Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Sugino, SP. M.Si. Widyaiswara Ahli Madya

Kementerian Pertanian menyarankan kepada peternak Salah satu agar penyakit PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) tidak menular ke ternak adalah melalui budidaya atau pemeliharaan ternak dengan baik yang diperketat dengan biosecurity. Pada dasarnya, manajemen budidaya dilakukan untuk menghasilkan ternak yang sehat. Hanya saja memang ada perlakuan khusus selama wabah PMK ini, terutama dengan pengetatan biosecurity kepada pelaku utama dan pelaku usaha di bidang peternakan khususnya sapi potong.

Biosekuriti merupakan salah satu solusi pencegahan penularan dan penyebaran PMK

Penyakit mulut dan kuku (PMK) juga dikenal sebagai Aphtaee epizootecae (AE), adalah jenis penyakit hewan menular bersifat akut yang disebabkan oleh virus dan tidak zoonosis (tidak menular dari hewan ke manusia)

Gejala Klinis Hewan Tertular PMK

  1. Hipersalivasi, saliva terlihat menggantung, air liur berbusa di lantai kandang.
  2. Hewan lebih sering berbaring dan demam tinggi mencapai 41 o
  3. Vesikel/lepuh dan atau erosi di sekitar mulut, lidah, gusi, nostril, kulit sekitar teracak dan putting.
  4. Yang bersifat akut terjadi kepincangan

Masa inkubasi dari penyakit 1-14 hari yaitu mulai dari virus masuk sampai timbulnya gejala penyakit. Tingkat kemetian pada pedet antara 1-5% sedang angka kesakitan pada semua umur bisa mencapai 90% dan angka kematian tinggi.

Sapi potong salah satu hewan yang peka terhadap Penyakit Mulut dan Kuku. Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit hewan menular yang paling penting dan paling ditakuti oleh semua negara di dunia. Penyakit ini dapat menyebar dengan sangat cepat dan mampu melampaui batas negara serta dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat tinggi.

Penyebaran virus sangat cepat, dan virus dapat ditularkan ke hewan ada beberapa cara :

  1. Melaui tersebar lewat udara (Airbone Disease)
  2. Melalui kontak tidak langsung melalui bukan vektor hidup (terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang dll.)
  3. Melalui kontak tidak langsung melalui vektor hidup yakni terbawa oleh manusia. Manusia bisa membawa virus ini melalui sepatu, tangan, tenggorokan, atau pakaian yang terkontaminasi.
  4. Melalui kontak langsung (antara hewan yang tertular dengan hewan rentan melalui droplet, leleran hidung, serpihan kulit)

Menuntut kewaspadaan untuk dapat mencegah penularan PMK karena penularan sangat cepat, salah satu langkah biosekuriti sebagai garda terdepan untuk mencegah atau memutuskan rantai penyebaran virus merupakan salah satu solusi yang bisa dilakukan.

Biosekuriti

Biosekuriti adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen penyakit ke induk semang dan/atau untuk menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratrium tidak mengkontaminasi atau disalahgunakan, misalnya untuk tujuan bioterorisme. Dengan kata lain, biosekuriti merupakan sejenis program yang dirancang untuk melindungi ternak dari bebagai serangan penyakit atau sebagai langkah awal dalam pengendalian wabah penyakit.

Tujuan biosekuriti

Sebagai bagian dari system manajemen maka biosecurity sangat penting khususnya untuk mencegah penyakit ternak pelihararaan. Menurut Dirjen Peternakan (2005) tujuan dari biosekuriti adalah mencegah semua kemungkinan penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. Namun, pada dasarnya biosekuriti merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit pada ternak, tetapi dapat dikatakan bahwa biosekuriti merupakan salah satu garda terdepan terhadap penyakit. Dapat pula dikatakan bahwa biosekuriti bertujuan untuk menimalkan keberadaan penyebab penyakit, menimalisir kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang, menekan tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit.

Prinsip dasar biosekuriti adalah yaitu menjauhkan hewan dari kuman (virus) dan menjauhkan kuman (virus) dari hewan, ada 3 (tiga) prinsip dasar dari Biosecurity  adalah (1) Isolasi; (2) Pengendalian Lalu Lintas dan (3) Sanitasi,

Menerapkan Biosekuriti

  1. Melakukan Isolasi/Pemisahan

Isolasi merupakan suatu tindakan untuk mencegah kontak diantara hewan pada suatu area atau lingkungan. Tindakan yang paling penting dalam pengendalian penyakit adalah meminimalkan pergerakan dan kontak dengan hewan yang baru datang. Tindakan lain adalah  memisahkan hewan yang sakit dengan yang sehat, memisahkan ternak berdasarkan kelompok umur atau kelompok produksi, pemisahan hewan yang lama dengan yang baru.

Desinfeksi adalah proses perusakan, pembasmian, atau penghambatan pertumbuhan mikroba yang bisa menyebabkan penyakit atau masalah lainnya.

Desinfektan senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan.

Desinfektan yang baik adalah (1) Tidak toksik terhadap hewan dan manusia (2) Tidak meninggalkan warna dan bau (3) Tidak korosif.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah desinfeksi secara teratur kandang, peralatan dan kendaraan serta menjaga kebersihan pekerja (mencuci tangan, mencuci kaki, mencuci sepatu, dll)

Cara mendesinfektan adalah Hilangkan bahan-bahan biologis dan Semprotkan desinfektan

  1. Mengendalikan lalu lintas Hewan

Pengendalian lalu lintas, meliputi pengendalian lalu lintas manusia, hewan, bahan/peralatan dan kendaraan masuk dan keluar area peternakan. Terhadap semua yang dilalullintaskan harus dilakukan desinfeksi

  1. Mengendalikan hewan dan hama

Penting dilakukan pengendalian terhadap hama seperti rodensia (tikus) atau serangga yang dapat menjadi vektor penyebaran penyakit, serta jauhkan dari hewan-hewan lain seperti anjing/kucing dan lain-lain

Hewan yang mati akan meningkatkan agen penyakit dikandang sehingga perlu tindakan pencegahan seperti :

  • Keluakan segera dari kandang ke lubang kubur yang di gali sedalam 2 meter agar tidak di dali oleh hewan liar /buas dan lubang kubur di tambah kapur.
  • Mencuci tangan dan kaki setelah proses penguburan bangkai hewan

MANAJEMEN PEMELIHARAAN  

Peningkatan kesejahteraan penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan produk hewani disebabkan kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi terus meningkat meliputi menigkatkan kebutuhan daging. Salah satu solusi untuk memenuhi hal tersebut meliputi : 1) meningkatkan populasi ternak 2) meningkatkan produksi ternak 3) meningkatkan produktivitas ternak.

Dalam budidaya ternak sapi manajemen pemeliharaanya meliputi :

  1. Pola Pemeliharaan Intensip (dry lot fattening) : sistem pemeliharaan ternak sapi dengan cara dikandangkan secara terus menerus dengan sistem pemberian pakan secara cut and curry. Sistem ini dilakukan karena lahan untuk pemeliharaan secara ekstensif sudah mulai berkurang. Keuntungan sistem ini adalah penggunaan bahan pakan hasil ikutan dari beberapa industri lebih intensif dibanding dengan sistem ekstensif. Kelemahan terletak pada modal yang dipergunakan lebih tinggi, masalah penyakit dan limbah peternakan.
  2. Pola pemeliharaan Semi Intensif (Campuran) : system pemeliharaan ternak sapi dikandangkan dan di gembalakan tetapi kebutuhan pakan dan minumnya tidak disediakan seluruhnya. Keuntungan biaya pakan lebih murah
  3. Pola Pemeliharaan Ekstensif (pasture fattening) : system pemeliharaan ternak sapi tidak di kandangkan, pakan dan air minum seluruhnya dari padang penggembalaan. Keuntungan biaya produksi rendah, biaya pakan rendah, cocok daerah yang masih luas lahannya.

