Pernyataan berikut yang bukan penyebab kelangkaan yaitu

Kelangkaan merupakan tahap awal dari kepunahan spesies, pernyataan tersebut dinyatakan oleh Charles Darwin pada tahun 1859. Sedangkan menurut Landle dan Whittaker (2011), kelangkaan adalah kepadatan spesies yang rendah, hidup dalam kondisi lingkungan atau wilayah geografis sempit.

Ancaman kepunahan spesies diperparah oleh kegiatan eksploitasi sumber daya yang berasal dari habitat spesies tersebut, sehingga ekosistem yang ada di dalamnya menjadi rusak.

Kelangkaan spesies yang merupakan awal dari kepunahan akan mengurangi keanekaragaman hayati, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

Menurut Masyud dan Ginoga, 2016 berikut ini adalah faktor-faktor penyebab kelangkaan dan kepunahan spesies:

  1. Pertumbuhan jumlah penduduk dan pola konsumsi yang tidak memperhatikan atau mengabaikan kelestarian makhluk hidup
  2. Penyempitan spektrum perdagangan produk kehutanan, pertanian, perkebunan, dan perikanan
  3. Kepemilikan, manajemen, dan alur pemanfaatan yang tidak seimbang
  4. Pengetahuan dan penerapan yang kurang mengenai ekosistem alam dan komponen-komponen yang ada di dalamnya
  5. Gagal mengelola lingkungan dan sumber daya alam, baik secara ekonomi dan kebijakan
  6. Sistem hukum dan kelembagaan memberikan celah untuk eksploitasi sumber daya biologi secara besar-besaran
  7. Persepsi keliru dalam mewujudkan keinginan untuk menghasilkan sesuatu secara cepat dan berakibat kegagalan dalam jangka panjang, serta etika konservasi masyarakat yang tidak berkembang
  8. Sikap antroposentrisme sehingga menyebabkan rendahnya penghargaan terhadap sumber daya yang tidak atau belum dapat dimanfaatkan oleh manusia
  9. Kurangnya penghargaan terhadap aktivitas konservasi dalam perubahan dari pola pertanian sederhana ke pertanian modern atau industrialisasi pertanian

Masyud dan Ginoga, 2016 juga menyampaikan mengenai Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) tahun 2003-2020 yang merupakan produk dokumen resmi yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia.

Dokumen ini menjelaskan bahwa faktor penyebab krisis keanekaragaman hayati adalah karena faktor teknis dan faktor struktural.

Pernyataan berikut yang bukan penyebab kelangkaan yaitu
Commons Wikimedia

Faktor teknis adalah faktor-faktor yang secara teknis berkaitan atau berdampak langung terhadap terjadinya krisis keanekaragaman hayati. Sedangkan faktor struktural adalah faktor khusus mengenai aspek kebijakan, kelembagaan, dan penegakan hukum, serta riset.

Faktor teknis yang menyebabkan krisis keanekaragaman hayati, antara lain:

  1. Rendahnya kesadaran, pemahaman, dan kepedulian dari berbagai pihak
  2. Pemanfaatan sumber daya yang berlebihan
  3. Eksploitasi dan perdagangan ilegal
  4. Konversi habitat
  5. Budidaya dan pemanfaatan secara monokulturisme
  6. Pembagian manfaat yang tidak adil
  7. Introduksi spesies dan varietas eksotis
  8. Penggunaan teknologi yang merusak kelestarian
  9. Pencemaran atau polusi
  10. Kesalahan dalam menilai sumber daya alam
  11. Kebutuhan penduduk, kemiskinan, dan keserakahan
  12. Perubahan iklim suatu wilayah
Pernyataan berikut yang bukan penyebab kelangkaan yaitu
alamy.com

Faktor struktural yang menyebabkan krisis keanekaragaman hayati, yakni:

  1. Kebijakan eksploitasi, sentralisasi, sektoral, dan tidak partisipatif
  2. Sistem kelembagaan yang lemah
  3. Sistem penegakan hukum yang lemah
  4. Riset, informasi, dan SDM yang kurang memadai

Faktor Kelangkaan dan Kepunahan

Dari keseluruhan faktor teknis serta struktural, berikut ini adalah 3 faktor utama yang sebenarnya dapat kita cegak agar kelangkaan dan kepunahan spesies tidak terjadi.

baca juga:  Hari Ozon Sedunia - 16 September

1. Merusak Habitat Spesies

Rusaknya habitat merupakan alasan utama yang membahayakan status spesies, baik hewan maupun tumbuhan. Kerusakan umumnya dilakukan karena faktor ekonomi, seperti deforestasi, penambangan, dan migrasi manusia sehingga menjadikan habitat tersebut menjadi tempat tinggal.

Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas manusia tersebut adalah kematian, jika pun tidak maka hewan akan menjauh dan mencari habitat lain namun kendala yang dihadapi adalah tidak adanya sumber makanan di habitat yang baru.

2. Polusi

Polusi dapat menyebabkan kematian suatu spesies, contohnya adalah tumpahan minyak, hujan asam, penggunaan pestisida, polusi udara, polusi air, polusi tanah, polusi suara, dan polusi cahaya.

Misalnya pada hujan yang memiliki kadar asam yang tinggi akan menjadikan tanah tidak layak untuk menjadi habitat tumbuh-tumbuhan. Selain itu, hujan asam juga akan mengubah unsur kimia air dan sungai sehingga menyebabkan kematian pada hewan-hewan air seperti ikan.

3. Perburuan

Kegiatan berburu dapat menyebabkan kelangkaan serta kepunahan spesies. Tujuan berburu adalah untuk memperoleh daging, bulu atau bagian tubuh hewan tertentu. Contohnya badak akan diambil culanya dan gajah akan diambil gadingnya.

