Apakah yang tercermin dari gerakan tari kipas pakarena yang lembut

Koropak.co.id, 22 July 2022 12:14:08

Eris Kuswara

Koropak.id, Jakarta - Indonesia terkenal dengan keanekaragaman tradisi yang tersebar di seluruh pelosok. Salah satunya adalah tradisi kehidupan, mulai dari kelahiran, pernikahan, hingga kematian. Terkait tradisi pemakaman, masing-masing daerah memiliki perbedaan.

Beberapa di antaranya terbilang unik, bahkan sampai menjadi suatu tontonan kebudayaan yang menarik bagi masyarakat luar yang menyaksikannya. Apa saja tradisi pemakaman yang tampak "berbeda" di Indonesia itu?

1. Rambu Solo, Toraja

Upacara pemakaman Rambu Solo ini dilaksanakan oleh masyarakat Toraja. Biasanya, upacara pemakaman ini digelar pada saat matahari mulai tergelincir ke barat. 

Dalam pelaksanaannya, jenazah akan dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Upacara tersebut dilakukan sebagai wujud bakti anak dalam memuliakan leluhur mereka hingga akhir hayatnya.

2. Marapu, Sumba

Marapu merupakan sistem kepercayaan yang sejak dulu dianut oleh masyarakat Sumba. Marapu berasal dari dua kata, yaitu ma yang bermakna "Yang" sedangkan rappu bermakna "Dihormati, Disembah dan Didewakan". 

Para penganut kepercayaan ini memakamkan jenazah dengan biaya pemakaman yang tidak sedikit, dikarenakan dalam proses pemakamannya membutuhkan kurban hewan ternak. 

Jenazah yang dimakamkan dengan tradisi ini nantinya akan diposisikan seperti janin di dalam rahim, lalu dikubur dengan kuburan khas berupa batu yang diberi lubang lalu ditutup dengan batu lagi.

3. Waruga, Minahasa 

Konon pada zaman dahulu, di Minahasa ada tradisi membuat makam yang nantinya akan mereka tempati sendiri. Mereka percaya bahwa makam tersebut harus dibuat seindah mungkin untuk menghormati rohnya. 

Diketahui, waruga merupakan makam yang terdiri dari dua batu. Batu pertama berbentuk peti, batu kedua berbentuk menyerupai limas. 

Biasanya, waruga ini akan dihiasi ornamen berupa ukiran hewan, manusia, tanaman, ataupun geometri. Namun tidak sedikit juga ada beberapa waruga yang memiliki ornamen berupa kisah hidup manusia.

4. Ngaben, Bali


Baca: Tradisi Waruga, Pemakaman Unik Suku Minahasa

Ngaben ini merupakan proses kremasi atau pembakaran jenazah yang dilakukan umat Hindu Bali. Dalam bahasa Bali, Ngaben disebut juga dengan palebon, berasal dari kata lebu yang artinya prathiwi atau tanah. Palebon juga berarti menjadikan prathiwi (abu).

Untuk menjadikan prathiwi, ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu membakar (ngaben) dan menanam ke dalam tanah (metanem). Tujuan dari Ngaben adalah untuk mensucikan roh orang yang sudah meninggal.

5. Tiwah, Kalimantan Tengah

Tiwah merupakan salah satu ritual pemakaman yang dilakukan oleh Suku Dayak di Kalimantan Tengah. Pemakaman Tiwah akan dilakukan setelah jenazah dikubur selama beberapa tahun hingga meninggalkan tulang saja.

Upacara Tiwah dilakukan untuk menyempurnakan jenazah dalam upacara terakhir, agar keterikatan jenazah dengan dunia nyata bisa segera dilepaskan.

6. Mumifikasi Suku Asmat, Papua

Bukan hanya Mesir yang memiliki tradisi mumifikasi, tapi juga ada di suku Asmat. Sebenarnya, tradisi Mumifikasi suku Asmat ini tidak dilakukan untuk semua jenazah. Mumifikasi hanya dilakukan kepada jenazah kepala suku atau orang yang memiliki status sosial penting di dalam suku.