Pemeliharaan Ternak Disesuaikan Kondisi Fisiologis, Umur dan Jenis Kelamin

Pemeliharaan Induk : Pemeliharaan induk sapi potong harus dipandang sebagai sebuah usaha yang menguntungkan. Pemeliharaan induk sapi potong dalam jangka panjang bertujuan untuk menghasilkan pedet berkualitas dan memiliki harga jual yang tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, faktor reproduksi sangat penting diperhatikan. Efisiensi reproduksi memiliki peran yang besar dalam meningkatan keuntungan usaha pemeliharaan induk sapi potong. Mengatasi permasalahan reproduksi yang menjadi kendala efisiensi penting untuk diperhatikan. Salah satu ukuran efisiensi reproduksi adalah jarak beranak calving interval (CI). Idealnya seekor induk melahirkan anak satu kali dalam satu tahun atau CI = 12 bulan. Banyak faktor penyebab CI menjadi panjang, baik yang bersumber dari kekurangan pada induk betina pejantan atau pengelola. Penyebab CI menjadi panjang dalam prakteknya adalah karena terlambat kawin pasca melahirkan, kawin berulang dan kegagalan memelihara kebuntingan hingga lahir. Terlambat kawin pasca melahirkan dapat terjadi karena berahi yang tak kunjung datang, tidak mampu melihat tanda-tanda berahi dan tidak tersedia pejantan. Kasus kawin berulang terjadi disebabkan oleh kegagalan pembuahan dan kematian embrio dini. Berdasarkan hasil survey di lapangan terhadap kasus induk betina yang tidak menunjukkan gejala berahi, paling sering disebabkan oleh hipofungsi ovarium. Hipofungsi ovarium sebagian besar akibat kekurangan asupan nutrien, sehingga permasalahan ini juga berakar pada pengelolaan. Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan pengelola/peternak untuk dapat memperpendek CI. 1) Berusaha munculnya birahi normal pasca melahirkan 2) Mengawinkan induk tepat waktu 3) Memastikan Terjadinya Kebuntingan 4) Mencatat aktivitas reproduksi.

Pemeliharaan Pejantan : Sapi pejantan sebagai pemacek atau maupun sebagai sumber semen seharusnya adalah pejantan yang memiliki libido dan kualitas semen yang baik serta secara morfologis unggul dibandingkan dengan pejantan di lingkungan sekitarnya.
Beberapa permasalahan yang sering muncul pada pejantan diantaranya rendahnya libido dan kualitas semen. Rendahnya kualitas semen dapat berpengaruh terhadap efisiensi reproduksi pada sapi-sapi induk, diantaranya turunnya angka konsepsi sehingga nilai conception rate rendah. Tingkat fertilitas pada perkawinan menggunakan inseminasi buatan sangat ditentukan oleh kualitas semen segar yang digunakan. Kualitas dan kuantitas semen sangat dipengaruhi oleh faktor bangsa, individu, metode penampungan, dan manajemen pemeliharaan.

Exercise merupakan suatu aktivitas fisik yang dilakukan pada sapi jantan dengan atau tanpa menggunakan alat bantu. Perlakuan ini dapat mendukung stamina sapi jantan tetap baik.

Pemeliharaan Induk Bunting : Sapi betina yang sudah bunting harus dipisahkan dari kelompok sapi yang tidak bunting dan pejantan. Jika ada lebih dari satu sapi yang bunting, Anda bisa memisahkan sapi-sapi bunting di kandang berbeda. Memelihara induk sapi bunting tidak boleh dengan cara kasar.

Pakan yang diberikan harus benar-benar diperhatikan, seperti mengandung cukup protein, mineral, dan vitamin. Selama masa pemeliharaan, sapi-sapi bunting bisa disatukan di dalam kandang. Sementara itu, saat menjelang masa-masa melahirkan, sapi dipisahkan ke kandang sendiri yang bersih, kering, dan terang.

Induk yang akan bunting memiliki beberapa tanda : tidak kembali birahi (Hh IB), ambing yang sudah terlihat membesar, membengkak, dan mengeras, namun harus tetap di periksa kebuntingan oleh petugas. Urat daging di sekitaran pelvis terlihat mengendur, pada bagian sekeliling pangkal ekor terlihat mencekung. Terlihat pada bagian vulva juga membengkak dan mengeluarkan lendir.

Pemeliharaan Pedet sampai Dara/Bakalan : Sapi yang akan melahirkan cenderung mengalami penurunan nafsu makan, tampak gelisah, sebentar berdiri, sebentar berbaring, dan berputar-putar. Tanda terakhir dari sapi akan melahirkan, yaitu sapi jadi lebih sering kencing. Jika sudah keluar tanda-tanda tersebut, segera pisahkan sapi ke kandang khusus melahirkan.

Pedet yang baru dilahirkan akan diselubungi oleh lendir yang menutup lubang hidung dan mulut. Segera bersihkan lendir tersebut agar tidak menghambat pernapasan pedet. Selain itu, tekan-tekan dadanya untuk merangsang pernapasan pedet.

Saat pedet sudah bisa berjalan, upayakan pedet tersebut menyusu sendiri dengan puting induk. Namun, pastikan puting dan ambing induk sudah dibersihkan. Pedet yang baru dilahirkan harus diberikan tempat pembaringan yang diberikan alas jerami atau rumput kering yang bersih dan hangat.

Sebelum diternakkan sapi masih pedet perlu penanganan yang penuh ketelitian. Pedet yang baik, memiliki bobot lahir 35 sampai 51,5 kg tergantung jenis sapi, dengan bulu yang mengkilat, dan kondisinya sehat. Selain kelahiran yang baik, manajemen penanganan setelah lahir juga sangat penting, diantaranya: 1) Memeriksa alat pernafasannya sesegera mungkin; 2) Memotong tali pusar dengan menyisakan 2 cm dari pangkal pusar dan diberikan desinfektan tali pusar dengan menggunakan yodium tintur 10% untuk mencegah peradangan; 3) Pedet setelah 30 menit akan menyusu induknya yaitu susu kolostrum, bila sampai 1 belum menyusu segera kita kasih kolustrum dari induknya; 4) Tempatkan pedet dan induknya pada kandang pemeliharaan.

Kolostrum adalah susu yang keluar setelah melahirkan. Peternak wajib memeberikan kolostrum sesegera mungkin tidak lebih dari 2 jam pada pedet karena kolostrum menyediakan zat antibodi bagi pedet, sehingga melindungi pedet yang baru lahir terhadap infeksi. Zat antibodi pada kolostrum ini sangat mudah diserap oleh tubuh pedet yang baru lahir. sapi potong, pedet membutuhkan perlakuan khusus agar dapat tumbuh optimal menjadi bakalan sapi potong yang bagus.

Pemeliharaan pedet dengan induk menyusui sampai 3-4 bulan, pada saat induk sapi birahi ke dua atua ketiga antara 60 hari setelah melahirkan ternak bila birahi segera dilakukan perkawinan. Pedet umur 3-4 bulan dan induk mulai bunting segera dilakukan penyapihan. Pedet setelah 2 minggu melahirkan akan mulai belajar makan rumput atau hijauan dan setelah satu bulan mulai belajar makanan tambahan yang halus dan setelah umur 3 bulan sudah pintar makan rumput dan makanan tambahan.

Sapi potong setelah umur 4-6 bulan bisa dilakukan pengeluhan (memasang tali di hidung ) atau tali khusus untuk di mukanya. Bertujuan ajar semakin besar mudah untuk di kendalikan dalam pemeliharaan.

Pedet setelah umur 6 bulan perlu dilakukan pemisahan dalam pemeliharaan jantan dan betina bila dalam pemeliharaan system kandang kelompok, karena pedet sudah mulai dewasa kelamin. Sapi dara atau sapi bakalan antara umur 6-12 bulan perlu diberikan pakan sesuai kebutuhan dan fisiologis ternak sebagai calon induk atau calon bakalan penggemukan.


Page 2

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa BPPSDMP berada di garis terdepan dalam pembangunan SDM pertanian. Itu berarti segala sesuatu yang terkait peningkatan kapasitas SDM merupakan tugas BPPSDMP 

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Lebih lanjut Prof. Dedi mengungkapkan untuk mencapai produktifitas yang baik di butuhkan SDM pertanian yang handal yaitu petani dan penyuluh, tentu menjadi pekerjaan yang perlu dicermati dan dimaknai bagaimana menciptakan penyuluh dan petani dengan kualifikasi tersebut. Pertanian adalah bisnis, berarti pertanian harus menghasilkan, pertanian harus menguntungkan, untuk itu BPPSDMP, akan terus berjuang melahirkan untuk mampu melatih para peserta memahami bisnis prosesnya, dimulai dengan bagaimana mencari modal dimana KUR dapat dijadikan pilihan, mengolah lahan sampai menjual produknya.

