Jelaskan bagaimana cara bakteri menanggulangi masalah pencemaran minyak yang tumpah di laut

Jelaskan bagaimana cara bakteri menanggulangi masalah pencemaran minyak yang tumpah di laut

ITB Kampus Ganesha

Jl. Ganesa 10 Bandung - Jawa Barat, Indonesia


Jelaskan bagaimana cara bakteri menanggulangi masalah pencemaran minyak yang tumpah di laut

Bioteknologi yang digunakan untuk mengatasi tumpahan minyak bumi di lautan adalah teknik pembersihan pencermaran lingkungan ini lazim disebut sebagai bioremediasi (bioremediation).yaitu : merekayasa genetik dari mikroorganisme (bakteri), sehingga mampu melumat (menetralkan) bahan pencemar (pollutants- minyak) yang mencemari suatu lingkungan perairan atau daratan (seperti tumpahan

minyak/oil spills), sehingga lingkungan tersebut menjadi bersih,

Jelaskan bagaimana cara bakteri menanggulangi masalah pencemaran minyak yang tumpah di laut

JENIS ARCHAEBACTERIA1. Bakteri Methanogen adalah bakteri yang menghasilkan metana dari gas hidrogen dan CO2 atau asam asetat. Metana disebut juga biogas. Contoh : Methanobacterium spHidup di lumpur, rawa, dan tempat yg kekurangan oksigenBersimbiosis dengan rumen herbivora serta saluran rayap, contoh : Ruminococus albus (hidrolisis glukosa), Lachnospira multipara(hidrolisis pektin)Tumbuh dg baik suhu 98oC mati suhu dibawah 840C

Tumpahan minyak bumi di lingkungan laut akan berdampak buruk bagi biota yang ada di dalamnya. Mitigasi tumpahan minyak yang aman, efisien, relatif murah dan mudah penerapannya adalah degradasi tumpahan minyak secara biologi dengan menggunakan mikroorganisme atau dikenal bioremediasi. Namun, tegangan permukaan minyak bumi dapat menghambat proses bioremediasi. Surfaktan memiliki kemampuan untuk meningkatkan bioavalibilitas minyak bumi sehingga memudahkan bakteri kontak dengan karbon sebagai sumber makanannya. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh penambahan surfaktan dietanolamida (DEA) guna meningkatkan kemampuan bakteri laut dalam untuk mendegradasi limbah minyak bumi pada media air terformasi. Uji biodegradasi minyak dilakukan pada media air terformasi sebanyak 8 liter, kemudian dilakukan pengamatan kemampuan surfaktan DEA dalam menurunkan tegangan permukaan, kandungan minyak, pH dan nutrien pada hari 0, 1, 3, 6 dan 10. Bakteri yang digunakan adalah konsorsium bakteri yang terdiri atas Enterobacter sp., Pseudomonas sp., dan Raoultella sp. Analisis GC-MS dilakukan untuk mendeteksi perubahan komponen kimia pada minyak bumi. Fraksi alifatik yang terdeteksi adalah senyawa n-alkana C17 – C31 dan C20 – C31 berturut-turut sebelum dan setelah biodegradasi. Minyak terdegradasi hingga 65.52% dengan konstanta laju degradasi (k) -0.1054 pada media dengan penambahan surfaktan DEA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa surfaktan DEA mampu meningkatkan kemampuan konsorsium bakteri dalam mendegradasi minyak bumi.

KOMPAS.com - Tumpahan minyak atau oil spill dapat diakibatkan dari operasi kapal tanker, perbaikan dan pemeliharaan kapal, bongkar muat di tengah laut, scrapping kapal, dan yang sering terjadi adalah kecelakaan kapal tanker. 

Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, jika ada tumpahan minyak di laut hendaknya membuat penghalang mekanik.

Sehingga air laut yang tercemar tidak mencapai pantai. Setelah itu lakukan penyedotan terhadap tumpahan minyak. 

