Ikhtiar batin yang besar pengaruhnya dan merupakan motivasi intrinsik adalah brainly


1. Berikhtiar merupakan suatu kewajiban, tetapi keberhasilannya ditentukan oleh…

A. Allah Swt

B. Orang lain

C. Malaikat

D. Jin

E. Diri sendiri

2. Berikut yang tidak termasuk hikmah beriman kepada qada dan qadar adalah…

A. Menambah pandai dalam segala hal

B. Melatih diri untuk senantiasa bersyukur dan bersadar

C. Memupuk sikap optimis dan giat bekerja

D. Menenangkan jiwa

E. Sumber motivasi untuk meraih kemajuan

3. Segala ketentuan atau keputusan Allah Swt, sejak zaman azali disebut…

A. Qada

B. Hadiah

C. Cobaan

D. Kadar

E. Takdir


4. Sesungguhnya Allah Swt, menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir). Hal ini terdapat dalam…

A. Q.S Al-Qamar, 54: 47

B. Q.S Al-Qamar, 54: 48

C. Q.S Al-Qamar, 54: 49

D. Q.S Al-Qamar, 54: 50

E. Q.S Al-Qamar, 54: 51

5. Perilaku yang tidak benar ketika menerima musibah adalah…

A. Sabar dalam menerima musibah

B. Rela menerima yang sudah terjadi

C. Tidak putus asa

D. Menganggap Allah Swt, sudah membenci kita

E. Berusaha memperbaiki nasib

6. Nasib manusia akan lebih baik dengan sesungguhnya dalam berusaha, sebagaimana dalam firman Allah Swt. Bahwa Allah Swt, akan mengubah suatu kaum yang mau…

A. Bermain

B. Beriman

C. Berpindah

D. Beribadah

E. Mengubah diri mereka sendiri

7. Berikut yang tidak termasuk cara agar ikhtiar berhasil dengan baik adalah…

A. Berusaha dengan sungguh-sungguh

B. Usaha ikhlas karena Allah Swt

C. Manusia menyerah saja pada takdir

D. Harus menguasai usaha

E. Selalu berusaha dan berdoa

8. Fungsi iman kepada qada dan qadar adalah…

A. Untuk menambah optimisme, giat, dan tawakal

B. Untuk membuat hati gelisah

C. Untuk membuat sikap lemah

D. Untuk membina mental kekerasan

E. Untuk menimbulkan sikap boros

9. Takdir yang terjadi pada diri manusia yang tidak diusahakan ataur di tawar-tawar adalah pengertian dari….

A. Takdir mualaq

B. Kiamat sugra

C. Takdir mubram

D. Kiamat kubra

E. Takdir mahrom

10. Membicarakan iman kepada qada dan qadar termasuk dalam masalah…

A. Makrifat

B. Tarekat

C. Muamalah

D. Ibadah

E. Akidah

11. Berikut yang tidak termasuk hikmah tawakal adalah…

A. Ada ketentraman hidup

B. Menumbuhkan sikap terpuji

C. Dicintai Allah Swt.

D. Dianugerahi rejeki yang cukup

E. Disenangi orang banyak

12. Berusaha disertai doa dan berserah diri kepada Allah Swt. Tentang berhasil atau tidaknya suatu usaha disebut…

A. Takdir

B. Qada

C. Tawakal

D. Ikhtiar

E. Kadar

13. Berserah diri kepada Allah Swt, setelah berikhtiar sekuat mungkin sesuai dengan kewajibannya disebut…

A. Ifah

B. Kanaah

C. Tawakal

D. Takabur

E. Tumakninah

14. Keterangan yang dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran disebut…

A. Dalil

B. Al-Qur’an

C. Qada

D. Kadar

E. Hadis

15. Bagi setiap mukmin harus beriman kepada qada dan qadar. Beriman kepada qada dan qadar merupakan rukun iman ke…

A. Kedua

B. Ketiga

C. Keempat

D. Kelima

E. Keenam

16. Menurut bahasa, qada artinya…

A. Menentukan atau memutuskan

B. Menetapkan

C. Mengelompokkan

D. Aturan

E. Memberi kadar

17. Berikut yang tidak termasuk dalil Naqli qada dan qadar adalah…

A. Q.S Al-Qamar, 54: 49

B. Q.S Al-Hadid, 57: 22

C. Q.S Al-Isra, 17:13

D. Q.S At-Talaq, 65: 2

E. Q.S AT-Tagabuh, 64: 11

18. Proses kejadian manusia di dalam perut ibunya 40 hari yang pertama berbentuk…

A. Nutfah

B. Mudghah

C. Alaqah

D. Izham

E. Saripati tanah

19. Luthfia memiliki cita-cita ingin menjadi juara kelas. Untuk mewujudkannya ia giat belajar. Ketika pembagian rapor. Luthfia dinyatakan peringkat 1. Perilaku Luthfia merupakan contoh…

A. Takdir mualaq

B. Takdir mubram

C. Kanaah

D. Sabar

E. Tawakal

20. Ikhtiar batin yang besar pengaruhnya dan merupakan motivasi intrinsik adalah…

A. Doa

B. Ikhtiar

C. Tawakal

D. Sabar

E. Kanaah

Sumber : kangdarus.com


Agama Islam | Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan kaitan antara beriman kepada Qada dan Qadar Allah swt dengan sikap optimis, berikhtiar, dan bertawakal dan hikmah beriman kepada Qada dan Qadar dalam mata pelajaran agama Islam kelas XII [Dua belas] kurikulum 2013. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi pembelajaran kaitan antara beriman kepada Qada dan Qadar Allah swt dengan sikap optimis, berikhtiar, dan bertawakal dan hikmah beriman kepada Qada dan Qadar dalam mata pelajaran agama Islam.