Lebih lanjut prof. Dedi mengatakan bahwa keberhasilan pelatihan tidak diukur semata berapa jumlah petani atau penyuluh yang sudah dilatih tapi bagaimana hasil pelatihan tersebut diterapkan oleh penyuluh dan petani.

Dalam upaya meningkatkan kapasitas SDM pertanian dan sekaligus sebagai pengejawantahan tupoksi BPPSDMP, Balai Besar Pelatihah Peternakan Batu (BBPP) dalam waktu bersamaan melakukan pelatihan  bagi Aparatur dan Non Aparatur yaitu Pelatihan Formulasi Pakan dan Pelatihan Pengolahan Susu dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang dari beberapa wilayah Jawa.

BBPP Batu melaksanakan berbagai pelatihan untuk mewujudkan Indonesia swasembada pangan. Salah satu pelatihan yang digelar adalah pelatihan formulasi pakan bagi petani millenial.

Pelatihan ini digelar selama 7 hari, mulai 1 Maret hingga 7 Maret mendatang. Ada 30 orang dari Jawa maupun luar Jawa yang mengikuti pelatihan tersebut.

Melalui pakan inilah, harapan terhadap produksi dapat ditambatkan. Apabila pakan baik maka produksi akan baik begitu pula sebaliknya. Mengapa demikian? Sabir menjelaskan karena dalam pakan tersebut mengandung nutrisi yang dibutuhkan ternak diantaranya energi, protein, mineral, dan vitamin.

Dalam sambutannya kepala BBPP Batu, Dr. Sabir, S.P.t, M.Si mengatakan bahwa pakan merupakan unsur utama kebutuhan ternak. Pakan bisa dikatakan faktor penentu keberhasilan usaha ternak.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Sabir mencontohkan energi diperlukan untuk memenuhui kebutuhan hidup pokok dan beraktifitas. Protein, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi. Mineral, diperlukan ternak untuk pertumbuhan tulang dan perbaikan jaringan, menjaga keseimbangan cairan tubuh, dan pembentukan mineral susu, sementara itu Vitamin, sebagai katalisator dalam proses metabolisme.

Pelatihan ini bertujuan meningkatkan populasi ternak besar, perlu manajemen budidaya yang baik. Salah satu adalah penyediaan bahan pakan/pakan ternak yang berkualitas.

Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung unsur gizi yang cukup dan seimbang sesuai dengan kebutuhan ternak untuk pertumbuhan dan berproduksi. Produktivitas ternak sapi dan kerbau masih tergolong rendah, tingkat kebuntingan yang masih rendah, dan panjangnya jarak beranak (calving interval) yang dipengaruhi oleh pakan. Keterbatasan pakan dari segi kuantitas dan kualitas serta mahalnya harga pakan. Hal ini menjadi salah satu penyebab belum maksimalnya produksi ternak lokal.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Berdasarkan jenisnya, ternak dikelompokkan menjadi ternak besar terdiri dari sapi potong, sapi perah, kerbau, dan kuda, sedangkan ternak kecil seperti kambing, domba, dan babi, untuk ternak unggas yaitu ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, dan itik manila, dan aneka ternak yaitu kelinci dan puyuh. Sebaran populasi ternak sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa. Untuk ternak sapi potong, sapi perah, populasi terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur.

Perkembangan populasi sapi potong cenderung mengalami peningkatan sekalipun belum maksimal,
Untuk itu, perlu dilakukan terobosan dan gerakan peningkatan populasi ternak besar (sapi dan kerbau) dalam rangka mendukung program swasembada daging.


Page 3

BBPP Batu telah melaksanakan Pelatihan PKB (Pemeriksaan Kebuntingan) bagi non aparatur, 26 Januari – 8 februari 2022 yang diikuti oleh 20 orang peserta yang berasal dari Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jambi, Sulawesi Selatan dan NTB.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Populasi penduduk yang terus bertambah serta peningkatan pendapatan menciptakan permintaan akan protein hewani yang terus meningkat, salah satunya adalah permintaan terhadap daging. Berbagai strategi telah disusun oleh Pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi peternakan, diantaranya melalui program SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri).

Program ini merupakan program Kementerian Pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan populasi dan produksi sapi dan kerbau di Indonesia melalui kegiatan Optimalisasi Reproduksi.

Program utama pembangunan pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia dapat dilakukan dengan gerakan nasional. Hal tersebut meliputi peningkatan produktivitas, produksi, dan ekspor, peningkatan populasi ternak, pengembangan SDM, serta penerapan mekanisme pertanian dengan ekspansi pertanian

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan peningkatan kualitas SDM menjadi salah satu fokus Kementan. Peran SDM sangat penting dalam pertanian. Karena SDM yang bisa meningkatkan produktivitas pertanian. Oleh karena itu, Kementerian akan terus berupaya untuk  meningkatkan kapasitas SDM baik lewat pelatihan maupun bimtek

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementan, Dedi Nursyamsi menyampaikan peningkatan Sumber Daya Manusia menjadi hal penting. Karena melalui Sumber Daya Manusia yang berkualitas akan dapat menciptakan inovasi serta  terobosan-terobosan yang dibutuhkan pertanian

Setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pelatihan selama 14 hari di BBPP Batu. Pada hari Selasa (8/2/2022) bertempat di aula brizantha telah di lakukan Penutupan Pelatihan Pemeriksaan Kebuntingan oleh Kepala BBPP Batu, Sabir. Acara penutupan ini juga diikuti oleh Sub Koordinator Penyelenggaraan Pelatihan Non Aparatur serta Widyaiswara BBPP Batu.

Dalam sambutannya, Sabir menyampaikan bahwa yang terpenting dalam pelatihan ini adalah implementasi dan penerapan materi yang didapatkan agar nantinya dapat memberikan manfaat bagi para peserta dan semua orang yang membutuhkan, dimana untuk pelatihan PKB ini peserta diharapkan mampu untuk menentukan status kebuntingan ternak dan juga dapat menentukan umur kebuntingan sapi.

“Kita harus mempunyai rasa kerja keras yang tinggi, semangat tinggi serta mampu menghadapi masalah yang ada didepan kita. Masalah itu ada untuk dihadapi, bukan dihindari. Kita tidak boleh lari dari masalah,” ujar Sabir.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Pada pelatihan PKB ini, peserta pelatihan selain memperoleh pembekalan materi di Balai, namun peserta juga melaksanakan praktek pemahiran selama 10 hari dilapangan, dimana peserta di tempatkan di induk semang dengan target 50 ekor akseptor per peserta. Setelah mengikuti evaluasi kompetensi, 20 orang peserta PKB dinyatakan lulus dan berhak memperoleh sertifikat pelatihan.

Dwida Rahmadani, salah satu perwakilan peserta Pelatihan PKB menyampaikan kesan dan pesannya selama mengikuti pelatihan PKB. Ucapan terimakasih disampaikan kepada BBPP Batu, seluruh tim panitia, pengajar serta induk semang atas kesempatan yang diberikan untuk menambah ilmu, kemampuan dan kompetensi peserta.


Page 4

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lamongan bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis Pelaksana Penyuluh Pertanian Sukodadi melalui BPP Kostratani Sugio pendampingan BBPP Batu melaksanakan kegiatan Sekolah Lapang (SL) Kegiatan IPDMIP (Integrated Parcipatory Development and Management of Irigation Project) Daerah Irigasi Waduk Caling, Senin (25/01/2022).

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Dalam sambutannya Yogiarto, SP, Kepala Desa Sidorejo berharap produksi petani bisa meningkat melalui kegiatan SL IPDMIP.  “Saya berharap semua peserta dapat mengambil manfaat dari kegiatan SL IPDMIP serta berperan aktif dalam pelaksanaannya,” harapnya.

Sementara itu pada setiap kesempatan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pelaksanaan IPDMIP harus optimal. harus mendapat dukungan semua pihak. “Karena, IPDMIP akan membantu petani meningkatkan produksi,” tuturnya.

Begitu pula Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengutarakan hal serupa.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu


“Tujuan IPDMIP meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya di daerah irigasi. Peningkatan ini dilakukan IPDMIP dengan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan SDM pertanian, baik petani maupun penyuluh,” ujarnya.

Sumadi SP, selaku koordinator wilayah BPP Model Kostratani Sugio memberikan sambutan sekaligus membuka acara kegiatan mengatakan, kegiatan SL IPDMIP ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan petani dibidang pertanian sehingga produktifitasnya bisa ditingkatkan. “Kalau produksinya naik sudah barang tentu penghasilan akan naik,” jelasnya.

