubungan Internal dan Beragam Aktivitas

Sebuah wilayah pusat pertumbuhan umumnya memiliki beragam aktivitas perekonomian di dalamnya. Aktivitas perekonomian tersebut dapat berupa perumahan, perindustrian, perdagangan, pergudangan, pelabuhan, distribusi, hingga hiburan. Semua aktivitas perekonomian tersebut dapat bercampur dan saling terinternalisasi dalam sebuah pusat pertumbuhan.

Misalnya Kota Surabaya yang terkenal memiliki beragam aktivitas perekonomian seperti pelabuhan, perniagaan, hingga pendidikan yang terintegrasi di kota tersebut. Maka dari itu, Surabaya dapat disebut atau dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan.

  • Adanya Efek Penggandaan (multiplier effect)

Bila sebuah wilayah memiliki nodal atau wilayah yang menjadi penghubung, atau yang memiliki ketergantungan antara daerah inti (pusat) dengan daerah belakang (interland), maka dari daerah tersebut umumnya akan mengalami efek penggandaan ke wilayah-wilayah sekitarnya.

Karena sifatnya seperti simpul, Nodal memiliki titik-titik pertumbuhan yang menyebar dari tengah ke wilayah-wilayah sekitarnya yang masih satu kota. Misalnya, bila ada pembangunan bandara di sebuah wilayah, bandara tersebut perlahan akan mempengaruhi wilayah-wilayah di sekitarnya, yang akan menjadi pendukung bagi bandara tersebut.

Bentuk kegiatan ekonomi yang menjadi pendukung bandara tersebut dapat berupa perumahan, tempat pariwisata, perkantoran, pusat perdagangan, hotel, ekspedisi, dan lain sebagainya. Efek penggandaan ini penting dinilai sebelum membangun sebuah wilayah pusat pertumbuhan karena nantinya akan turut membantu terbukanya lapangan pekerjaan.

  • Adanya Konsentrasi Geografis

Sekalipun sebuah pusat pertumbuhan umumnya dapat memiliki beragam kegiatan perekonomian, tetapi biasanya wilayah tersebut memiliki spesialisasi tertentu. Adanya konsentrasi geografis atau aglomerasi, membuat sebuah wilayah pusat pertumbuhan memiliki fokus perekonomian.

Di situlah pertumbuhan perekonomian wilayah tersebut akan menjadi lebih pesat karena spesialisasi tersebut membedakannya dengan wilayah-wilayah lain. Konsentrasi geografis juga turut menimbulkan multiplier effect yang tinggi pada suatu wilayah pusat pertumbuhan.

  • Mendorong ke Daerah Belakang

Sebuah wilayah pusat pertumbuhan umumnya akan mempengaruhi wilayah-wilayah di sekitar kotanya. Misalnya, Jakarta dapat mempengaruhi Bekasi, sehingga Bekasi kemudian memiliki nodal-nya sendiri dan kemudian dapat menjadi sebuah kota sendiri.

Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole Theory)

Teori pusat pertumbuhan yang terkenal lainnya adalah teori kutub pertumbuhan. Francois Perroux mendefinisikan kutub pertumbuhan sebagai pusat-pusat dalam wilayah ekonomi yang abstrak (belum terpetakan), yang memancarkan kekuatan sentrifugal (membesar atau menyebar) dan kekuatan sentripetal (bergerak menuju sumbu) yang menarik.

Contoh dari kutub pertumbuhan yang ada di Indonesia salah satunya adalah Malioboro. Malioboro dikenal sebagai pusat pertumbuhan sekaligus ikon dari Yogyakarta, yang perekonomiannya berpusat pada pasar, souvenir, kuliner, dan lain sebagainya. Contoh lainnya adalah kawasan Kuta yang ada di Bali. Kawasan ini menjadi satu di antara kutub pertumbuhan penting bagi Pulau Dewata. Perkembangan pariwisata yang pesat, membuat Kuta menjadi pusat perekonomian bagi masyarakat Bali.

Sementara Jacques Boudeville menggambarkan kutub pertumbuhan sebagai suatu pengelompokan atau aglomerasi geografis dari berbagai kegiatan. Pengelompokan atau aglomerasi geografis ini kemudian akan menuju satu pusat. Jadi, bila ada sebuah wilayah yang memiliki wilayah industri, jasa, sarana transportasi yang baik, wilayah tersebut perlahan akan berkembang menjadi pusat pertumbuhan. Contoh dari pusat pertumbuhan terbesar di Indonesia adalah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Albert Hirschman menyebutkan ada dua efek dari kutub pertumbuhan (growth pole), yaitu efek positif dan efek negatif. Efek positif dari kutub pertumbuhan adalah trickle down effect, yang merupakan gejala saat adanya wilayah yang maju menjadi kutub pertumbuhan, akan turut mempengaruhi kemajuan di wilayah yang ada di pinggirannya.

