Show
Lirik menjadi salah satu komponen yang penting dan dapat menarik minat masyarakat dalam mendengarkan sebuah lagu. Lirik yang mudah dihafal…
Lirik menjadi salah satu komponen yang penting dan dapat menarik minat masyarakat dalam mendengarkan sebuah lagu. Lirik yang mudah dihafal…
Lirik menjadi salah satu komponen yang penting dan dapat menarik minat masyarakat dalam mendengarkan sebuah lagu. Lirik yang mudah dihafal…
Lirik menjadi salah satu komponen yang penting dan dapat menarik minat masyarakat dalam mendengarkan sebuah lagu. Lirik yang mudah dihafal…
Lirik menjadi salah satu komponen yang penting dan dapat menarik minat masyarakat dalam mendengarkan sebuah lagu. Lirik yang mudah dihafal…
Lirik menjadi salah satu komponen yang penting dan dapat menarik minat masyarakat dalam mendengarkan sebuah lagu. Lirik yang mudah dihafal…
Lirik menjadi salah satu komponen yang penting dan dapat menarik minat masyarakat dalam mendengarkan sebuah lagu. Lirik yang mudah dihafal…
Tahukah kamu bahwa Toyota yang merupakan salah satu produsen mobil terbesar di dunia awalnya memproduksi mesin jahit? Ya, perusahaan yang…
Lirik menjadi salah satu komponen yang penting dan dapat menarik minat masyarakat dalam mendengarkan sebuah lagu. Lirik yang mudah dihafal…
Lirik menjadi salah satu komponen yang penting dan dapat menarik minat masyarakat dalam mendengarkan sebuah lagu. Lirik yang mudah dihafal… Secara umum, seorang engineer yang bekerja pada bidang konstruksi memiliki tanggung jawab dalam merancang, mengembangkan, serta melaksanakan sejumlah sebuah proyek bangunan. Dalam proses kerja ini, terdapat beberapa dokumen yang menjadi tanggung jawab seorang engineer. Beberapa di antaranya adalah pembuatan gambar rencana, gambar tender, gambar konstruksi, gambar kerja (shop drawing) dan gambar akhir (as built drawing). Namun, di mana letak perbedaan shop drawing dan as built drawing? Dan apa fungsi keduanya? Pengertian Shop DrawingDilihat dari definisinya, shop drawing merupakan gambar teknik yang dibuat oleh kontraktor dalam pelaksanaan proyek konstruksi bangunan sebagai acuan dalam melaksanakan pekerjaan. Adapun fungsi shop drawing dalam pekerjaan konstruksi berperan sebagai media komunikasi antara perencana dan pelaksana. Dengan bantuan gambar shop drawing, diharapkan dapat terhindar dari kesalahan kerja yang mengakibatkan pembongkaran, pengulangan kerja, pembengkakan waktu dan biaya. Dengan begitu, pekerjaan konstruksi yang telah direncanakan melalui gambar shop drawing dapat optimal, baik dari ketepatan waktu maupun perhitungan biaya. Dalam hal ini, gambar shop drawing dibuat dengan ukuran kertas A3 dan memuat detail dari pembuatan komponen konstruksi maupun komponen yang akan digunakan saat proses instalasi. Dengan bantuan gambar shop drawing, diharapkan dapat terhindar dari kesalahan kerjaPengertian As Built DrawingAs Built Drawing memiliki definisi sebagai gambar rekaman akhir yang dibuat sesuai dengan kondisi terbangun di lapangan yang telah mengadopsi semua perubahan selama proses pekerjaan konstruksi. Seperti yang kita ketahui bersama. Bahwa setiap proses pekerjaan konstruksi biasanya tidak selesai sesuai dengan perencanaan. Untuk itu, setiap perubahan yang terjadi dan berbeda dari gambar shop drawing, maka harus dibuatkan gambar rivisinya, atau disebut dengan as built drawing. Namun jika selama proses pekerjaan konstruksi tidak terdapat perubahan, maka gambar kerja shop drawing dapat digunakan sebagai gambar jadi/ rekaman akhir. Adapun fungsi dari pembuatan dokumen as built drawing di dalam proyek konstruksi adalah sebagai pedoman pengoperasian