Lebih lanjut ia menambahkan, dalam pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara bersama-sama dan masip, khususnya hama wereng dan tikus, agar tidak terjadi perpindahan hama dari satu petak ke petak yang lain.

Menurutnya, untuk mengendalikan hama tikus itu cukup mudah, kita bisa memanfaatkan musuh alami yaitu burung hantu, kita buat sangkarnya dari kayu bekas bangunan untuk membuat rumah burung hantu, begitu imbuhnya.

Kegiatan Sekolah Lapang (SL) kegiatan IPDMIP ini dilaksanakan di 4 kelompok tani yang berada di daerah irigasi waduk Caling diantaranya adalah kelompok Tani Sidomulyo Jati Desa Sidorejo yang diketuai oleh Anis Mustofa, Kelompok Tani Sidodadi Kalikacang Desa Sidorejo yang diketuai oleh H. Raslin, Kelompok tani Tani Makmur Klubuk Desa Bakalrejo yang diketuai oleh H Karnawi dan Kelompok Tani Sumber luhur Desa Kedungbanjar yang diketuai oleh Kasmulin 

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Amel SP, sebagai pendamping kegiatan SL IPDMIP menjelaskan, kegiatan ini dijadwalkan sampai 10 kali pertemuan. “Ya sekitar 3 bulan, karena pertemuan ini seminggu sekali,” ungkapnya.

Materi yang akan disampaikan pada Kegiatan Sekolah Lapang IPDMIP ini meliputi penggunaan benih unggul, olah tanah dengan Mesin hand tractor, tanam padi sistim jajar legowo, pemupukan berimbang, cara penggunaan pupuk organic cair, cara pembuatan pestisida nabati, panen dan pasca panen serta analisa usaha tani.


Page 5

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

FAJAR.CO.ID, JAKARTA– Lembaga Analis dan Konsultan Sosial Politik Indonesia, Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) kembali meluncurkan hasil survei nasional yang bertajuk Performa Pemerintah dan Tren Elektoral Terkini.

Hasil survei ini merupakan review termin keempat atau sesi terakhir survei CISA di tahun 2021 setelah sebelumnya merilis survei termin ketiganya pada September 2021 yang lalu.

Direktur Eksekutif CISA, Herry Mendrofa, melalui siaran persnya mengatakan bahwa kepuasan publik terhadap Pemerintah menjelang akhir tahun 2021 ini hanya mencapai 44,33 persen.

“Publik yang menyatakan Tidak Puas terhadap kinerja Pemerintah ada 41 persen dan yang Sangat Tidak Puas 5,59 persen, yang Sangat Puas ada 3,83 persen dan sisanya ada 5,25 persen yang tidak menjawab atau tidak tahu,” ucapnya, Jumat (10/12/2021).

Kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintah tersebut dipengaruhi oleh beberapa Sektor atau Isu yang Optimal seperti Infrastruktur dan Kewilayahan 37,5 persen, Birokrasi 35,42 persen, Pertanian 13,25 persen, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 7,25 persen serta 6,08 persen pada Kesejahteraan Sosial.

Penilaian publik ini muncul dari aspek diantaranya Efektifitas, Efisiensi, Implementasi, Implikasi, dan Produktifitas.

“Tapi ada sektor yang dianggap Belum Optimal yang dikerjakan Pemerintah ada Anti Korupsi yang mencapai 43,42 persen, Tenaga Kerja 20,58 persen, BUMN 15,92 persen, Kelautan dan Perikanan 12,25 persen, serta Perekonomian dan Investasi 7,83 persen,” tutur Herry Mendrofa.

Selain itu publik juga memberikan penilaian terhadap Menteri atau Pejabat Negara dengan Kinerja yang Optimal selama ini berdasarkan Integritas, Kapabilitas, Kepemimpinan, Produktifitas, dan Popularitas.

Menteri atau Pejabat yang dimaksud adalah Basuki Hadimuljono (Menteri PUPR) 28,75 persen, Yasonna H.Laoly (Menkumham) 17,25 persen, Syahrul Yasin Limpo (Mentan) 10,25 persen, Sandiaga Uno (Menparekraf) 10,16 persen, Retno Marsudi (Menlu) 9,91 persen.

Kemudian Tjahyo Kumolo (Menpan RB) 9,33 persen, Airlangga Hartarto (Menko Perekonomian) 7,75 persen, Bahlil Lahadalia (Menteri Investasi/Kepala BKPM) 3,58 persen, Tito Karnavian (Mendagri) 1,7 persen, Nadiem Makariem (Mendikbudristek) 0,91 persen, dan lainnya 0,41 persen.

Sebaliknya publik juga menganggap bahwa masih ada Menteri atau Pejabat Negara yang Belum Bekerja Optimal seperti Ida Fauziyah (Menaker) 27,08 persen, Moeldoko (KSP) 20,58 persen, Benny Rhamdani (Kepala BP2MI) 11,33 persen, Sakti Wahyu Trenggono (MenKKP) 10,25 persen, Arifin Tasrif (MenESDM) 9,25 persen.

Abdul Halim Iskandar (MenPDTT) 7,92 persen, Siti Nurbaya (MenLHK) 4,75 persen, Sofyan A.Djalil (MenATR/BPR) 3,75 persen, Luhut Binsar Panjaitan (Menko Marves) 1,92 persen, Erick Thorir (MenBUMN) 1,25 persen, dan lainnya 1,92 persen.

“Tentunya Menteri atau Pejabat Negara ini dari aspek penilaian dianggap belum optimal ditambah lagi kinerja mereka sering kontraproduktif dari sisi inovasi, sering kontroversial serta dianggap tidak memberikan dampak positif bagi keadaan saat pandemi,” tutur Herry.

Diketahui survei CISA dimulai sejak tanggal 1-7 Desember 2021 yang menyasar 1.200 responden di 34 Provinsi secara proporsional melalui penarikan sampel dengan menggunakan metode Simple Random Sampling.

Survei CISA ini Margin of Errornya mencapai 2,85 persen dengan tingkat kepercayaan pada 95 persen. (msn/fajar)


Page 6

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Menteri Pertanian Dr. Syahrul Yasin Limpo, SH. MH menyatakan bahwa Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) bertujuan untuk menjadikan pertanian di Indonesia lebih maju, mandiri dan modern. Awal mula untuk memajukan pertanian haruslah dimulai dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).

Dilansir dari Breaking News (29/11/2019) saat awal mula diluncurnya Kostratani, SYL mengatakan bahwa Kostratani akan menjadikan BPP sebagai pusat pembangunan pertanian yang melibatkan seluruh pelaku usaha dan pelaku utama serta stakeholder pertanian di kecamatan tersebut.

Program tersebut dapat berjalan dengan baik perlu adanya kerjasama dan kolaborasi instansi pemerintah daerah dan instansi yang berada di bawah lingkup kementerian pertanian dengan melakukan pendampingan dan pembianaan pada setiap BPP, “tegas kementan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Prof. Dr. Dedy Nursyamsy, M.Agr menyatakan bahwa untuk melaksanakan program kostratani di BPP perlu di bangun 5 kunci utama yang meliputi.

BPP sebagai pusat data dan informasi, BPP sebagai pusat gerakan pembangunan pertanian, BPP sebagai pusat pembelajaran, BPP sebagai pusat konsultasi agribisnis dan, BPP sebagai pusat pengembangan jejaring kerjasama dan kemitraan.

Program ini dapat berjalan dengan baik perlu dukungan pemerintah daerah dan pemerintah pusat berjalan dengan kerjasama dan kolaborasi yang harmonis dan komitmen,” Tegasnya.

Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu melakukan kolaborasi dan kerjasama melaksanakan pelatihan Manajerial BPP Kostratani di Kabupaten Ponorogo tanggal 28- 30 Juni 2021 dengan jumlah peserta 21 penyuluh pertanian dari 21 kecamatan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam mengimplementasikan 5 program kostratani dengan tetap melakukan pencegahan covid 19 yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.

Pada Hari pertama pembukaan, pemberian materi dan diskusi, hari ke dua kunjungan lapangan ke kecamatan pudak dan kecamatan sammbung, pada hari ketiga materi Jejaring kemitraan dan kerjasama yang disampaikan oleh PT. ENHA Sentosa Indonesia yang melakukan kemitraan dengan petani di bidang empon-empon di wilayah Kabupaten Ponorogo.

Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, drh. Andy Susetyo, MM menyatakan bahwa Dana DAK pusat yang disampaikan ke daerah dialokasikan untuk rehab BPP khusunya pada pemanfatan sarana dan prasaran IT .

“Sedang untuk pembangunan BPP baru tahun 2020 sudah diusulkan , tetapi karena covid 19 sehingga anggaran tersebut di refochusing. Di Kabupaten Ponorogo masih ada 3 BPP yang masih bersamaan kantornya dengan UPT peternakan, semoga covid 19 segera berlalu dan pembangunan BPP di tahun 2022 bisa terealisasi” tegas kadis.

Koordinator BPP Kecamatan Pudak Subur Haryanto, SP. Penyuluh Pudak Suluh Agung Prabowo, SP. Kepala Desa Krisik Irwan Santoso, Kelompoktani Maju Bersama, Kelompoktani Berkah Abadi yang berusahatani dalam bidang peternakan sapi perah dan sayuran menyampikan bahwa populasi sapi perah di kecamatan pudak mencapai 6000 ekor dan produksi rata-rata 15 liter/ekor/hari, sedang pasar susu ke PT. Nestle Pasuruan dengan harga antara Rp 5.300-5.900 per liter sesuai dengan kualitas susu.

Produksi sayur – sayuran di Kecamtan Pudak dengan luas lahan produktif ; 1500 ha, meliputi jenis sayuran wortel, kobiss, cool, sawi, bawang pray, berkolaborasi dengan kegiatan Dinas Sosial Kegiatan BPNT (Bantuan Non Tunai) untuk konsumen hasil sayur dan pasar local, ini peluang untuk membuka pasar online maupun pasar tingkat provisnsi dan nasional maka penyuluh di lakukan pelatihan agar bisa menjaring dan berimtra .

Petani Millenial dari Kecamatan Sampung Purwadi 44 tahun , menyatakan bahwa beternak sapi perah di daerah panas dengan suhu rata – rata 25-30 derajat celsius perlu inovasi dan keuletan sendiri. Petani millenial tersebut memiliki ternak sapi 8 ekor, Betina 6 ekor ( 5 ekor laktasi sedang 1 ekor bunting) dan pedet 2 (sebernyanya pedet 3 tapi yang satu kembung mrencret dan mati umur 2 bulan), dalam berusaha di bantu tenga 2 orang. Kebutuhan pakan dari KUD dengan harga 5.400 /kg, sedang hijauan dari tanaman rumput gajah.

Susu di jual ke KUD dengan harga 5.700 /kg , sedang limbah nya di buat kompos untuk pupuk hijauan pakan. Untuk mengurangi panas peternak menambah kipas agin dua dalam kandang ukuran 50 meter bisa muat sapi 16 ekor, produksi rata-rata 15 liter/hari/ekor.

Kegiatan pelatihan manajerial BPP Kostratani Ponorogo ditutup Kepala Dinas yang diwakili Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian, Ketahahan Pangan dan Perikanan Kab. Ponorogo, Bpk Marjono, SP.MM dan Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan di wakili kepala bagian Umum Bpk Sugino, SP.MSi. Beliau berpesan agar tetap menjalankan amanah ini dengan penuh dedikasi dan inovasi untuk meningktkan SDM dan pendapatan masyarakat petani semakin sejahtera.


Page 7

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu
Penyerahan bantuan dari Bank BNI 46 kepada Ketua Forum Petani Muda Bali (Petani Muda Keren) AA Gede Agung Wedhatama yang disaksikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana. (Foto: ist)

Petani Muda Keren (PMK) bersama Bank BNI 46 mengadakan “Millenial Smartfarming” di Desa Asah Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Jumat (11/6/2021).

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Menteri Pertanian (Mentan) RI Syahrul Yasin Limpo, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Dinas terkait di lingkungan Provinsi Bali, Direktur Hubungan Kelembagaan BNI beserta Tim BNI Pusat dan Daerah, serta Deputi Kementerian Koordinator Perekonomian. Program Smartfarming kali ini didukung oleh Bank BNI 46 melalui program CSR.

Ketua Forum Petani Muda Bali (Petani Muda Keren), AA Gede Agung Wedhatama mengatakan dalam pengimplementasian Smartfarming, kebun-kebun petani diintegrasikan melalui digitalisasi dan IOT sehingga petani bisa lebih mudah dan efisien untuk melakukan development kebun di hulu seperti dalam proses penyiraman, pemupukan, penyemprotan agen hayati, dripping, sprinkle serta aktivitas lainnya.

“Launching Smartfarming berbasis IOT yang dikembangkan oleh Forum Petani Muda Bali (Petani Muda Keren) ini bertujuan untuk mengintegrasikan kegiatan pertanian dari hulu hingga hilir menggunakan IOT sebagai frameworknya, sehingga aktivitas pertanian menjadi lebih efisien, mudah dan menyenangkan,” kata Agung Wedha.

Ditambahkannya, adanya launching Smartfarming ini diharapkan semakin banyak anak muda milenial yang masuk ke dunia pertanian. Pertanian yang ramah lingkungan berbasis pada natural farming, healty life dan sustainability menuju pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern.

Mentan RI, Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa sudah seharusnya pertanian di Indonesia menggunakan digitalisasi dan IOT dalam aktivitas pertaniannya agar dapat bersaing dengan negara-negara lainnya

“Jangan mau kalah dengan Vietnam dan Thailand, kita jauh lebih hebat dari mereka. Matahari kita lebih lama, tanah kita jauh lebih subur. Jika kita dapat dengan baik mensinergikan pertanian dengan digitalisasi dan IOT maka pertanian kita pasti jauh akan lebih maju,” tegasnya.

“Penyiraman sudah sepatutnya menggunakan drip irigasi dan sprinkle agar lebih hemat air dan efisien, harus lebih banyak muncul Agung Wedha lainnya di masing-masing daerah di seluruh Indonesia agar pertanian kita dikendalikan oleh anak-anak muda yang aktif dan produktif sehingga pertanian Indonesia lebih cepat maju, hebat dan berorientasi ekspor,” imbuhnya

Petani Muda Keren (PMK) di bawah komando Agung Wedhatama memang sangat fokus dan serius dalam mengembangkan sistem pertanian yang terintegrasi (Hulu – Hilir) “Integrated Agriculture Value Chain” dengan konsep Small Scale Integrated Smart Farming, yaitu pertanian skala kecil namun terintegrasi melalui digitalisasi dan IOT.

PMK berfokus pada korporasi pertanian dengan membentuk Koperasi Petani Muda Keren yang menjadi jembatan sistem pertanian hulu ke hilir. Koperasi ini mengambil peran penting dalam penyediaan saprotan pertanian di hulu (pupuk, bibit, mulsa, plastik, dan lainnya) serta memfasilitasi hasil pertanian petani PMK melalui penjualan baik retail, B to B maupun ekspor. (igp/r)


Page 8

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Kepanjen sebagai salah satu sentra padi di Kabupaten Malang, terus menunjukkan geliatnya untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanaman padi. Dukungan penuh senantiasa diberikan oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kab Malang, dengan berbagai suntikan program. Diantaranya adalah bantuan benih, berbagai alat dan mesin pertanian, juga berbagai pelatihan untuk peningkatan SDM.

Sekolah Lapang Manajemen Budidaya Tanaman Sehat (SL MBTS) adalah salah satu kegiatan Kementrian Pertanian melalui DTPHP, yang memberikan support kepada petani untuk mengikuti perkembangan teknologi dalam budidaya padi sehat. Melalui program ini, petani dilatih untuk selalu mengamati ekosistem lahan padi mereka, agar mereka dapat memahami kebutuhan tanaman untuk dapat berproduksi dengan baik.

Secara konvensional, petani selalu menerapkan pemupukan, pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), baik itu gulma, hama maupun penyakit, dengan cara yang sama turun temurun. Sedangkan kondisi lahan dan tanaman setiap saat selalu berubah.

Melalui Sekolah Lapang, petani diajarkan untuk mengamati keadaan lahan dan tanaman, supaya pemenuhan kebutuhan air, pupuk dan pestisida sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan Manajemen Budidaya Tanaman Sehat, diharapkan keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Dalam artian produktivitas tinggi bisa tercapai, namun kelestarian lingkungan terus dijaga.