Untuk proses mumifikasi dilakukan dengan cara mengolesi jasad terlebih dahulu menggunakan ramuan alami. Setelah itu, jasad akan diposisikan duduk dan diletakkan di atas perapian hingga menghitam. 

Jasad yang telah melalui serangkaian proses mumifikasi tersebut akan disimpan di dalam Honai atau rumah tradisional suku Dani.

7. Sirang-Sirang, Sumatera Utara

Sirang-Sirang merupakan salah satu upacara pemakaman yang ada di Sumatera Utara, khususnya Batak Karo. Sejak pengaruh agama Hindu masih melekat dengan kuat, masyarakat Batak Sembiring melakukan upacara pembakaran jenazah dengan cukup besar.

Konon, jenazah akan dibakar di dekat sungai, lalu abunya diambil oleh beberapa orang yang kemudian melarungkannya ke dalam aliran sungai. Sebelumnya, orang yang melarungkan abu jenazah harus mandi dengan bersih agar tidak kena sial atau diikuti oleh roh dari jasad yang dibakar.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Perhatikan teks berikut ini!

Tari Kipas Pakarena

Tari Kipas Pakarena merupakan kesenian tari yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Tarian ini sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat setempat, yang merupakan bekas Kerajaan Gowa. Tarian Kipas Pakarena telah menjadi kebanggaan bagi masyarakat Gowa, Sulawesi Selatan.

Kisah Tari Kipas Pakarena berawal dari perpisahan antara penghuni Boting Langi (negeri khayangan) dan penghuni Lino (bumi) pada zaman dahulu. Konon, sebelum berpisah, penghuni Boting Langi sempat mengajarkan kepada penghuni Lino cara menjalani hidup. Cara menjalani hidup yang diajarkan adalah bercocok tanam, beternak, dan berburu.

Makna gerakan tari Kipas Pakarena, seperti gerakan berputar searah jarum jam, melambangkan siklus hidup manusia. Gerakan naik turun mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di bawah dan kadang di atas. Cara menari yang lembut mencerminkan karakter perempuan Gowa yang sopan, setia, patuh, dan hormat. Secara keseluruhan gerakan tari ini mengungkapkan rasa syukur.

Gagasan pendukung pada paragraf ketiga adalah ...

  1. Makna gerakan tari kipas pakarena

  2. Makna gerakan tari kipas pakarena, seperti gerakan berputar searah jarum jam, melambangkan siklus hidup manusia

  3. Gerakan naik turun mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di bawah dan kadang di atas.

  4. Gerakan tari pakarena mengungkapkan rasa syukur

Apakah yang tercermin dari gerakan tari kipas pakarena yang lembut

Mau dijawab kurang dari 3 menit? Coba roboguru plus!

Tari kipas merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan.

Tarian ini sudah sangat terkenal di kalangan masyarakat Gowa.

Merupakan salah satu warisan sejarah yang perlu dijaga kelestariannya.

Menurut sejarah, tari kipas merupakan peninggalan kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan.

Disebut tari kipas pakarena karena pada tarian ini menggunakan kipas sebagai ciri khasnya.

Pakarena sendiri berarti “ bermain” dalam bahasa Gowa yang memiliki arti menari sembari memainkan kipas.

Mengenal Tari Kipas Pakarena Lebih Dalam

Pada zaman kerajaan, tari Kipas Pakarena merupakan salah satu tarian yang digunakan untuk ritual tertentu.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, saat ini tari kipas digunakan sebagai hiburan masyarakat.

Bahkan saat ini, tarian ini digunakan oleh pemerintah daerah untuk menarik perhatian wisatawan baik lokal maupun internasional.

Untuk lebih mengenal tari Kipas Pakarena, berikut ini merupakan ulasan lengkapnya.

1. Penari dan Ragam Gerak Tari Kipas

Penari tari Kipas Pakarena biasanya beranggotakan 5-7 penari wanita.

Dalam menarikan tarian ini, penari wanita tidak diizinkan untuk membuka mata terlalu lebar dan mengangkat kaki terlalu tinggi.

Dibalik peraturan ini, terdapat makna filosofis yang menunjukkan bahwa masyarakat Gowa sangat menjungjung tinggi nilai kesopanan.