Wilayah-wilayah yang ada di pinggiran kutub pertumbuhan memiliki dua kemungkinan, yaitu bergabung dengan kota tersebut atau menjadi pusat pertumbuhan atau kota yang baru. Contohnya, Bekasi yang mendapatkan pengaruh besar dari Jakarta, perlahan menjadi kota sendiri.

Nah, kalau efek negatifnya adalah polarization effect, yang menjelaskan bahwa gejala komplementaritas lemah akan terjadi dampak polarisasi (pembedaan). Jadi, bila ada wilayah-wilayah yang tidak menyatu secara kelompok alias beragam, maka akan terjadi dampak polarisasi (perbedaan) di antara wilayah-wilayah tersebut, yang kemudian dapat menyebabkan pemekaran suatu wilayah karena adanya ketidakcocokan yang disebabkan adanya gejala komplementaritas.

Nah, itulah ulasan kelas online Pahamify tentang Live Class Geografi: Teori Pusat Pertumbuhan. Semoga artikel ini bisa menjadi referensi belajarmu ya. Kamu juga bisa mengakses materi Live Class yang menarik lainnya di YouTube Pahamify, loh.

Buat kamu yang ingin meningkatkan nilai rapor di semester ini, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi UTBK SBMPTN, kamu bisa mengakses paket Live Class premium di sini.

Tunggu apalagi? Yuk unduh aplikasi bimbel online Pahamify di link ini dan manfaatkan semua fitur kerennya! Jangan lupa juga buat ngecek info paket belajar dan promo menarik dari Pahamify di laman Paket Belajar ini, ya!

Penulis: Salman Hakim Darwadi

tirto.id - Perbandingan antar-wilayah, baik dari segi kondisi fisik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, merupakan salah satu obyek kajian dalam geografi. Karena itu, identifikasi pusat pertumbuhan wilayah juga termasuk dalam materi studi salah satu cabang ilmu geografi, yakni geografi pembangunan.

Mengutip modul "Konsep Kewilayahan dan Pertumbuhan Wilayah" dari UT, untuk mendorong kemajuan ekonomi suatu negara, pemerintah perlu memperbanyak wilayah yang menjadi pusat-pusat pertumbuhan.

Pertumbuhan di daerah-daerah dengan potensi besar bakal mempercepat kemajuan ekonomi karena secara tidak langsung memicu perpindahan penduduk yang mencari peningkatan pendapatan.

Robinson Tarigan dalam buku Perencanaan Pembangunan Wilayah (2006) menjelaskan, bahwa pengertian pusat pertumbuhan bisa dilihat dari 2 segi, yakni fungsional dan geografis.

Dari segi geografis, pusat pertumbuhan adalah lokasi yang mempunyai fasilitas dan kemudahan akses memadai sehingga jadi lokasi pusat daya tarik untuk berbagai jenis usaha ekonomi maupun perpindahan orang. Banyak orang mau mendatangi wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan, baik untuk membuka usaha ataupun bekerja, karena di sana ada banyak fasilitas yang bisa dimanfaatkan.

Sementara itu, dari segi fungsional, pusat pertumbuhan bisa diartikan sebagai lokasi yang menjadi konsentrasi dari banyak kelompok usaha karena memiliki unsur-unsur kedinamisan yang menstimulasi kehidupan ekonomi, baik ke dalam maupun luar.

3 Teori Pusat Pertumbuhan dan Penjelasannya

Menukil penjelasan dalam Modul Geografi: Konsep Wilayah dan Pewilayahan (2019) terbitan Kemendikbud, pusat pertumbuhan pun bisa didefinisikan sebagai wilayah yang pertumbuhan ekonominya lebih pesat daripada daerah lain, sehingga bisa dijadikan pusat pembangunan yang akan memengaruhi perkembangan kawasan sekitarnya.

Maka itu, identifikasi wilayah yang layak menjadi lokasi pusat pertumbuhan penting dilakukan dalam perumusan program pembangunan. Setidaknya ada 3 teori yang muncul terkait kajian untuk menentukan lokasi wilayah pusat pertumbuhan. Tiga teori tersebut pada dasarnya saling melengkapi.

Pertama, adalah teori tempat sentral, yang dikemukakan ahli geografi Jerman, Walter Christaller. Teori ini bertitik tolak dari aktivitas perdagangan dan pelayanan dalam sebuah kota. Dalam teori Chistaller, kota sentral merupakan pusat bagi daerah sekitarnya yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lain. Kota sentral tersebut bisa menjadi pusat pertumbuhan.

Baca juga:

  • Macam-macam Wilayah Negara dan Pengertiannya Beserta Contoh
  • Wilayah Persebaran Fauna di Dunia dan Contohnya Menurut Wallace

Kedua, teori sektor yang dikemukakan oleh August Losch. Dalam bukunya, The Economics of Location (1954), Losch menuliskan kajiannya yang mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya daerah-daerah ekonomi. Teori Losch melihat faktor tingginya grafik permintaan di kota-kota sentral seperti yang diungkapkan oleh Chistaller.

