PENDAHULUAN Show Pertanian searah kontur (Contour Farming) merupakan cara penanaman tanaman yang searah garis kontur, yaitu garis yang menghubungkan ttik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama pada tanah-tanah yang berlereng atau mempunyai kemiringan dengan tujuan : 1. menghambat kecepatan aliran permukaan, 2. Memperbesar peresapan air permukaan ke dalam tanah dan, 3. menghemat biaya, tenaga dan waktu. Pengolahan tanah menurut kontur biasanya diikuti dengan penanaman menurut kontur, yaitu barisan tanaman diatur sejalan dengan garis kontur. Pengolahan tanah/penanaman mengikuti garis kontur dilakukan pada lahan miring untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan. Garis kontur adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama dan berpotongan tegak lurus dengan arah kemiringan lahan. Bangunan dan tanaman dibuat sepanjang garis kontur dan disesuaikan dengan keadaan permukaan lahan. Penanaman pada garis kontur dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah, teras bangku, teras guludan atau penanaman larikan. Pengolahan tanah dan penanaman searah kontur sudah banyak dijumpai di Indonesia. Namun demikian, tidak sedkit yang masih belum menerapkannya. TINJAUAN PUSTAKA Pertanian searah kontur merupakan praktik pertanian yang banyak diterapkan di negara-negara asia pasifik yang sangat sesuai bagi pertanian tanaman semusim di lereng/bukit. Praktik pertanian tersebut menjadi wujud konservasi yang efektif untuk diterapkan di berbagai daerah. Keuntungan pertanian searah kontur, yaitu dapat menjaga tanah bagian atas pada daerah lereng, mengurangi limpasan air akibat hujan dan meningkatkan kemampuan lahan menyerap air sehingga irigasi lebih efektif (Contour Farming for Cropland in the Pacific, 1999). Pertanian searah kontur mampu megurangi erosi tanah sebesar 50 % dibandingkan dengan pertanian yang searah lereng. Penerapan pertanian searah kontur meningkatkan kualitas air dengan mengurangi sedimentasi dan limpasan air dan meningkatkan kapasitas air untuk infiltrasi (Contour Farming, 2014). RUMUSAN DAN ANALISA MASALAH Erosi secara umum dapat dikatakan sebagai proses penggerusan lapisan tanah permukaan yang disebabkan oleh beberapa hal seperti angin, air dan gravitasi. Air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah akan menumbuk agregat tanah menjadi partikel tanah yang terlepas. Partkel tanah yang terlepas tersebut akan terbawa oleh aliran permukaan (run off). Pada tanah-tanah berlereng, erosi menjadi persoalan yang serius. Semakin besar jumlah hujan yang jatuh maka semakin besar pula jumlah aliran permukaan yang terjadi. Ada beberapa cara yang dapat mengatasi hal tersebut, yaitu dengan cara teknik mekanis, cara vegetasi dan pemantap tanah (kimia). Cara teknis mekanis dilakukan dengan pembuatan teras dengan jalan membuat tanggul-tanggul mendatar dan memotong lereng pada jarak-jarak tertentu. Pembuatan teras-teras tersebut merupakan bagian dari penerapan pertanian searah kontur. Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan bagian atas yang pada akhirnya menyebabkan menurunnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang lebih jauh dapat mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu, butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi). Pencegahan banjir dan pendangkalan sungai melalui penerapan pertanian searah kontur merupakan salah satu upaya perbaikan lingkungan melalui pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan). KESIMPULAN DAN SARAN Keuntungan utama pengolahan menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang meningkatkan penyerapan air oleh tanah dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh karena itu, di daerah beriklim kering, pengolahan menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi air. Pencegahan erosi tanah dengan menerapakan penanaman searah kontur dapat mengurangi berbagai efek negatif, diantaranya penurunan produktivitas hasil tanaman, kualitas air yang rendah, banjir dan kerusakan lingkungan, Hal ini dikarenakan, penanaman searah kontur merupakan salah satu wujud dari pertanian yang berkelanjutan (suistainable agriculture) Penerapan penanaman searah kontur mampu meningkatkan hasil tanaman lebih dari 50 % dan yang lebih penting teknik budidaya tersebut secara signifikan mampu mengurangi erosi tanah, penggunaan pupuk yang lebih efisien dan menghemat waktu dan biaya yang dikeluarkan. Penggunaan pupuk yang lebih efisien juga mampu mengurangi resiko pencemaran air. Untuk melindungi lereng, penanaman searah kontur juga dapat digabung dengan penggunaan tanaman penutup tanah (cover crops) dan vegetasi pelindung tanah (vegetative barriers). Selain itu, penggunaan mulsa dan limbah pertanian untuk menutup tanah juga dapat diterapkan dalam penanaman searah kontur. DAFTAR PUSTAKA Countour Farming. 2014. Conservation Technology Information Centre. Indiana. Contour Farming for Cropland in the Pacific. 1999. USDA NRCS Practise. University of Hawai.