bangunan di mana setiap gambar as built drawing telah merekam setiap perubahan atau modifikasi yang dibuat selama proses pelaksanaan pembangunan. Selain itu, gambar as built drawing harus menjelaskan siapa saja pihak yang terlibat dalam pengerjaan proyek. Misalnya seperti sub kontraktor, supplier, dan lainnya. Setiap perubahan yang terjadi dan berbeda dari gambar shop drawing, maka harus dibuatkan gambar rivisinya, atau disebut dengan as built drawingDapat disimpulkan, bahwa dokumentasi ini sangat penting dimiliki oleh setiap pemilik bangunan gedung karena akan menjadi acuan dalam melakukan perawatan bangunan ke depannya. Untuk memudahkan pengerjaan as built drawing, diharapkan gambar dapat dibuat bersamaan dengan proses pengerjaan konstruksi. Hal ini dimaksudkan agar seluruh informasi mengenai perubahan dapat terekam tanpa ada satu pun yang harus terlewati. Siapa yang berperan dalam pembuatan shop drawing dan as built drawing? Jika gambar rencana dibuat oleh konsultan perencana, maka untuk gambar shop drawing dan as built drawing dapat dikerjakan langsung oleh kontraktor maupun perusahaan yang bergerak pada bidang konstruksi. Baca juga : As-Built Drawing Sebagai Syarat Penerbitan SLF Tabel perbandingan Shop Drawing dan As Built DrawingUntuk memudahkan Anda dalam membedakan keduanya, kami telah merangkumnya ke dalam tabel berikut ini.
Itulah uraian singkat mengenai fungsi dan penjelasan antara shop drawing dan as built drawing dalam pekerjaan konstruksi. Untuk itu, di zaman yang serba modern ini, seorang engineer diharuskan memiliki keahlian dan pengetahuan yang baik dalam pengoperasian perangkat lunak desain dan visualisasi seperti AutoCad, Civil 3D, SAP 2000, atau perangkat lunak lain yang serupa. Tak hanya itu, seorang engineer bidang konstruksi harus memiliki keterampilan manajemen dan pengawasan proyek yang baik. Baca juga : Siapa yang Berhak Melakukan Kajian Teknis Untuk SLF?
Dari hasil pengamatan benda angkasa dapat diketahui garis tempat kedudukan kapal (LOP=Line of position) selanjutnya dengan beberapa line of positions tersebut posisi kapal diperoleh. Penjelasan mengenai garis tinggi benda angkasa hingga metode penentuan posisi dapat dijelaskan dalam materi berikut ini. 4.8.1.1. Proyeksi bumiawi dan jajar tinggi Menurut Soebekti (1979), jajar tinggi didefinisikan sebagai berikut :
Selanjutnya dikatakan bahwa : lintang proyeksi bumiawi = zawal benda angkasa Bujur proyeksi bumiawi = GHA benda angkasa Jajar tinggi dapat dilukiskan pada bulatan bumi, dengan proyeksi bumiawi sebagai titik pusat dan jari-jari = 900 – tinggi sejati. Apabila benda angkasa berada di dekat atau pada Zenith peniik di meridian angkasa, maka tinggi sejatinya mendekati atau sama dengan 900. Hal tersebut bisa terjadi jika zawal benda angkasa tersebut senama dan sama/hampir sama dengan lintangpenilik. Dapat dipahami bahwa jajar tinggi akan merupakan sebuah lingkaran di bumi dengan jari-jarinya yang kecil. Menurut Suyono (1993), proyeksi bumiawi (Pb) suatu benda angkasa adalah titik potong dari garis yang menghubungi titik tengah bumi dan titik tengah benda angkasa dengan permukaan bumi. Credit: Silvester Gambar 73 : Ilustrasi proyeksi bumiawi benda angkasa Keterangan gambar 73 : P = pusat bumi, KI = katulistiwa angkasa, Gr = Greenwich; Pb = proyeksi bumiawi; BA = benda angkasa; KU = kutub utara angkasa; ki = katulistiwa bumi; ku = kutub utara bumi
GHA b.a. = sebagian busur dari katulistiwa angkasa dihitung dari meridian Greenwich hingga benda angkasa Zawal b.a = sebagian busur dari lingkaran deklinasi KUKS dihitung dari katulistiwa angkasa hingga benda angkasa.