Upaya mengatasi tumpahan minyak

Tumpahan minyak di laut tentu berdampak besar, khususnya bagi biota yang ada di laut. Untuk mengatasi tumpahan minyak dilaut, terdapat beberapa cara. 

Dikutip dari buku Penaggulangan Pencearan Akibat Pencemaran Minyak (2003) oleh Sukmawati, beberapa usaha yang tepat untuk mengatasi pencemaran akibat tumpahan minyak bumi dalam jumlah besar di lepas pantai adalah: 

  • Mengambil minyak dari permukaan

Menjadi salah salah satu metode untuk mengendalikan tumpahan minyak dilaut. Hanya saja metode ini berfungsi hika tumpahan minyak pada satu area dan kondisi yang tepat. 

Baca juga: Bagaimana Cara Mencegah Pencemaran Air?

Metode ini digunakan untuk mengatasi kebocoran minyak yang tidak terkendali. Metode pembakaran minyak di air terbukti efektif untuk kasus tumpahan minyak di laut. Namun, metode ini tentu menghasilkan asap beracun dan berdampak bagi udara. 

Penyerapan minyak dapat dilakukan untuk skala tumpahan minyak dalam skala kecil. Hanya saja penggunaan bahan-bahan untuk menyerap minyak di atas air dapat menciptakan polusi yang lain. 

  • Penggunaan bahan kimia dispersan 

Dispersan merupakan zat seperti detergen yang disemprotkan ke atas minyak yang tumpah dan akan diambil kembali dari permukaan laut. Kemudian diurai ke dalam kolam air dengan konsentrasi rendah. 

Dilansir dari situs resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bioremediasi merupakan segala proses yang menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, fungsi, algam dan enzim yang dihasilkan mikroba. 

Hal tersebut untuk membersihkan serta menetralkan bahan-bahan kimis dan limbah secara aman.

Baca juga: Pencemaran Lingkungan: Macam, Penyebabnya, dan Dampaknya

Dampak tumpahan minyak di laut 

Disadur dari situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, berikut beberapa dampak tumpahan minyak di laut, sebagai berikut: 

Sebagian besar tumpahan minyak yang terjadi di pantai atau laut dalam memiliki risiko kematian lebih besar bagi ikan-ikan. Baik yang berada di tambak maupun keramba. Selain itu juga berdampak pada kerang-kerangan yang kemampuan berpindah untuk menghindari tumpahan minyak sangat rendah. 

Limbah minyak ini berdampak langsung pada plankton, terlebih saat masih fase telur atau larva. Akan lebih parah lagi jika lokasi tumpahan minyak terjadi di daerah yang tertutup seperti teluk. 

Terjadi pada jenis ikan keramba dan tambang yang tidak dapat bergerak menjauhi lokasi pencemaran minyak bumi. Sehingga mengakibatkan bau dan rasa tidak enak. 

Ekosistem pesisir dan laut seperti mangrove, delta sungai, estuary, dan terumbu karang berfungsi penting bagi kelangsungan hidup makhluk disekitarnya. 

Wilayah pesisir yang terkena tumpahan minyak dapat terganggu, karena wilayah tersebut mebjadi tempoat berkembangbiak dan habitat serta makan untuk organismes dewasa di sekitarnya. 

Baca juga: Pencemaran Udara: Dampak dan Solusi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Oleh : adminwebits | | Source : its.ac.id

Harmin Sulistyaning Titah ST MT PhD saat melakukan penelitian untuk menguraikan polutan minyak bumi menggunakan mikroorganisme di laboratorium

Kampus ITS, ITS News – Salah satu manfaat mikroorganisme ialah mampu mengembalikan kondisi ekosistem tercemar sehingga kembali seperti sediakala. Biodegradasi merupakan metode pemulihan pencemaran dengan memanfaaatkan mikroorganisme tertentu dengan menguraikan senyawa kimia pencemar. Biodegradasi ini juga mampu menjadi solusi ramah lingkungan pada lingkungan tercemar.