Selain karena tujuan memanfaatkan tersebut, perburuan juga dilakukan akibat manusia dan hewan yang tidak dapat hidup berdampingan. Hal ini berkaitan dengan pembukaan lahan hutan untuk pertanian misalnya, sehingga terjadi kontak fisik antara manusia dengan hewan seperti harimau sumatera.

baca juga:  Tanaman Perdu - Contoh Perbedaan Dengan Herba & Pohon

Upaya Pencegahan Kelangkaan dan Kepunahan Spesies

Pencegahan kelangkaan dan kepunahan spesies dapat dicegah melalui keputusan pemerintah, misalnya pendirian cagar alam, taman nasional, hutan lindung dan suaka margasatwa.

Pernyataan berikut yang bukan penyebab kelangkaan yaitu
Pixabay

Selain itu, pemerintah juga menerbitkan undang-undang konservasi meskipun belum dapat mencakup seluruh spesies yang terancam punah.

Kita juga dapat membantu mencegah kelangkaan dan kepunahan makhluk hidup dengan cara-cara sederhana, seperti mengurangi sampah plastik, mengurangi polusi, mengurangi penggunaan pestisida dan ikut dalam usaha melestarikan lingkungan lainnya.

Kelangkaan adalah kondisi di mana kita tidak mempunyai cukup sumber daya untuk memuaskan semua kebutuhan kita. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah kebutuhan lebih banyak dari jumlah barang dan jasa yang tersedia. Kelangkaan bukan berarti segalanya sulit diperoleh atau ditemukan. Kelangkaan juga dapat diartikan alat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan jumlahnya tidak seimbang dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Kelangkaan mengandung dua pengertian:

  • Alat pemenuhan kebutuhan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
  • Untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan memerlukan pengorbanan yang lain.

Masalah kelangkaan selalu dihadapi merupakan masalah bagaimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan yang banyak dan beraneka ragam dengan alat pemuas yang terbatas. Dalam menghadapi masalah kelangkaan, ilmu ekonomi berperan penting karena massal ekonomi yang sebenarnya adalah bagaimana kita mampu menyeimbangkan antara keinginan yang tidak terbatas dan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Apabila suatu sumber daya dapat digunakan untuk menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhan dalam jumlah tidak terbatas, maka sumber daya tersebut dikatakan tidak mengalami kelangkaan.

Kelangkaan ini menunjukan hubungan antara berapa banyak barang yang ada dan berapa banyak barang yang kita perlukan, jadi kelangkaan ini merujuk pada barang yang susah ditemukan.

  • Keterbatasan sumber daya

Alam memang menyediakan sumber daya yang cukup melimpah. Namun, tetap saja jumlahnya terbatas, apalagi jika manusia mengolahnya secara sembarangan. Walaupun sumber daya tersebut dapat diperbaharui atau tersedia secara bebas, tetap saja akan berkurang dan lama-kelamaan akan habis.

  • Perbedaan letak geografis

Sumber daya alam biasanya tersebar tidak merata disetiap daerah. Ada daerah yang sangat subur, ada pula daerah yang kaya akan bahan tambang. Namun, ada pula daerah yang gersang dan selalu kekurangan air. Perbedaan ini menyebabkan sumber daya menjadi langka dan terbatas, terutama bagi daerah yang tidak mempunyai sumber daya yang melimpah.

  • Pertambahan jumlah penduduk

Pertumbuhan jumlah penduduk selalu lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi barang dan jasa. Hal ini telah diamati oleh seorang ekonom, Thomas Robert Malthus. Menurutnya, jumlah manusia tumbuh mengikuti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, dan seterusnya). Sementara jumlah produksi hanya tumbuh mengikuti deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya).[1]

  • Keterbatasan kemampuan produksi

Kemampuan produksi didukung oleh faktor-faktor produksi yang digunakan. Misalnya kapasitas faktor produksi manusia terbatas karena masih bisa sakit, lelah, atau bosan. Mesin produksi juga bisa rusak dan aus. Selain itu, keterbatasan produksi juga ditentukan karena perkembangan teknologi yang tidak sama. Di negara maju, perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat. Sementara itu, di negara berkembang perkembangan kebutuhan barang dan jasa masih lebih cepat daripada perkembangan teknologinya. Keterbatasan produksi menyebabkan penawaran tetap sedangkan permintaan barang tersebut tinggi sehingga selain menyebabkan kelangkaan juga dapat menyebabkan inflasi permintaan.[2]

  • Bencana alam

Bencana alam merupakan faktor perusak yang berada di luar kekuasaan dan kemampuan manusia. Walaupun sebenarnya sebagian bencana terjadi akibat ulah manusia sendiri. Banjir, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain telah membawa dampak kerugian yang cukup besar. Kerusakan bangunan, tempat usaha, sumber daya alam, dan bahkan korban jiwa yang menjadi korban bencana alam tersebut.[3]

  • Tidak ada pengganti (substitusi) yang efektif.[4]

Tidak adanya pengganti akan suatu barang atau jasa merupakan salah satu penyebab terjadinya kelangkaan.

  1. ^ Faktor kelangkaaan pertumbuhan penduduk
  2. ^ Liputan6.com (2019-03-17). "Penyebab Inflasi dan Pentingnya Kestabilan Harga di Suatu Negara". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-10-02. 
  3. ^ Faktor Kelangkaan Sumber Daya
  4. ^ Media, Kompas Cyber. "Kelangkaan: Pengertian, Ciri-ciri, Penyebab Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-10-02. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelangkaan&oldid=19364808"