Bujur p.b = sebagian busur dari katulistiwa bumi dihitung ke arah barat dari meridian Greenwich Lintang = sebagian busur dari meridian Pb dihitung dari katulistiwa bumi hingga Pb. Untuk mengetahui letak p.b suatu benda angkasa pada suatu saat tertentu, terlebih dulu kita harus mengetahui GMT (untuk menentukan zawal dan sudut jam). Bujur barat Pb = SJB (?) terhadap Greenwich = GHA ? Bujur barat Pb = SJB * terhadap Greenwich = γ GHA + SHA * Apabila bujur barat Pb > 1800, maka merubahnya menjadi bujur timur, dengan mengurangkannya dari 3600 ( BT = 3600 –Bujur Barat) Wkt. duga di kpl. = …………………(tgl…….) BT/BB dlm wkt. = …………………+ GMT duga =…………………..(tgl……) Ppw =…………………. Ddk =…………………+ ? GMT =………………….(tgl…….) GHA ? =……………. γ GHA =……………….. Incr. =……….........+ Incr. =………………. GHA ? =……………(1) SHA* =………………. + Zawal ? =……………(2) ? GHA* =………….(1) Zawal*=…………..(2) ? Pb = Lintang………(2) Bujur ………(1) Menurut Soebekti (1979), jajar tinggi adalah tempat kedudukan semua penilik di bumi, yang pada saat yang sama, dari benda angkasa yang sama, mendapatkan tinggi sejati yang sama. Jajar tinggi juga merupakan sebuah lingkaran di bumi, dengan Pb, sebagai titik pusatnya dan jarak puncak sejati (n) sebagai jari-jarinya. Pada umumnya jajar tinggi itu merupakan lingkaran kecil. Menurut Suyono (1993), jajar tinggi adalah sebuah lingkaran kecil di bumi dimana berada peninjau-peninjau yang pada saat yang sama mempunyai tinggi sejati yang sama dari sebuah benda angkasa. Credit: Silvester Gambar 74 : Ilustrasi jajar tinggi Keterangan gambar 74 : Pb = proyeksi bumiawi; jari-jari Pb = 900 – ts; A, B, C dan D berada pada jajar tinggi merupakan penilik-penilik yang mengukur sudut benda angkasa yang sama pada saat yang sama dengan tinggi yang sama pula. Jajar tinggi pada bola bumi (globe). Apabila Pb. telah dihitung, maka titik ini dengan lintang/bujurnya dapat dilukis pada globe; dan setelah tinggi sejati benda angkasa tersebut ditentukan, maka kita dapat pula melukis lingkaran dengan 900 –ts sebagai jari-jaringnya dan Pb tersebut sebagai titik pusatnya pada globe tersebut. Lintang Pb = zawal benda angkasa dan bujur Pb = GHA benda angkasa. Pb sebagai pusat dilukis lingkaran menggunakan jari-jari = n (n = 900 – ts). Titik paling utara/selatan dan titik paling timur/barat dilukis sebagai dasar pembuatan lengkung tinggi di peta. Credit: Silvester Gambar 75 : Jajar tinggi pada bulatan bumi Keterangan gambar 75 : A = titik paling utara; B = titik paling selatan; C = titik paling barat; D = titik paling timur; t = perpotongan jajar tinggi dengan jajar sembarang.