Kelompok Tani Lestari I desa Sengguruh Kec. Kepanjen, menerima kegiatan SL MBTS pada bulan Maret 2021. Dibuka oleh Kepala Desa Sengguruh, Jamhuri, pada tanggal 20 Maret 2021. Petani mengikuti kelas belajar selama 10x dalam 1 musim tanam, dan ditutup pada tanggal 10 Juni 2021 oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kab Malang, Dr. Ir. Budiar, M.Si.
Didampingi oleh Jajaran Muspika Kepanjen, PJB UP Brantas desa Sengguruh, Kepala Perum Jasa Tirta, Bpk Budiar menutup SL MBTS dengan Panen Raya yang diawali dengan Ritual Petik Padi. Ritual ini masih banyak dijalankan oleh petani karena merupakan tradisi tahunan yang diturunkan nenek moyang setiap musim panen tiba. Tradisi ini sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen, dan dipercaya membawa keselamatan, kelancaran rizki bagi masyarakat.

Ritual Petik Padi dan Panen Raya ini disambut dengan sangat antusias oleh warga sekitar. Dengan diawali ujub secara tradisi Jawa oleh Sesepuh Bpk Sarto, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dan makan Bersama dengan berbagai makanan yang dibawa oleh masing-masing petani. Dihibur dengan peserta SL yang menyanyikan Mars SLPHT gubahan POPT Kepanjen, Muji Slamet, semua hadirin merasakan kemeriahan serta rasa syukur atas berkat yang diterima. Dengan harapan usaha tani mereka selanjutnya akan terus diberkati dan dilindungi oleh Yang Maha Kuasa.

** Silviana Kusuma Wardhani, SP. / BPP Kepanjen


Page 9

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

“Gendai dewa, mireniaru jidai no yakuwari wa henka no ejento to naru koto ga kitai sareteiru, shinsenna aidea de, souzouteki de, kakushintekina kangae wa henka to hatten wo tooshite yori yoi mono he no henkaku wo suishin suru koto ga dekiru to shinjiteimasu (Di zaman now, peran generasi milenial sangat diharapkan, untuk menjadi agen perubahan. Mengingat ide idenya yang selalu segar, pemikirannya yang kreatif dan inovatif yang diyakini akan mampu mendorong terjadinya transformasi kearah yang lebih baik lagi, melalui perubahan dan pengembangan),” demikian ungkap sense Reni disela waktu memberikan materi pada peserta pelatihan Magang Jepang, Kamis (27/5).

Tentu tiga kata kunci Maju, Mandiri dan Modern dijadikan pedoman seluruh jajaran  Kementerian Pertanian dalam bekerja untuk menggapai kesuksesan. Maju bermakna bahwa dalam melaksanakan pekerjaan, semua jajaran Kementerian Pertanian harus berupaya keras untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian. Semua harus berpikir dan berupaya keras untuk maju. Maju dalam segala aspek. semua harus berusaha untuk maju. Tidak boleh stop atau malah mundur.

Mandiri diartikan sebagai upaya dan tekad yang kuat untuk memaksimalkan potensi  sumberdaya pertanian sehingga ketergantungan kepada pihak luar secara bertahap dapat  dikurangi bahkan dihilangkan. Dalam konteks penyediaan pangan, mandiri dimaknai sebagai tercapainya kondisi swasembada. Impor bahan pangan, hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa setelah semua upaya dilaksanakan. Karena itu semua komponen bangsa harus berpartisipasi secara penuh dalam membangun sektor pertanian.

Modern harus menjadi pendorong loncatan pertumbuhan sektor pertanian. Tanpa penerapan teknologi modern, sektor pertanian tidak akan maju dan tumbuh. Komitmen Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dalam penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian salah satunya melalui Pelatihan Magang Jepang. Petani Milenial yang disiapkan untuk dapat bersaing secara global.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementrian Pertanian Prof. Dedi Nursyamsi, mengatakan Indonesia memang punya kompetensi dalam mengelola tenaga magang ke negara-negara yang sudah maju pertaniannya diantaranya Jepang,

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

“Pasti nanti output-nya juga akan meningkat pesat, sehingga juga ada yang istimewa. Sekarang target Pak Menteri itu 1000 orang berangkat ke Jepang. Itu istimewa. Sebab kalau tahun-tahun lalu itu paling sekitar 200-an, tetapi tahun ini harus 1000,” ujarnya.

Menurut Dedi, Jepang memiliki etos kerja yang baik dan memliki budaya kerja keras. Para petani Jepang bekerja ke lapangan sebelum matahari terbit, dan pulang ke rumah setelah matahari terbenam. Artinya, jam kerja mereka lebih dari 12 jam. Sekembalinya dari Jepang, petani milenial ini diharapkan bisa menjadi pengusaha petani milenial di wilayahnya masing-masing. Demikian pungkas Dedi.

Pelatihan Magang Jepang yang sudah yang dialokasikan selama  75 hari tersebut berfokus pada penguasaan bahasa,  pengenalan budaya, tidak berhenti sampai disitu peserta pelatihan Magang Jepang diboyong ke P4S Karekso Pasuruan untuk dimatangkan kemampuan teknis pertanian.

Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si dalam penyerahan peserta Pelatihan Magang Jepang untuk mematangkan kemampuan teknisnya di P4S Karekso Pasuruan mengatakan dunia pertanian merupakan salah satu mata pencaharian yang digeluti sebagian masyarakat Indonesia.

Saat ini petani milenial mempunyai peran yang sangat penting. Petani milenial sendiri adalah petani yang berusia antara 19 sampai 39 tahun, gerakan yang dibentuk Kementan diyakini dapat mensejahterakan kehidupan berbangsa.Generasi yang ditandai dengan adanya peningkatan penggunaan serta keakraban dengan komunikasi, media, juga teknologi digital. Selain itu

petani milenial memiliki jiwa yang adaptif dalam pemahaman teknologi digital, sehingga tak terlalu kaku dalam melakukan identifikasi dan verifikasi teknologi.

Lebih lanjut Wasis menyampaikan keberadaan bunga-bunga penerus pembangunan pertanian selama 14 hari di P4S Karekso dapat lebih mekar memberi harum bangsa Indonesia.


Page 10

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Peningkatan peran sektor pertanian yang diharapkan mampu menyumbangkan perekonomian nasional diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, handal, berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis, sehingga pelaku pembangunan pertanian mampu membangun usaha dari hulu sampai hilir yang berdaya saing tinggi, dan mampu berperan serta dalam melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan hidup sejalan dengan prinsip berkelanjutan.

Untuk itu pengembangan sumberdaya manusia diarahkan pada semangat, wawasan, kecerdasan, keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu membentuk kepribadian mandiri.

Bagi Penyuluh Pertanian yang berperan sebagai agen pembaharuan, pengembangan sumberdaya manusia merupakan pemberian motivasi dan penghargaan agar lebih meningkatkan kinerja. Melalui peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/02/MENPAN/2/2008 ditetapkan pengaturan dan Pendidikan pelatihan (Diklat) dalam jabatan bagi penyuluh pertanian.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Peraturan tersebut menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang akan/ atau telah diangkat dalam jabatan fungsional Penyuluh Pertanian harus lulus Dasar Diklat Penyuluh Pertanian; dan Penyuluh Pertanian yang akan beralih jenjang jabatan dari kelompok Terampil ke Ahli harus lulus Diklat Alih Kelompok.

Dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 52/Permentan/HK.140/J/07/15, tentang petunjuk pelaksanaan Diklat Fungsional Penyuluh Pertanian, Penyelenggara Diklat Fungsional Penyuluh Pertanian dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan Pertanian Pusat sesuai dengan wilayah koordinasi.

Pelatihan Alih Kelompok bagi Penyuluh Pertanian adalah diklat fungsional yang juga memberikan peluang bagi yang bersangkutan berhak mengikuti uji kompetensi dari profesi Penyuluh Fasilitator ke Penyuluh Supervisor.

Namun dengan adanya pandemic Covid19 pemerintah pusat maupun daerah terpaksa menempuh kebijakan mengalihkan alokasi kebutuhan pelatihan untuk prioritas pencegahan dan penanggulangan gelombang Covid19 tersebut, sehingga Kepala Dinas (PLT) Pertanian, Kabupaten Bondowoso, Hendri Widotono SPt MP mendorong para Penyuluh Pertanian Terampil menentukan sikap dapat memanfaatkan peluang secara mandiri.

Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, dan melalui upaya swadaya, 21 Penyuluh Pertanian dari 7 BPP di Bondowoso. Yakni, BPP Sumberwringin, Congkrong, Mas Kuning Pujer, Pakem, Besuk, Gunung Anyar, dan Tangsil, yang telah memiliki pengalaman kerja di penyuluhan pertanian 9 s.d 11 tahun, mengikuti pelatihan Alih Kelompok. Pelatihan berlangsung pada tanggal 26 April – 10 Mei 2021, dibuka oleh Kepala BBPP Batu, Dr. Wasis Sarjono,  S.Pt, M.Si.

Peningkatan kompetensi dari Penyuluh Pertanian Terampil ke Ahli lebih ditekankan pada orientasi mengembangkan pola pikir menejemen dari skope Desa ke tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi hingga Nasional. Sehingga “pisau Analisa” yang digunakan sebagai ciri pembeda dalam identifikasi potensi wilayah menggunakan impactpoint, ditingkatkan dengan Teknik Analisa wilayah Agribisnis dan agri-ekosistem menggunakan Analisa “SWOT” terhadap data primer dan sekunder sesuai dengan tingkat wilayahnya untuk proses penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian. Peserta tidak hanya dituntut tertib  dan disiplin, tetapi juga penguasaan teknologi informasi menuju Revolusi 4.0 Pertanian.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Dengan waktu relatif singkat 112 jam pelajaran (JP) peserta harus dapat membuahkan laporan Praktik Kompetensi Penyuluhan Pertanian (PKPP) tentang perencanaan (programa penyuluhan tingkat Kecamatan dan Kabupaten), pelaksanaan, evaluasi pelaksanaan dan dampak serta menyusun matriks Rencana Kegiatan Tahunan Penyuluhan Pertanian (RKTPP).

Untuk menjamin mutu pelaksanaan diklat tersebut BBPP Batu menerjunkan para widyaiswara kompetensi Penyuluhan Pertanian, yaitu Eko Fendi Baskoro, SST, M.Si (Widyaiswara Ahli Muda), Pararto Wicaksono, SP, M.Si (Widyaiswara Ahli Madya), Karel Daniel Isak Sir, SP, M.Agr (Widyaiswara Ahli Madya) dan Ir. Tri Handajani, M.Agr (Widyaiswara Ahli Utama)

Dalam suasana puasa tim teaching para widyaiswara ini menghadapi tantangan cukup berat karena harus mampu mengendalikan dinamika kelas dengan berbagi pendekatan dan metode, melakukan pendampingan intensif, bimbingan kertas kerja berkelompok untuk mencapai keluaran diklat sesuai standar , padahal tuntutan menjaga protokol kesehatan tetap harus dipatuhi juga.

Kondisi yang demikian ini menjadi bahan pembahasan menarik dalam kasus nyata, menetapkan strategi pembelajaran penerapan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar untuk saling peduli, introspeksi, toleransi, menghargai menumbuhkan semangat dengan selalu berkomitmen mencapai tujuan diklat yang berkualitas. Semoga upaya ini memberikan manfaat yang lebih amaliah bagi peserta, fasilitator, instansi penyelenggara maupun yang akan terkait.


Page 11

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM yang berkualitas. Dengan tersedianya SDM yang berkualitas menjadi modal utama bagi daerah untuk menjadi pelaku, penggerak pembangunan di daerah.

Sangat disadari bahwa Sumber daya manusia (SDM) tidak akan tercipta dengan sendirinya, tapi dibutuhkan sebuah proses melalui pendidikan atau pelatihan secara terus menerus sejalan dengan kemajuan teknologi dan informasi. Disamping itu penyiapan SDM yang berkualitas untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern tentu saja tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat atau Kementerian Pertanian saja tapi juga dituntut peran dari masing masing pemerintah daerah.

Dalam beberapa kesempatan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Prof. Dedi Nursyamsi menaruh perhatian penting dalam penguatan penyuluhan di daerah dan keberlanjutannya pada masa depan. Peran penyuluh sangat penting untuk meningkatkan kemampuan petani. Sebab petani merupakan eksekutor pembangunan pertanian yang bisa mengungkit produktivitas dan produksi, termasuk pendapatannya.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

“Disinilah peran penyuluhan. Kita membuat bagaimana kapasitas petani itu meningkat, ilmunya meningkat, semangatnya meningkat, termasuk mendapatkan akses ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut informasi pasar, modal, dan distribusi. Penyuluhlah yang bisa seperti itu,” tutur Dedi.

Kerjabareng BBPP Batu dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bondowoso melalui kegiatan Pelatihan Dasar Fungsional Penyuluh Ahli sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas penyuluh, karena peran penyuluh pertanian sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Keseriusan BBPP Batu dalam kegiatan pelatihan ini dengan menurunkan 4 orang pakar dibidangnya seperti Ir. Tri Handayani, M.Agr, Karel Daniel Isak Sir, SP, M.Agr. Pararto Wicaksono SP, M.Si, dan Eko Fendi Baskoro, SST, M.Si,

Pelatihan Dasar Fungsional Penyuluh Pertanian Ahli mulai tanggal 26 April – 10 Mei 2021 diikuti sebanyak 21 orang penyuluh dari 7 BPP seperti BPP Sumberwringin, BPP Congkrong, BPP Mas kuning, BPP Pakem, BPP Besuk, BPP Gunung anyar dan BPP Tangsil Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur.

Selama berlatih peserta memperoleh materi-materi sebanyak 112 jam pelajaran, yang terdiri dari materi kelompok dasar, kelompok inti, kelompok penunjang, dan praktik kompetensi. Materi inti terdiri dari: Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian, Pendidikan Orang Dewasa, Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian, Ketenagaan Penyuluhan Pertanian, Identifikasi Potensi Wilayah dan Agroekosistem, Programa Penyuluhan Pertanian, Rencana Kerja Tahunan Penyuluhan, Materi Penyuluhan Pertanian, Media Penyuluhan Pertanian, Metode Penyuluhan Pertanian, Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Petani dan Kelembagaan Ekonomi Petani, Evaluasi Pelaksanaan dan Dampak Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian serta Pelaporan, Pengembangan Profesi Penyuluh Pertanian, Pengemasan Data dan Informasi Berbasis Internet.

Terkait dengan pelatihan tersebut, Kepala Balai Pelatihan Peternakan Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si menyatakan bahwa penyuluh pertanian merupakan jabatan fungsional termasuk dalam Rumpun Ilmu Hayat Pertanian memiliki ruang lingkup tugas, tanggungjawab, dan wewenang penyuluhan pertanian yang diduduki oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) PNS yang diberi hak serta kewajiban secara penuh oleh pejabat yang berwenang. Sebagai ASN PNS calon penyuluh pertanian wajib mengikuti pelatihan dasar fungsional keahlian mengingat hal tersebut telah di atur dalam Permenpan nomor: 02/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya.

Selain itu, Pelatihan Dasar Fungsional Penyuluh Pertanian bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para calon penyuluh pertanian, sehingga nantinya para calon penyuluh pertanian siap dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugasnya di lapangan serta mampu dalam memberikan wawasan berpikir secara komprehensif untuk pelayanan dan memecahkan permasalahan yang di hadapi petani di lapangan.


Page 12

Seperti diketahui Kementerian Pertanian RI melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) berkolaborasi dengan Komiisi IV DPR RI masa bakti 2019 – 2024 saat ini sedang menyelenggarakan Bimtek untuk berbagai persoalan yang dihadapi petani, Jum’at 26 Februari 2021 bertempat di Hotel Yusro KabupatebnJombang, menggelar Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh Pertanian dengan mengangkat materi Membuat Pupuk Organik.

Kegiatan Bimtek kali ini diikuti oleh 100 peserta yang berasal dari petani dan penyuluh, sedangkan yang melatar belakangi dengan pengambilan materi adalah karena kesadaran kita tentang kondisi tanah pertanian kita yang semakin miskin unsur hara, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian pupuk organik baik yang berasal dari limbah pertanian maupun peternakan, disatu sisi kabupaten Jombang mempunyai potensi untuk menyediakan bahan baku pembuatan pupuk organik yaitu dari limbah peternakan, tahun 2019 tercatat di Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur sapi potong 63.102 ekor.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu
Wasis Sarjono SPt M.Si saat memberikan arahan dan membuka secara resmi BIMTEK

Drs. H. Guntur Sasono, M.Si yang juga Anggota Komisi IV DPR RI mengatakan kesejahteraan masyarakat tidak bisa diangkat hanya satu pihak, kita harus bergandengan tangan bahu membahu untuk bersama sama untuk saling mengisi.