Pengolahan tanah / penanaman mengikuti garis kontur dilakukan pada lahan miring untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan. Garis kontur adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama dan berpotongan tegak lurus dengan arah kemiringan lahan. Bangunan dan tanaman dibuat sepanang garis kontur dan disesuaikan dengan keadaan permukaan lahan. Penanaman pada garis kontur dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah, teras bangku atau teras guludan, atau penanaman larikan. Pengolahan tanah dan penanaman mengikuti kontur banyak dipromosikan di berbagai daerah di Indonesia dalam mengembangkan pertanian yang berkelanjutan. Keuntungan
Kelemahan
Faktor-faktor yang mempengaruhi adposiFajktor biofisik
Faktor sosial ekonomi
Sumber: Riri Fithriadi dkk / Peny. (1997). Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia; Kumpulan Informasi. Hal 83 – 84. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan. Pengolahan Tanah Menurut konturJika mengolah tanah, dengan bajak atau cangkul, terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah yang dibalik memanjang ke bawah searah lereng, akan terjadi konsentrasi aliran permukaan pada alur-alur tersebut yang mengakibatkan erosi. Ini disebut pengolahan tanah menurut lereng. Pada pengolahan tanah menurut kontur, pembajakan dilakukan menurut kontur atau memotong lereng, sehingga terbentuk jalur tumpukan tanah dan alur di antara tumpukan tanah yemng terbentang menurut kontur, seperti tertera pada Gambar. Pengolahan tanah menurut kontur lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur, yaitu barisan tanaman diatur sejalan dengan garis kiontur. Dalam bahasa Inggris cara ini dinamai contour cultivation atau contour farming atau contouring. Keuntungan utama pengolahan menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang meningkatkan penyerapan air oleh tanah dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh karena itu di daerah beriklim kering, pengolahan menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi air. Pengolahan menurut kontur efektif dalam pencegahan erosi pada tanah yang diklasifikasikan menurut kemampuan tanah dalam kelas II dan III dengan tanah yang permeabilitasnya sedang sampai cepat. Pada tanah dengan kemampuan II dan III ini manfaat pengelolaan tanah menurut kontur tergantung pada tipe tanah, bentuk lereng dan iklim. Sumber: Sitanala Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Penanaman Searah Kontur (Contour Cropping)Cara penanaman tanaman yang searah garis kontur yaitu garis yang menghubungkan ttik-titik yang mempunyai ketinggian yangh sama pada tanah-tanah yang berlereng atau mempunyai kemiringan. Tujuan
Gambar Teknis Persyaratan Teknis
Hasil Penelitian Penanaman searah kontur pada kelerengan 4 – 6% dapat mengurani erosi dan run-off 50% (FAO, 1976). Sumber: Tim Peneliti BP2TPDAS IBB (2002). Pedoman Praktik Konservasi Tanah dan Air. Hal. 85 – 86. Surakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat. PEMBUATAN GARIS KONTUR DALAM TEKNIK KONSERVASIGaris kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama. Pembuatan garis kontur (garis sabuk gunung) mutlak diperlukan untuk mengefektifkan fungsi dari teknik konservasi tanah yang diterapkan. Teknik konservasi yang memerlukan garis kontur antara lain adalah sistem pertanaman lorong, teras bangku, teras gulud, dan teras kredit. Ada beberapa metode dalam menentukan garis kontur antara lain dengan menggunakan theodolit, abney level, waterpas selang plastik, dan ondolondol (A-frame). Abney Level (Penyipat datar) Tahapan pembuatan garis kontur dengan menggunakan abney level (Gambar 1) adalah:
Waterpas Selang Plastik Pembuatan garis kontur dengan waterpas selang plastik (WSP) pada dasarnya sama dengan cara abney level. Alat ini terdiri atas dua bagian utama yaitu: (1) dua lembar papan berskala yang berukuran panjangnya 150 cm dan lebar 8 cm, dan (2) selang plastik tembus pandang berdiameter 1-2 cm dan panjang 15-20 m. Kedua ujung selang plastik ini, sepanjang 160 cm, dijepitkan pada papan dengan posisi selurus Tahapan pembuatan garis kontur dengan waterpas selang plastik:
Ondol-ondol Ondol-ondol atau gawang segitiga (A-frame) (Gambar 5) terbuat dari kayu atau bambu, terdiri atas dua buah kaki yang sama panjang, sebuah palang penyangga, benang, dan pemberat. Panjang kedua kaki masing-masing 2 m dan panjang palang 1 m. Persis pada bagian tengah palang diberi tanda untuk menentukan bahwa kedua ujung kaki ondol-ondol terletak pada posisi yang sama tinggi. Ujung benang dikaitkan pada puncak ondol-ondol, sedangkan pemberatnya dapat bergerak bebas ke kiri dan ke kanan sejajar palang (Gambar 6). Tahapan pembuatan garis kontur dengan ondol-ondol:
Sumber: Fahmuddin Agus dan Widianto (2004). Petunjuk Praktis Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering. Bogor: WORLD AGROFORESTRY CENTRE ICRAF Southeast Asia. Hal 42 – 44 |