Bujur titik C dan D mempunyai selisih bujur dengan bujur Pb yang disebut delta (Δ) Bujur (Bu). Selanjutnya :
Dalam segitiga bola Ku t Pb (pada gambar 75)
Contoh perhitungan jajar tinggi : Pada tanggal 14 Juli 2018 dengan ppw 8-12-29, tu ? = 380 42’, duduk pengukur waktu = +1-8-37. Di Greenwich waktu siang hari, tinggi mata 12 meter. Hitung jajar tinggi Jawab : Ppw = 8-12-29 Ddk = + 1-18-37 + GMT = 9-31-06 (18 Juli 2018) GHA ? = 3130 32’,0 zawal = 210 39’,4 U Corr. = 70 46’,5+ v.corr = 0’,2 - GHA ? = 3210 18’,5 zawal = 210 39’,2 U atau Lintang Pb. 38041’,5 ? bujur dari Pb = 38041’,5 T Tu ? = 38042’ Kor.Tm = 8’,7 Kor.tgl = - 0’,2 + Ts ? = 38050’,5 ? Jajar tinggi = (900 – ts ) = 900 - 38050’,5 = 51009’,5 4.8.1.2. Lengkung tinggi dan garis tinggi Menurut Martopo ( 1992), lengkung tinggi adalah gambaran jajar tinggi pada peta lintang bertumbuh. Garis tinggi adalah : sebuah garis lurus di peta yang merupakan sebagian dari lengkung tinggi, dilukis pada titik tinggi, tegak lurus terhadap arah azimuth benda angkasa. Bentuk lengkung tinggi tergantung pada kedudukan jajar tinggi terhadap kutub bumi. Melukis jajar tinggi pada bulatan bumi (globe) dilakukan dengan cara terlebih dahulu menentukan lintang dan bujur Pb. Setelah itu jari-jari jajar tinggi dilukis sebesar 900 – ts benda angkasa. Sebagai dasar lukisan lengkung tinggi, terlebih dahulu ditentukan titik paling utara/selatan serta paling timur/barat dari jajar tinggi. Dengan bantuan rumus Douwes untuk sudut jam, jika lintang diganti untuk berbagai nilai, maka akan diperoleh perbedaan bujur antara Pb dan titik potong dari jajar-jajar dengan jajar tinggi Bentuk lengkung tinggi di peta bertumbuh : Kita bedakan tiga bentuk umum lengkung tinggi, yaitu
Credit: Silvester Gambar 76 : Bentuk lengkung tinggi pada bola bumi Keterangan gambar 76 : (1) Kutub di luar jajar tinggi ( z + n) < 900); (2) kutub pada jajar tinggi ( z + n) = 900); Kutub di dalam jajar tinggi ( z + n) > 900) Selanjutnya kita melihat lengkungan jajar tinggi pada peta bertumbuh, dapat digambarkan dalam gambar 77 berikut ini. Credit: Silvester Gambar 77 : Lengkungan tinggi di peta lintang bertumbuh. Keterangan gambar 77 : (1) Kutub yang senama berada di luar jajar tinggi (z + n < 900); (2) Kutub yang senama terletak pada jajar tinggi (z + n = 900); (3) Kutub yang senama berada di dalam jajar tinggi (z + n > 900 ) Penjelasan untuk lengkung jajar tinggi