Ketiga, teori kutub pertumbuhan (teori pusat pertumbuhan) yang pertama kali dicetuskan oleh Francois Perroux, tahun 1955. Teori ini menyatakan bahwa pembangunan sebuah wilayah merupakan hasil proses dan tidak terjadi serentak, melainkan muncul di tempat tertentu saja, dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda. Tempat atau lokasi yang menjadi pusat pembangunan itu disebut sebagai kutub pertumbuhan.

Teori kutub pertumbuhan (Growth Pole) inilah yang mendasari perumusan definisi pusat pertumbuhan dari segi geografis dan fungsional.

Faktor Apa Saja yang Memengaruhi Pusat Pertumbuhan Wilayah?

Pusat pertumbuhan wilayah dapat terbentuk secara alami maupun terencana. Untuk merencanakan pembentukan pusat pertumbuhan wilayah perlu mempertimbangkan faktor-faktor pendukungnya.

Berdasarkan penjelasan dalam Modul Geografi XII KD 3.1 dan 4.1 (2020) terbitan Kemdikbud, ada setidaknya lima faktor yang memengaruhi pusat pertumbuhan wilayah. Penjelasan tentang kelima faktor itu serta contohnya ialah sebagai berikut.

a. Faktor fisik

Faktor fisik bisa membawa pengaruh besar terhadap pekembangan pusat pertumbuhan wilayah. Adapun sejumlah aspek yang termasuk faktor fisik adalah topografi, iklim, keadaan tanah, keadaan air, dan sebagainya.

Contoh faktor fisik adalah, topografi datar, ketersediaan air mencukupi, kondisi tanah stabil, terhindar dari banjir, minim risiko tanah longsor dan gempa. Keberadaan faktor-faktor fisik itu bisa mempercepat kemunculan sekaligus perkembangan suatu pusat pertumbuhan wilayah.

b. Faktor kebijakan

Meskipun memiliki sejumlah faktor pendukung, tidak semua wilayah bisa otomatis menjadi lokasi munculnya pusat pertumbuhan. Sebab, perencanaan pembangunan suatu wilayah sering kali menjadi faktor penentu utama. Faktor kebijakan ini bisa mendorong percepatan perkembangan pusat pertumbuhan wilayah.

Syaratnya, kebijakan-kebijakan pembangunan harusl mendukung bagi perkembangan wilayah. Contohnya adalah kebijakan penggunaan lahan, rencana tata ruang wilayah, pengendalian pemanfaatan lahan, perizinan usaha, dan lain sebagainya.

c. Faktor potensi ekonomi

Setiap wilayah memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda. Misalnya, suatu wilayah tidak mampu menyediakan kebutuhan seperti bahan pangan, sementara wilayah yang lain memiliki potensi pertanian besar.

Maka, faktor potensi ekonomi yang memicu hubungan timbal-balik saling memengaruhi antar wilayah juga dapat mendukung perkembangan pusat pertumbuhan. Contohnya adalah potensi industri, potensi pertanian, potensi wisata, dan lain sebagainya.

d. Faktor sosial

Suatu kawasan dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan wilayah apabila kondisi pendidikan, pendapatan, dan kesehatan masyarakatnya lebih terjamin dibandingkan dengan penduduk di daerah lain.

Kondisi pendidikan, pendapatan, dan kesehatan dapat terbentuk secara alami yaitu masyarakat mulai sadar akan kebutuhan tersebut. Kualitas pendidikan, kesejahteraan, dan kesehatan juga bisa ditingkatkan secara terencana, melalui pembangunan berbagai fasilitas dan penciptaan kemudahan akses.

Jadi, faktor sosial punya kaitan dengan kondisi kesejahteraan masyarakat. Di masyarakat yang sejahtera, masalah sosial akan minim dan aktivitas ekonomi lebih berkembang pesat.

Contoh faktor sosial adalah tingginya kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat, rendahnya kemiskinan, dan lain sebagainya.

e. Faktor sarana pendukung

Ketersediaan sarana pendukung, seperti jaringan komunikasi, moda transportasi, fasilitas ekonomi, pendidikan dan kesehatan berperan dalam pengembangan wilayah. Semakin meningkatnya perkembangan wilayah menuntut adanya peningkatan sarana pendukung. Dengan tersedianya sarana pendukung, perkembangan ekonomi semakin cepat, dan karena itu bisa mendorong terciptanya pusat pertumbuhan wilayah.

Contoh faktor sarana pendukung adalah: fasilitas transportasi yang memudahkan distribusi barang serta mobilitas penduduk; pasar dan pusat perbelanjaan yang memudahkan kegiatan jual beli maupun pemasaran hasil produksi; permukiman dengan kualitas memadai sekaligus terjangkau, dan lain sebagainya.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN atau tulisan menarik lainnya Addi M Idhom
(tirto.id - add/add)


Penulis: Addi M Idhom
Editor: Iswara N Raditya

Subscribe for updates Unsubscribe from updates