Gerakan tarian ini didominasi oleh gerakan salah satu tangan yang memainkan sebuah kipas lipat.

Gerakan ini dilakukan dengan lemah lembut diikuti dengan gerakan badan dan kaki yang disesuaikan dengan irama musik yang mengiringinya.

Agar lebih jelas, berikut ini pembagian gerakan Tari Kipas Pakarena.

  • Samboritta (berteman) : merupakan suatu kegiatan begadang yang dilakukan selama semalam suntuk sebelum pentas tari. Kegiatan ini bertujuan untuk menghormati para pengunjung pentas tari.
  • Jangan Leak-leak (ayam berkokok) : konon, pada zaman dulu tari ini dipentaskan selama semalam suntuk. Dan akhir pada tarian ini biasanya sampai pada pukul 4 subuh pagi. Gerakan ini bermakna pencarian jalan kembali (ke asal mula).
  • Ma’biring kassi : merupakan gerakan mendarat di pantai yang bermakna terkabulnya suatu permohonan.
  • Bisei ri lau’ (dayung ke timur): gerakan ini ditampilkan pada babak kedua dan bermakna bergerak ke arah timur, dimana tempat matahari terbit.
  • Angingkamalino (angin tanpa hembusan) yaitu menggambarkan angin yang tidak berhembus, yaitu menggambarkan rasa kecewa.
  • Anni-anni (memintal benang) : gerakan ini bermakna bahwa ketekunan akan mendatangkan keberhasilan.
  • Dalle tabbua (meniti nasib dengan sabar) : gerakan ini bermakna bahwa manusia harus menjalani kehidupan dengan sabar.
  • Nigandang : menggambarkan ketekunan dan pantang menyerah
  • So’nayya (bermimpi): gerakan ini bermakna bahwa manusia tidak boleh bermimpi terlalu tinggi tanpa disertai usaha yang setimpal.
  • Iyolle’ (mencari kebenaran): gerakan ini menggambarkan kebenaran yang harus tetap dicari agar hati menjadi tentram.

2. Alat Musik yang Mengiringi

Instrumen yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah berupa sebuah alat tradisional yang diberi nama grondong rinci.

Alat musik ini memiliki komponen-komponen seperti genderang dan seruling.

Biasanya, pemain alat musik yang dibutuhkan berjumlah 4-7 orang pemain musik yang memainkan genderang dan seruling.

3. Kostum Penari

Agar semakin menarik, para penari Kipas menggunakan kostum berupa baju adat khas suku Gowa.

Baju adat ini biasanya menggunakan atribut berupa selempang kain, dan sarung khas dari Sulawesi Selatan.

Untuk mempercantik penampilan penari, maka pada bagian kepala penari akan menggunakan konde yang dihias dengan tusuk berwarna emas.

Konde tersebut biasanya memiliki corak bunga-bunga dengan berbagai warna.

Selain itu, aksesoris tambahan yang digunakan oleh penari saat tampil adalah kalung, gelang, dan anting.

4. Makna Tari Kipas Bagi Masyarakat Gowa

Layaknya tarian-tarian tradisional lainnya yang memiliki makna khusus, tari kipas juga memiliki makna yang sangat bagus.

Gerakan yang lembut pada tarian ini menggambarkan rasa syukur masyarakat Gowa kepada sang Pencipta atas segala berkat kehidupan yang telah diberikan.

Selain itu salah satu alasan lain mengapa tarian ini hanya dibawakan oleh penari wanita saja, hal ini dikarenakan wanita merupakan cerminan dari sikap kelembutan, kesantunan, dan kesucian.

Makna selanjutnya dari tarian ini adalah tarian ini menggambarkan siklus kehidupan manusia.

Hal ini terlihat dari gerakan tarian ini yang searah dengan arah jarum jam.

Serta melambangkan siklus kehidupan manusia yang bersifat dinamis seperti terkadang berada diatas dan terkadang berada di bawah.

Hal tersebut tercermin dari gerakan tari pada ragam gerak naik turun pada tarian Kipas ini.

Nah, itulah penjelasan mengenai Tari Kipas Pakarena, semoga bermanfaat ya!