Z + n < 900 atau z < ts. Gambaran jajar tinggi ini merupakan suatu lengkungan tertutup (elips), simetris terhadap lingkaran bujur yang melalui Pb. Contoh : Zawal (deklinasi) benda angkasa = 100 U, tinggi sejati (ts) = 500, GHA = 0000. Dapat dihitung sebagai berikut : Lintang Pb = 100 U, Bujur Pb = 0000. Jari-jari jajar tinggi (n) = 900 – 500 = 400. Maka titik paling Utara = z + n = 100 + 400 = 500 U Titik paling Selatan = z - n = 100 – 400 = -300 = 300 S Titik paling Timur/Barat dapat dihitung kira-kira 400 T dan 400 B. Bentuk lengkung tinggi tidak lagi lingkaran, karena pada peta lintang bertumbuh skala berubah sesuai dengan secans lintangnya. Demikian juga titik pusat jajar tinggi (Pb) tidak berimpit dengan titik pusat elips, seperti terlihat pada gambar 78 berikut ini. Credit: Silvester Gambar 78 : Lengkungan tinggi menjadi elips pada peta bertumbuh, titik pusat Pb tidak berimpit dengan titik pusat elips Keterangan gambar 78 : Pb = titik pusat jajar tinggi; M = titik pusat lengkung tinggi Apabila ts benda angkasa > 850 maka bentuk lengkung tinggi di peta nyaris berupa lingkaran. Cara melukiskannya dengan terlebih dahulu meletakkan koordinat Pb di peta. Pada meridian yang melalui Pb diukur n = 900 – ts dari Pb ke arah Utara dan Selatan menggunakan skala lintang peta, dan akan mendapatkantitik A dan B. Dengan AB sebagai garis tengah, lukiskan lingkaran yang dapat menggantikan lengkung tinggi, maka titik pusat lingkaran tersebut akan jatuh pada lintang yang lebih tinggi dari Pb. Keterangan gambar 79 : Misalnya : z = 500 U, ts = 880, GHA = 260, maka lintang Pb = 500 U, Bujur Pb = 1000 T, n = 900 – 880 = 20. Titik paling utara (A) = z + n = 500 + 20 = 520 U. Titik paling selatan (B) = z – n = 500 – 20 = 480 U Titik pusat lingkaran lengkung tinggi (M) berada diatas Pb karena skala lintang peta yang bertumbuh. Gambar 79 : Titik pusat Pb dan lengkung tinggi
Hal ini terjadi jika kutub terletak pada jajar tinggi atau z + n = 900 dan z = ts. Lingkaran bujur yang berbeda 900 dengan bujur Pb menyinggung jajar tinggi di kutub. Credit: Silvester Gambar 80 : Lengkung tinggi berbentuk parabola Keterangan gambar 80 : Lengkung tinggi menyinggung di kutub pada dua lingkaran bujur yang berbeda 900 dengan bujur Pb. Misalnya z = 500 U, ts = 400, GHA = 900 jadi lintang Pb = 400 U, bujur Pb = 0900 B, n = 900 - 400 = 500. Titik paling utara = z + n = 400 U + 500 = 900 U dan jatuh berimpit dengan kutub utara. Pada titik ini jajar tinggi menyinggung kedua derajah 0000 dan 1800 . Titik paling selatan = z – n = 400 – 500 = 10 S. Pada peta lintang bertumbuh lengkung tinggi ini tidak dapat seluruhnya dilukis sebab kutub tidak dapat dilukiskan pada peta tersebut.
Hal ini terjadi jika z + n > 900 atau z > ts. Credit: Silvester Gambar 81 : Lengkung tinggi berbentuk lengkungan terbuka Keterangan gambar 81 : Misalnya : z = 400 U, ts = 300 dan GHA = 0000. Lintang Pb = 400 U, Bujur Pb = 0000, maka n = 900 – 300 = 600, Titik paling utara = 1800 – (z+ n) = 1800 – 1000 = 800 U. Titik ini terletak pada lingkaran bujur 1800. Titik paling selatan = z – n = 400 – 600 = 200 S.
