Bagaimana yang dimaksud jual beli fasid

Perilaku konsumen pasca pembelian sangat penting bagi perusahaan. Perilaku konsumen dapat mempengaruhi ucapan-ucapan mereka kepada pihak lain tentang produk perusahaan. Bagi semua perusahaan baik yang menjual produk maupun jasa, perilaku konsumen pasca pembelian akan mempengaruhi minat konsumen untuk membeli lagi produk atau jasa perusahaan tersebut. Ada kemungkinan konsumen tidak akan membeli produk atau jasa perusahaan lagi setelah merasakan ketidaksesuaian kualitas produk atau jasa yang didapatkan dengan keinginan atau apa yang digambarkan sebelumnya. 2

B. Jual Beli

1. Definisi Jual Beli

Secara bahasa al-bai’ menjual berarti “mempertukarkan sesuatu dengan sesuatu”. Ia merupakan sebuah nama yang mencakup pengertian terhadap kebalikannya yakni al-Syira membeli. Demikianlah al-bai’ sering diterjemahkan dengan jual-beli. Secara etimologis, jual beli berarti menukar harta dengan harta. Sedangkan, secara terminologi, jual beli memiliki arti penukaran selain dengan fasilitas dan kenikmatan 3 2 http:www.skripsi-tesis.com0615analisis-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-minat-dan-perilaku- membeli-konsumen-studi-kasus-pada-pt-ultrajaya-pdf-doc.htm . Diakses tanggal 24 september 2010. 3 http:warnetdipo.blogspot.com200901pengertian-jual-beli.htm. Diakses tanggal 13 juli 2010. Pengertian al-bai’ secara istilah, para fuqaha menyampaikan definisi berbeda- beda antara lain, sebagai berikut: a. Menurut Fuqaha Hanafiyah: Al-bai’ adalah: “Menukarkan harta dengan harta melalui tata cara tertentu, atau mempertukarkan sesuatu yang disenangi dengan sesuatu yang lain melalui tata cara tertentu yang dapat dipahami sebagai al-bai’,seperti melalui ijab dan ta’athi saling menyerahkan”. b. Kemudian Imam Nawawi dalam al-Majmu’ menyampaikan definisi sebagai berikut: Al-bai’ adalah: “Mempertukarkan harta dengan harta untuk tujuan pe-milikan”. c. Sedangkan Ibnu Qudamah menyampaikan definisi sebagai berikut: Al-bai’ adalah: “Mempertukarkan harta dengan harta dengan tujuan pemilikan dan penyerahan milik” Dari definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Jual beli adalah suatu persetujuan dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 4 4 Widjaja Gunawan,kartini,Muljadi.Jual Beli, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2004,Cet.2, hlm.7

2. Rukun dan syarat Jual Beli

Rukun jual beli ada tiga, yaitu akad ijab qabul, orang-orang yang berakad penjual dan pembeli dan ma’kud alaih objek akad. 5 Rukun jual-beli menurut fuqaha Hanafiyah adalah ijab dan qabul yang menunjuk kepada saling menukarkan, atau dalam bentuk lain yang dapat menggantikannya. Sedangkan menurut jumhur fuqaha rukun jual beli ada empat: pihak penjual, pihak pembeli, shighat jual beli dan objek jual-beli 6

a. Syarat Jual-Beli Menurut Mazhab Hanafiyah

Menurut ulama Hanfiyah terdapat empat macam syarat yang harus terpenuhi dalam jual beli, antara lain: 1 Syarat in’aqad, 2 Syarat Shihhah, 3 Syarat Nafadz 4 Syarat Luzum. 5 Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2007, hlm.70 6 Gufron A.Mas’adi A, Fiqh Muamalah Konstektual, .Jakarta: PT.Grafindo Persada,2002Ed.1.,Cet.1,hlm.121 Adapun Syarat in ‘Aqad terdiri dari: 1. Yang berkenaan dengan ‘aqid: harus cakap bertindak hukum. 2. Yang berkenaan dengan akadnya sendiri: a adanya persesuaian antara ijab dan qabul, b Berlangsung dalam majlis akad. 3. Yang berkenaan dengan objek jual-beli: a barangnya ada, b berupa mal mutaqawwin, c Milik sendiri, dan d dapat diserahterimakan ketika akad Kemudian Syarat Shihah Syarat shihah yang bersifat umum adalah: bahwasanya jual-beli tersebut tidak mengandung salah satu dari enam unsur yang merusaknya,yakni: jihalah ketidakjelasan, ikrah paksaan, tauqit pembatasan waktu, gharar tipu-daya, dhatar aniaya dan persyaratan yang merugikan pihak lain. Adapun syarat shihah yang bersifat khusus adalah: a penyerahan dalam hal jual beli benda bergerak, b kejelasan mengenai harga pokok dalam hal al-bai’ al- murabahah ,c terpenuhi sejumlah kriteria dalam hal bai’ ul salam, d tidak mengandung unsur riba dalam jual beli harta ribawi. Untuk Syarat Nafadz Syarat Nafadz ada dua: a adanya unsure milkiyah atau wilayah,b Bendanya yang diperjual belikan tidak mengandung hak orang lain. Sedangkan Syarat Luzum Yakni tidak adanya hak khiyar yang memberikan pilihan kepada masing- masing pihak antara membatalkan atau meneruskan jual beli.