Penelitian ini dilakukan oleh sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang terdiri dari Harmin Sulistyaning Titah ST MT PhD (dosen Departemen Teknik Lingkungan), Herman Pratikno ST MT PhD (dosen Departemen Teknik Kelautan), Ipung Fitri Purwanti ST MT PhD (dosen Departemen Teknik Lingkungan), dan Widhowati Kesoema Wardhani ST (mahasiswa PMDSU Departemen Teknik Lingkungan).

Dalam penelitian tersebut, tim peneliti ini memanfaatkan biodegradasi untuk mengatasi masalah pencemaran minyak bumi yang terjadi di laut. Pencemaran minyak bumi bisa disebabkan oleh kebocoran saat aktivitas pengeboran minyak bumi dan tumpahan saat melakukan pengiriman menggunakan kapal.

Sampel polutan dalam laboratorium yang akan diuraikan dengan mikroorganisme

Harmin menuturkan bahwa untuk mengukur seberapa besar tingkat tercemarnya, ditentukan dengan nilai Total Petroleum Hydrocarbon (TPH). Pada sampel air laut tercemar yang diambil dari perairan Madura didapatkan nilai TPH sebesar 2.600-3.000 mg/L, sementara nilai TPH untuk lingkungan yang baik adalah 1.000 mg/L atau di bawah 1 persen. “Berarti air laut di kawasan tersebut sudah sangat tercemar,” ungkapnya.

Biodegradasi pada penelitian ini memanfaatkan bakteri Bacillus subtilis dan Pseudomonas putida. Harmin menjelaskan bahwa penelitiannya menggunakan metode bertahap, di mana metode ini merupakan metode kombinasi penambahan dari dua bakteri. Sebagai contoh, kombinasi tersebut menggunakan bakteri Pseudomonas putida untuk bekerja menguraikan sampel terlebih dahulu, kemudian ditambahkan dengan bakteri Bacillus subtilis.

Tujuan menggunakan metode ini ialah untuk mengetahui tingkat efektivitas bakteri dalam menguraikan senyawa kimia polutan dengan kadar yang tinggi. Terbukti dalam pengujian laboratorium selama 35 hari, sampel polutan sudah terurai sebanyak 66 persen. “Kombinasi tersebut memiliki efektivitas lebih tinggi dalam mengurai bakteri,” tuturnya.

Selain itu, Harmin juga menyampaikan bahwa selain faktor jenis bakteri yang efektif dimanfaatkan untuk menguraikan polutan, juga terdapat tambahan nutrisi sebagai makanan tambahan untuk bakteri. Nutrisi tersebut didapatkan dari pupuk yang memiliki kandungan unsur kimia nitrogen, fosfor, dan kalium. Fungsi nutrisi ini untuk mempercepat proses penguraian polutan dalam sampel tersebut.

Ilustrasi pencemaran polutan minyak bumi di laut (sumber dari Jawapos.com)

Perempuan asal Malang ini juga mengungkapkan, keunggulan dari biodegradasi ini adalah bakteri Bacillus subtilis dan Pseudomonas putida yang masing-masing memiliki kemampuan menguraikan polutan dengan sangat baik, kemudian dalam penelitian ini dikombinasikan menjadi satu. Namun, kekurangan dalam penelitian ini terdapat pada durasi waktu biodegradasi yang sangat lama. “Apabila ingin benar-benar bebas polutan, dibutuhkan waktu tiga bulan,” tambahnya

Harmin berharap, dalam waktu dekat penelitian ini dapat diterapkan dalam skala nyata bukan hanya dalam skala laboratorium. Meskipun begitu, harus tetap memerhatikan banyak faktor seperti luas wilayah tercemar, gelombang air laut, iklim, dan banyaknya bakteri yang harus dipersiapkan. (HUMAS ITS)

Reporter: Regy Zaid Zakaria