Hubungan antara segitiga paralaks dan jajar tinggi Credit: Silvester Gambar 82 : Jajar tinggi dan segitiga bola angkasa (paralaks) Keterangan gambar 82 : Kt = kutub, KI = katulistiwa, td = tempat duga, p.b = proyeksi bumiawi, tt = titik tinggi, ∩td.pb = 900 – th , ∩tt.pb = 900 – ts, Arah td – pb = arah asimut benda angkasa yang bersangkutan (T). Sebagian dari lengkungan tinggi di dekat tempat duga, dapat digantikan dengan garis singgung, kecuali untuk tinggi yang sangat besar (ts > 850 ). Untuk menarik garis singgung ini, diperlukan :
Karena peta bertumbuh itu conform, maka lengkungan tinggipun bergerak tegak lurus pada arah azimuth. Juga garis singgungnya ditarik tegak lurus pada arah tersebut di titik singgung. Garis singgung inilah yang disebut : garis tinggi. Garis tinggi ialah : garis lurus di peta yang ditarik melalui titik yang dihitung tegak lurus arah azimuth dan yang dapat menggantikan sebagian lengkungan tinggi. Garis tinggi tersebut merupakan garis singgung yang bersifat loksodrom. Garis tinggi sebagai tempat kedudukan cukup akurat apabila penyimpangan garis terhadap lengkung < 1 mil. Panjang garis tinggi sama dengan sebagian garis tinggi, antara titik yang dihitung dan proyeksi tempat sejati pada garis tinggi tersebut. Untuk memakai garis tinggi sebagai pengganti dari lengkungan tinggi, maka tinggi benda angkasa tidak boleh terlampau besar ( > 850 ) Credit: Silvester Gambar 83 : Kedudukan arah garis tinggi (agt) dan tempat duga. Keterangan gambar 83 : (1) : ts > th, p ( + ) diukur ke arah azimuth; (2) ts < th, p ( - ) diukur berlawanan arah dengan azimuth; TtS1 = panjang garis tinggi Dalam pengamatan benda angkasa diperlukan sedikitnya dua garis tinggi untuk menentukan posisi kapal, pada prakteknya di kapal seorang Mualim akan menyiapkan + 7 bintang sebelum pengamatan saat matahari terbit (sun rise) atau saat matahari terbenam (sun set). Sebaiknya pengamatan matahari dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan perpotongan garis tinggi dengan pergeseran sesuai waktu pelayaran. 4.8.1.3. Titik tinggi, titik lintang dan titik bujur Menurut Soebekti (1979), titik tinggi (H) atau altitude point yaitu titik potong (yang terdekat dengan tempat duga) dari jajar tinggi dengan lingkaran besar yang melalui tempat duga dan Pb benda angkasa. Credit: Silvester Gambar 84 : Kedudukan titik tinggi, titik bujur dan titik lintang Keterangan gambar 84 : Pb = proyeksi bumiawi; Td = tempat duga; H = titik tinggi; L = titik lintang; B = titik bujur, Ku = kutub utara. Untuk memperoleh titik tersebut, lebih dahulu kita harus menghitung tinggi hitung (th) benda angkasa. Melukis sebuah garis tinggi diperlukan sebuah titik pada lengkung tinggi yang berada di dekat tempat duga (Metode Marcq Sain Hilaire /Villarceau). Titik lintang (L) atau latitude point yaitu titik potong (yang terdekat dengan tempat duga) dari jajar tinggi dengan derajah tempat duga (Soebekti, 1979). Dari titik ini telah diketahui bujurnya, ialah sama dengan bujur duga kapal. Jadi kita tinggal menghitung lintangnya (Metode De Hart). Titik bujur (B) atau longitude point yaitu titik potong (yang terdekat dengan tempat duga) dari jajar tinggi dengan jajar tempat duga (Soebekti, 1979). Dari titik ini telah diketahui lintangnya, yaitu sama dengan lintang duga kapal. Kita tinggal menghitung bujurnya (Metode Summer). Credit: Silvester Gambar 85 : Kedudukan titik tinggi, titik lintang dan titik bujur Keterangan gambar 85 : Pb = proyeksi bumiawi; Td = tempat duga, a = titik tinggi, b = titik lintang, c = titik bujur. Credit: Silvester Gambar 86 : Kedudukan titik tinggi, titik lintang dan titik bujur Keterangan gambar 86 : Pb = proyeksi bumiawi, gt = garis tinggi (LOP), Tt = titik tinggi. Dengan anggapan bahwa sebuah garis tinggi merupakan sebagian dari lengkung tinggi yang menjadi line of position (LOP) tempat kedudukan kapal, maka dapat terjadi beberapa kesalahan sebagai berikut :