b. Syarat Jual-Beli Menurut Mazhab Malikiyah

7 Fuqaha Malikiyah merumuskan tiga macam syarat jual-beli: berkaitan dengan aqid, berkaitan dengan sighat dan syarat yang berkaitan dengan objek jual-beli. Syarat yang berkaitan dengan aqid: a mumayyiz,b cakap hukum,c berakal sehat, d pemilik barang. Syarat yang berkaitan dengan sighat: a dilaksanakan dalam satu majlis, b antara ijab dan qabul tidak terputus. Syarat yang berkaitan dengan objeknya: a tidak dilarang oleh syara’, b suci, c bermanfaat, ddiketahui oleh ‘aqid, e dapat diserahterimakan

c. Syarat jual-beli Menurut mazhab Syafi’iyah

8 Syarat yang berkaitan dengan ‘Aqid: a al-rusyd, yakni baligh, berakal, dan cakap hukum, b tidak dipaksa,c Islam,dalam hal jual beli Mushaf dan kitab hadis,d tidak kafir harbi dalam hal jual beli peralatan perang. 7 Ibid hlm.123 8 Ibid,hlm.124 Fuqaha Syafi’iyah mengelompokkan persyaratan yang berkaitan dengan ijab- qabul dan yang berkaitan dengan objek jual-beli. Pertama adalah syarat yang berkaitan dengan ijab-qabul atau shighat akad: 1. Berupa percakapan dua pihak 2. Pihak pertama menyatakan barang dan harganya 3. Qabul dinyatakan oleh pihak kedua 4. Antara ijab dan qabul tidak terputus dengan percakapan lain 5. Kalimat qabul tidak berubah dengan qabul yang baru 6. Terdapat kesesuaian antara ijab dan qabul 7. Shighat akad tidak digantungkan dengan sesuatu yang lain 8. Tidak dibatasi dalam periode waktu tertentu Kedua adalah syarat yang berkaitan dengan objek jual-beli: 1. Harus suci 2. Dapat diserahterimakan 3. Dapat dimanfaatkan secara syara’ 4. Hak milik sendiri atau milik orang lain dengan kuasa atasnya 5. Berupa materi dan sifat-sifatnya dapat dinyatakan secara jelas. d. Syarat Jual-Beli menurut Mazhab Hanabilah 9 Fuqaha Hanabilah merumuskan dua kategori persyaratan: yang berkaitan dengan’aqid para pihak dan yang berkaitan dengan shighat dan yang berkaitan dengan jual-beli. a. Syarat yang berkaitan dengan para pihak: 1. Baligh dan berakal sehat kecuali dalam jual-beli barang-barang yang ringan 2. Ada kerelaan b. Adapun Syarat yang berkaitan dengan shighat: 1. Berlangsung dalam satu majlis 2. Antara ijab dan Kabul tidak terputus 3. Akadnya tidak dibatasi dengan periode waktu tertentu c. Kemudian Syarat yang berkaitan dengan objek: 1. Berupa mal harta 2. Harta tersebut milik para pihak 3. Dapat diserahterimakan 9 Ibid,hlm 125 4. Dinyatakan secara jelas oleh para pihak 5. Harga dinyatakan secara jelas 6. Tidak ada halangan syara.

3. Jual Beli Bathil dan fasid

Apakah suatu akad jual beli secara syara’ sah atau tidak sah tergantung pada pemenuhan syarat dan rukunnya. Dari sudut pandangan ini jumhur fuqaha membagi hukum jual beli menjadi dua: 1 shahih, 2 ghairu shahih. Jual beli yang memenuhi syarat dan rukunnya adalah shahih, sedangkan jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya adalah ghairu shahih. Fuqaha Hanafiyah membedakan akad jual-beli menjadi tiga: 1 shahih, 2 bathil, 3 fasid. Demikianlah mereka membedakan ghairu shahih menjadi dua, yakni bathil dan fasid. Menurut fuqaha Hanafiyah jual beli yang bathil adalah jual beli yang tidak memenuhi rukun dan tidak diperkenankan oleh syara’. Jual beli bathil ini sama sekali tidak menimbulkan akibat hukum peralihan hak milik dan tidak menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Sedangkan jual beli fasid menurut mereka adalah jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara’ namun terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahannya.

4. Pembagian macam-macam Jual-Beli

Apa yang dimaksud dengan jual beli fasid beri contoh?

Jual beli fasid adalah jual beli yang sesuai ketentuan syara' asal/pokok (syarat dan rukun), tetapi tidak sesuai dengan ketentuan syara' pada sifatnya. Seperti jual beli yang meragukan, contohnya jual beli sebuah rumah diantara banyak rumah, tetapi belum diketahui rumah mana atau rumahnya tidak jelas milik siapa.

Apa yang dimaksud dengan fasid?

Pengertian fasid disini adalah perkawinan yang telah dilaksanakan itu mengalami kerusakan, tidak sah atau cacat karena tidak terpenuhi syarat dan ru- kunnya.

Jual beli fasid apakah sah?

Dengan pengertian akad fasid ini, dalam pandangan mazhab Al-Hanafiyah, akad itu cuma sampai hukum haram, namun secara hukum tetap sah sebagai transaksi. Maka kalau ada dua pihak melakukan akad jualbeli yang fasid, keduanya berdosa karena melanggar syariah, namun hukum jual-belinya tetap sah.

Apa yang dimaksud dengan jual beli shahih?

Jual beli sahih adalah jual beli yang memenuhi syara‟, baik rukun maupun syaratnya, sedangkan jual beli tidak sah adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual belinya menjadi rusak (fasid) atau batal.