A. Kaitan Beriman kepada Qada dan Qadar Allah swt

Qada dan Qadar atau takdir berjalan menurut hukum “sunnatullah”. Artinya keberhasilan hidup seseorang sangat tergantung sejalan atau tidak dengan sunnatullah. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah Swt. yang disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul, yang tercantum di dalam al-Quran berjalan tetap dan otomatis. Misalnya malas belajar berakibat bodoh, tidak mau bekerja akan miskin, menyentuh api merasakan panas, menanam benih akan tumbuh, dan lain-lain.

Kenyataan menunjukkan bahwa siapa pun orangnya tidak mampu mengetahui takdirnya. Jangankan peristiwa masa depan, hari esok terjadi apa, tidak ada yang mampu mengetahuinya. Siapa pun yang berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai hukum-hukum Allah Swt. disertai dengan do’a, ikhlas, dan tawakal kepada Allah Swt., dipastikan akan memperoleh keberhasilan dan mendapatkan cita-cita sesuai tujuan yang ditetapkan.

Berkaitan dengan makna beriman kepada Qada dan Qadar dapat diketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah Swt. sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.

Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah Umar. ”Mengapa Engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah Swt. sudah menakdirkan saya menjadi pencuri”. Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!” para sahabat lain bertanya, ”Mengapa hukumannya diberatkan seperti itu?” Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah Swt.”.

Beriman kepada takdir selalu terkait dengan empat [4] hal yang selalu berhubungan dan tidak terpisahkan. Keempat hal itu adalah sikap optimis terhadap takdir terbaik Allah Swt., berikhtiar, berdo’a, dan tawakal.

1. Sikap Optimis akan Takdir Terbaik Allah Swt.

Mengapa manusia tidak mampu terbang laksana burung, tumbuh-tumbuhan berkembang subur, lalu layu, dan kering. Rumput-rumput subur bila selalu disiram dan sebaliknya bila dibiarkan tanpa pemeliharaan akan mati. Semua contoh tersebut adalah ketentuan Allah Swt. dan itulah yang disebut Takdir.

Manusia mempunyai kemampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah Swt. kepadanya. Di samping itu, manusia berada di bawah hukum-hukum tersebut [Qauliyah dan Kauniyah]. Hanya berbeda dengan makhluk selain manusia, misalnya matahari, bulan, dan planet lainnya, seluruhnya ditetapkan takdirnya tanpa dapat ditawar-tawar. [Q.S. Fussilat/41:11].

Manusia makhluk yang paling sempurna. Oleh karena itu, ia diberi kemampuan memilih bahkan pilihannya cukup banyak. Manusia dapat memilih ketentuan [takdir] Allah Swt. yang ditetapkan keberhasilan atau kemalangan, kebahagiaan atau kesengsaraan, menjadi orang yang baik atau tidak. [Q.S. al-Kahfi/18:29]. Namun, harus diingat bahwa setiap pilihan yang diambil manusia, pada saatnya akan diminta pertanggungjawaban terhadap pilihannya, karena dilakukan atas kesadaran sendiri. Firman Allah Swt.: “Maka Dia mengilhamkan kepadanya [jalan] kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang mensucikannya [jiwa itu], dan sungguh rugi orang yang mengotorinya” [Q.S. asy-Syams/91:8-10].

"Apakah manusia mengira dibiarkan tanpa pertanggungjawaban?” [Q.S. AlQiyamah/75:36].

Beberapa perumpamaan peristiwa ini akan dapat memudahkan dalam memahami persoalan takdir.

Dikisahkan ketika Umar bin Khattab akan berkunjung ke negeri Syam [Syiria dan Palestina sekarang] beliau mendengar berita bahwa di sana sedang terjadi wabah penyakit, sehingga beliau membatalkan rencananya tersebut. Kemudian seseorang tampil bertanya: “[Apakah Anda lari/menghindar dari takdir Allah?]” Umar serta merta menjawab: “[Saya lari/menghindari dari takdir Allah Swt. kepada takdir-Nya yang lain]”

Kisah lain menceritakan bahwa pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah Umar. ”Mengapa Engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”memang Allah sudah menakdirkan saya menjadi pencuri”. Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!” para sahabat lain bertanya, ” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu? ”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.

Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan kesalahan dalam memahami takdir, padahal dengan tegas Allah Swt. melarangnya. Akhlak yang diajarkan Islam adalah setiap keburukan yang menimpa merupakan kesalahan kita sebagai manusia, sementara segala kebaikan dan keberhasilan merupakan anugerah Allah Swt.

2. Ikhtiar

Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dalam menggapai cita-cita dan tujuan. Allah Swt. menentukan takdir, kita sebagai manusia berkewajiban melakukan ikhtiar. Jika Allah Swt. telah menentukan, mengapa ada ikhtiar?

Perhatikan Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Anbiyaa’/21:90 yang artinya: ”Sungguh mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam [mengerjakan] perbuatan-perbuatan baik”. Kemudian, dalam Q.S. alMukminuun/23:60, Allah Swt. Berfirman: ”Mereka itu bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”.

Dari beberapa ayat di atas, Allah Swt. mendorong manusia untuk berusaha, berlomba, dan berkompetisi menjadi orang yang tercepat. Siapa pun yang berusaha dengan sungguh-sungguh, berarti dia sedang menuju keberhasilan. Pepatah Arab mengatakan “Man jadda wajada”, Artinya:“Siapa pun orangnya yang bersungguh-sungguh akan memperoleh keberhasilan”.

Rasulullah saw. bersabda: ”Bersegeralah melakukan aktivitas kebajikan sebelum dihadapkan pada tujuh penghalang. Akankah kalian menunggu kekafiran yang menyisihkan, kekayaan yang melupakan, penyakit yang menggerogoti, penuaan yang melemahkan, kematian yang pasti, ataukah Dajjal, kejahatan terburuk yang pasti datang, atau bahkan kiamat yang sangat amat dahsyat?”[HR. at-Tirmidzi].

Jika sudah diikhtiarkan namun kegagalan yang diperoleh, maka dalam hubungan inilah letak “rahasia Ilahi.” Meskipun begitu, Allah Swt. tidak menyia-nyiakan semua amal yang sudah dilakukan, walaupun gagal. Firman Allah Swt.: “ Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan [kepadanya], kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”. [Q.S. an-Najm/53:39-41].

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah mengapa Allah Swt. mewajibkan manusia berikhtiar. Walaupun sudah ditentukan Qada dan qadarnya, di pundak manusialah kunci keberhasilan dan keberuntungan hidupnya. Di samping itu, begitu banyak anugerah yang telah Allah Swt. berikan kepada manusia berupa naluri, panca indera, akal, kalbu, dan aturan agama, sehingga lengkaplah sudah bekal yang dimiliki manusia menuju kebahagiaan hidup yang diinginkan.

3 Doa

Doa adalah ikhtiar batin yang besar pengaruhnya bagi manusia yang meyakininya. Hal ini karena doa merupakan bagian dari motivasi intrinsik. Bagi yang meyakini, doa akan memberikan energi dalam menjalani ikhtiarnya, karena Allah Swt. telah berjanji untuk mengabulkan permohonan orang yang bersungguh-sungguh memohon. Firman Allah Swt.: “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila ia berdoa kepada-Ku, ...” [Q.S. alBaqarah/2:186].

4. Tawakal

Setelah meyakini dan mengimani takdir, kemudian dibarengi dengan ikhtiar dan do’a, maka tibalah manusia mengambil sikap tawakal. Tawakal adalah “menyerahkan segala urusan dan hasil ikhtiarnya hanya kepada Allah Swt.” Dasar pengertian tawakal diambil diantaranya dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim dari Ja’far bin Amr bin Umayah dari ayahnya Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aku lepaskan untaku dan [lalu] aku bertawakal ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ikatlah kemudian bertawakallah.”

Peristiwa ini menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakal baru boleh dilakukan setelah usaha yang sungguh-sungguh sudah dijalankan. Hal ini juga memberikan pemahaman bahwa tawakal itu terkait erat dengan ikhtiar, atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada tawakal tanpa ikhtiar. Firman Allah Swt.: ”Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah Swt.. Sesungguhnya Allah Swt. menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”[Q.S.Ali-Imran/3:159].

B. Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar

Berikut ini 6 hikmah beriman kepada Qada dan Qadar. Adapun hikmah-hikmah tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Semakin meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak lepas dari sunnatullah.
  2. Semakin termotivasi untuk senantiasa berikhtiar atau berusaha lebih giat lagi dalam mengejar cita-citanya.
  3. Meningkatkan keyakinan akan pentingnya peran doa bagi keberhasilan sebuah usaha.
  4. Meningkatkan optimisme dalam menatap masa depan dengan ikhitar yang sungguh-sungguh;
  5. Meningkatkan kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha sehingga tidak berputus asa ketika mengalami kegagalan.
  6. Menyadarkan manusia bahwa dalam kehidupan ini dibatasi oleh peraturan-peraturan Allah Swt., yang tujuannya untuk kebaikan manusia itu sendiri. Bersikap optimis, Ikhtiar dan Tawakkal sebagai implementasi beriman kepada Qada’ dan Qadar Allah Swt.

Video yang berhubungan