Jelaskan apa sajakah penanda KESANTUNAN berbahasa itu dan berikan contohnya

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

           Kesantunan merupakan kehalusan dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya). Kesantunan juga dapat diartikan sebagai cara berbahasa dengan tujuan mendekatkan jarak sosial antara para penutur dengan tujuan mendekatkan jarak sosial antara para penuturnya. Konsep kesantunan berkaitan dengan dua hal yaitu pada bahasa dan perilaku seseorang.

             Kesantunan didalam aspek bahasa dapat dilihat pada pilihan kata, nada, intonasi , dan struktur kalimatnya. Pada tingkah laku, kesantunan dapat dilihat pada ekspresi, sikap , dan gerak-gerik tubuh lainnya. Egoisme, dan keinginan untuk menonjolkan diri sendiri harus dihindari dalam kesantunan. Sesungguhnya, menghormati oranglain merupakan suatu bentuk penghormatan diri sendiri.

            Kesantunan merupakan norma atau aturan perilaku yang ditetapkan, dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu yang dipengaruhi oleh tata cara , adat , ataupun kebiasaaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan dipengaruhi oleh adanya konteks serta peran yang terlibat dalam komunikasi itu sendiri. Konteks berkaitan dengan tempat, waktu, atau suasana yang melatar belakangi terjadinya komunikasi. Peran berkaitan dengan usia, kedudukan , atau status sosial dari penutur dan mitra tutur selama berlangsungnya proses komunikasi.

         Apa aja sih prinsip(maksim) dalam kesantunan berbahasa ? prinsip dalam kesantunan berbahasa dibedakan menjadi empat, antara lain yaitu maksim kualitas, maksim kuantitas , maksim relevansi , dan maksim cara. Maksud dari prinsip yang disebutkan tadi itu apa sih ?

         Apa yang menjadi perbedaan  maksim kulitas dengan maksim kuantitas? Maksim kualitas  menuntut untuk mengatakan yang sebenarnya sedangkan maksim kuantitas menuntut penutur untuk berbicara secukupnya.  Maksim relevansi dan maksim cara itu apa? maksim relevansi yaitu menuntut kita untuk memberikan percakapan yang relevan dengan situasi perckapan tersebut , dan maksim cara menuntut kita untuk harus berbicara langsung dan lugas secara tidak berlebihan.

Kesantunan berbahasa adalah hal memperlihatkan kesadaran akan martabat orang lain dalam berbahasa,[1] baik saat menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis. Kesantunan berbahasa merupakan bidang kajian pragmatika, yang antara lain telah dituliskan oleh Lakoff (1973), Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978), Leech (1983), serta Pranowo (2009).[2]

Robin Lakoff (1973) menyatakan "kesantunan dikembangkan oleh masyarakat guna mengurangi friksi dalam interaksi pribadi". Menurutnya, ada tiga buah kaidah yang harus dipatuhi untuk menerapkan kesantunan, yaitu formalitas (formality), ketidaktegasan (hesitancy), dan kesamaan atau kesekawanan (equality atau cameraderie).[3]

  1. Formalitas berarti jangan terdengar memaksa atau angkuh.
  2. Ketidaktegasan berarti berarti berbuatlah sedemikian rupa sehingga mitra tutur dapat menentukan pilihan.
  3. Kesamaan atau kesekawanan berarti bertindaklah seolah-olah Anda dan mitra tutur menjadi sama.

Geoffrey Leech (1983) mendefinisikan kesantunan sebagai "strategi untuk menghindari konflik" yang "dapat diukur berdasarkan derajat upaya yang dilakukan untuk menghindari situasi konflik". Enam maksim kesantunan (politeness maxims) yang diajukan oleh Leech adalah sebagai berikut:

  1. Maksim kebijaksanaan (tact): minimalkan kerugian bagi orang lain; maksimalkan keuntungan bagi orang lain.
    Contoh: Bila tidak berkeberatan, sudilah datang ke rumah saya.
  2. Maksim kedermawanan (generosity): minimalkan keuntungan bagi diri sendiri; maksimalkan kerugian bagi diri sendiri.
    Contoh: Bapak silakan beristirahat. Biar saya yang mencuci piring kotor ini.
  3. Maksim pujian (approbation): minimalkan cacian kepada orang lain; maksimalkan pujian kepada orang lain.
    Contoh: Sepatumu bagus sekali. Beli di mana?
  4. Maksim kerendahanhatian (modesty): minimalkan pujian kepada diri sendiri; maksimalkan cacian kepada diri sendiri.
    Contoh: Duh, saya bodoh sekali. Saya tidak dapat mengikuti kecepatan dosen tadi saat menerangkan. Boleh saya pinjam catatanmu?
  5. Maksim kesetujuan (agreement): minimalkan ketidaksetujuan dengan orang lain; maksimalkan kesetujuan dengan orang lain.
    Contoh: Betul, saya setuju. Namun, ....
  6. Maksim simpati (sympathy): minimalkan antipati kepada orang lain; maksimalkan simpati kepada orang lain.
    Contoh: Saya turut berdukacita atas musibah yang menimpa Anda.
  1. ^ Kridalaksana, H. (2008), Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 119 
  2. ^ Chaer, 2010, hlm. 45
  3. ^ Chaer, 2010, hlm. 46
  • Chaer, A. (2010), Kesantunan Berbahasa, Jakarta: Rineka Cipta 
  • Lakoff, R. (1973), The Logic of Politeness: Minding Your P's and Q's 
  • Leech, G.N. (1983), Principles of Pragmatics, New York: Longman 
  • Pranowo (2009), Berbahasa Secara Santun, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 
  • Linguistic Politeness Research Group Diarsipkan 2015-01-04 di Wayback Machine.
 

Artikel bertopik linguistik ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kesantunan_berbahasa&oldid=18582958"