Penggunaan titik lintang, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 87 berikut ini : Credit: Silvester Gambar 87 : Ilustrasi benda angkasa di meridian penilik Ketika benda angkasa berada di meridian penilik, maka tinggi benda angkasa maksimum, jarak puncak (n) minimum, dan baringan sejati utara/selatan. Untuk mengukur tinggi maksimum pada saat benda angkasa berada di meridian penilik, dapat dilakukan dengan cara :
Pada waktu bulan berada di meridian penilik, maka saat itu bukanlah jarak terpendek dari penilik terhadap lintasan harian bulan. Credit: Silvester Gambar 88 : Perubahan deklinasi (zawal) bulan Karena perubahan deklinasi (zawal) bulan sangat cepat pada lintasan hariannya, maka lintasan tersebut tidak sejajar dengan katulistiwa. Jarak terpendek penilik adalah PM tetapi saat itu bulan tidak lagi berada di meridian penilik, sehingga tidak dapat dipakai rumus Lintang = zawal - N 4.8.1.4. Perhitungan titik tinggi Perhitungan titik tinggi dipakai untuk mendapatkan nilai th (tinggi hitung) dengan mempergunakan table dan almanak nautika. Rumus umum yang dipakai adalah Rumus Douwes untuk tinggi sebagai berikut :
Keterangan : th = tinggi hitung l = lintang duga z = zawal benda angkasa P = sudut jam barat benda angkasa (Nilai min (-), jika l dan z adalah senama, plus (+), jika l dan z tidak senama) Memilih titik yang akan dihitung : Diantara tiga titik tersebut, ternyata titik yang akan dipakai adalah titik tinggi, dengan alasan sebagai berikut :
Rumus yang digunakan adalah (l + z ) jika lintang dan zawal tak senama, dan ( l – z) atau ( z – l) jika lintang dan zawal senama. Aturan Cosinus Pada segitiga bola KuGS
Credit: Silvester Gambar 89 : Ilustrasi untuk segitiga bola pada lintang dan zawal yang senama Keterangan gambar 89 : GS = salah duga, HS = panjang tinggi, S = posisi sejati; selalu HS < GS
Apabila lintang dan zawal tidak senama, maka (900 – z ) diganti (900 + z).
Credit: Silvester Gambar 90 : Ilustrasi untuk segitiga bola pada lintang dan zawal yang tak senama Keterangan gambar 90 : G = tempat duga, H = titik tinggi, SG = 900 - th; HS = 900 – ts, S = benda angkasa
Credit: Silvester Gambar 91 : Ilustrasi 3 posisi letak titik tinggi (H) terhadap tempat duga (G) Keterangan gambar 91 : Dalam semua gambar (a),(b) dan (c) terjadi GS = 900 – th, dan HS = 900- ts Ga
Arah GH adalah searah dengan azimuth benda angkasa. GS > HS GS – HS > 0 (900 – th) – (900 – ts ) > 0 900 – th – 900 + ts > 0 Ts – th > 0 atau ts > th Nilai ts – th disebut selisih tinggi (p). Banyaknya menit p sama dengan jarak G – H dalam mil laut.
Arah GH berlawanan dengan arah azimuth GS < HS GS - HS < 0 (900 – th ) – (900 – ts) < 0 900 – th – 900 + ts < 0 Ts – th < 0 atau ts < th
GS = HS GS – HS = 0 (900 – th) – (900 – ts) = 0 900 – th – 900 + ts = 0 Ts – th = 0 atau ts = th Kesimpulan :
Credit: Silvester Gambar 92 : Ilustrasi kesimpulan 3 posisi letak titik tinggi (H) terhadap tempat duga (G) |