“Kegiatan ini dalam rangka peningkatan SDM dan tentunya ini semua agar masyarakat terutama petani dan peternak bisa mandiri,”paparnya.

Kepala Balai BBPP Batu, Wasis Sarjono, S.Pt M.Si dalam sambutan saat membuka kegiatan tersebut menyampaikan bahwa Kementan RI tentunya terus mensuport petani baik melaui Alsintan dan pelatihan.

“Pada intinya apapun yang di sosialisasikan apabila untuk pelatihan serta peningkatan SDM Mentan selalu mendukung,”tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian yang hal ini di wakili oleh Sekretaris Dinas IR Supriyono menyampaikan dengan populasi ternak sejumlah 63, 102 ekor tentunya ini menjadi modal untuk menyediakan bahan baku dalam pembuatan pupuk organik.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu
Sambutan Anggota Komisi IV DPR RI Drs, H Guntur Sasono

“Dengan asumsi jika satu ekor ternak menhasilkan 10 kg KTS (kotoran Ternak Segar) maka di Kab. Jombang ada 631.020 kg kotoran ternak setip hari, itupun baru kita dapatkan dari ternak sapi potong saja belum lagi kotoran ternak yang lain karena saat ini penggunaan pupuk organik dikabupaten Jombang baru 2%,” terangnya.

Menurut Teguh Wibowo yang juga salah satu widyaiswara yang menjadi dari BBPP-BATU, dalam kegiatan tersebut mengatakan bahwa sekarang ini semua bentuk usaha produksi atau budidaya pasti menghasilkan limbah yang jadi dominan adalah limbah kotoran ternak dan sisa pakannya, kondisi ini memang menjadi masalah bagi peternak terutama di masyarakat.

“Untuk itu kita harus mengerti bagaimana jika limbah limbah tersebut di kelola secara baik dan benar tentunya bisa mengurangi dapak negatif yang ditimbulkan, bahkan jika dikelola secara serius malah akan menghasilkan nilai tambah yang luarbiasa dan dapat menambah pendapatan peternak, “harapnya.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu
Suasana kelas saat fasilitator menyampaikan materi yang di selingi ice breaking

Sebagai perwakilan Peserta Mahfud menganggap bimtek ini sebagai ajang untuk silaturahmi dan bertukar informasi sesama petani, selain endapatkan materi membuat pupuk organik baginya merupakan pengetahuan baru.

“Sementara ini kita selalu berfikir pupuk harus beli ternyata anggapan itu salah, saya kira ini momentum untuk jalan dalam rangka peningkatan produksi, menjadi peluang untuk mendapatkan tambahan penghasilan, mahfud juga berharap agar kegiatan BIMTEK ini bisa terus berlanjut dengan materi dan waktu yang lebih lama lagi,” Pungkasnya.


Page 13

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Menjelang akhir tahun 2020, tercatat dalam sejarah perubahan Tatakelola Aparatur Sipil Negara (ASN), penyederhaan birokrasi itu dengan memangkas jabatan struktural eselon III dan IV menjadi pejabat fungsional.

Transformasi Jabatan Struktural menjadi Jabatan Fungsional diantaranya guna efektivitas pelayanan publik yang lebih cepat dan sederhana tentu dengan berbasis pada kompetensi.

Demikian halnya Kementerian Pertanian melakukan transformasi jabatan dengan melantik 1.207 pejabat struktural eselon III dan IV menjadi fungsional di seluruh Indonesia, secara langsung maupun virtual oleh Menteri Pertanian Dr. Syahrul Yasin Limpo di Kantor Pusat Kementan Jakarta, Rabu (30/12).

Dari 1.207 pejabat struktural Kementerian Pertanian yang bertransformasi jabatan, 150 diantaranya adalah pejabat struktural lingkup Badan Pengembangan dan Penyuluhan SDM Pertanian (BPPSDMP).

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batu sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis dibawah BBPPSDMP, terdapat 9 (sembilan) pejabat struktural, yaitu 2 eselon III dan 7 Eselon IV yang ikut dilantik. Adapun pejabat struktural lingkup BBPP Batu yang Diantara pejabat yang dilantik ialah Kepala Bidang Penyelengaraan Pelatihan, Kepala Bidang Program dan Evaluasi, Kepala Seksi Pelatihan Aparatur, Kepala Seksi Pelatihan Non Aparatur,

Kepala Sub Bagian Perlengkapan dan Instalasi, Kepala Sub Bagian Keuangan dan Kepala Sub Bagian Kepawaian dan Rumah Tangga, Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan, Kepala Seksi Program dan Kerjasama.

Dalam arahannya, Mentan Syahrul menekankan bahwa penyetaraan jabatan merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo agar ada penyederhanaan birokrasi lingkup instansi Pemerintah.

“Memangkas dua level dan diganti dengan jabatan fungsional yang menghargai keahlian dan kompetensi. Tujuannya untuk memangkas prosedur birokrasi yang panjang sehingga organisasi dan instansi bisa berjalan efektif dan efisien. Harapan lainnya dari Mentan setelah dilakukan tranformasi jabatan ini, kepada seluruh pejabat yang dilantik dapat meningkatkan kualitas kinerjanya dan mampu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Lebihlanjut SYL mengatakan sejatinya kita ditugasi menjadi pelayan petani jadi harus bertransformasi

melepaskan segala atribut jabatan yang terkadang membuat lupa diri

menjadi pribadi yang lebih berfungsi tinggi

Usai pelantikan, Kepala BBPP Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt. M.Si, mengucapkan terima kepada seluruh pejabat struktural yang sudah dilantik menjadi pejabat fungsional. Kemudian dalam pertemuan singkat Wasis menyampaikan secara umum tranformasi dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan yang meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.

Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan atau transformasi.

Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa kita pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.

Manusialah yang menjadi objek terjadinya perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui ketika kita membandingkan masyarakat pada zaman sekarang dengan masyarakat pada waktu yang lampau suatu proses yang terus menerus berlangsung.T2S/Wan


Page 14

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu
Kepala BBPP Batu, Dr Wasis Sarjono SPt MSi dan suasana pelatihan kerja sama RI – Korea.

Pelatihan luar biasa kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Korea Institute For Animal Product Quality Evaluation (KAPE) dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kota Batu, di Songgoriti, Kota Batu, Jawa Timur.

Pelatihan yang sudah dilaksanakan bertahun-tahun di Korea Selatan ini, akhirnya tahun ini dilaksanakan di Indonesia. BBPP Batu terpilih menjadi tuan rumah pelatihan Building Bon Livestock Produck Quality Evaluation Technology Development With Traceability System.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Pelatihan yang dilaksanakan secara Hybrid ini dibuka hari ini (30/11/2020) selama lima hari. Ikut hadir dalam pembukaan pelatihan Anggota Komisi IV DPR RI Dapil Jatim, Drs H Hasan Aminudin, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Pertanian, Prof Dr Ir Dedi Nursyamsyi M Agr, Direktur Pemasaran Hasil Peternakan, Dirjen PKH, Dr Ir Yulistyo MSc.

“Kami berterima kasih atas kepercayaan Kapuslatan kepada Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu, bagi kami hal ini merupakan kehormatan karena dari 10 UPT yang diseleksi, akhirnya BBPP Kota Batu menjadi pilihan bagian SDM,” ujar Kepala BBPP Batu, Dr Wasis Sarjono SPt MSi.

Menjadi tuan rumah merupakan sebuah kehormatan bagi BBPP yang sudah menjadi tuan rumah 3 kali pelatihan berskala internasional.

Terlebih pelatihan yang dilaksanakan selama lima hari, mulai hari ini hingga 5 Desember 2020 ini sudah dilaksanakan di Korea bertahun-tahun dan tahun ini akhirnya dilaksanakan di Indonesia.

Kelebihan pelatihan ketika dilaksanakan di Indonesia, menurut Wasis kasus-kasus yang diangkat dalam pelatihan ini benar-benar mencerminkan kondisi yang ada di Indonesia dengan panduan dan pendekatan inovasi yang mengacu pada model pengembangan industry peternakan global model Korea.

Pelatihan yang dilaksanakan ini adalah tentang pengolahan produk peternakan asal ternak daging. Dalam pelatihan ini peserta diajak memahami berbagai kegiatan dan kebijakan produk peternakan untuk mengarahkan perkembangan industry peternakan global dengan menggunakan model Korea.

Pelatihan ini juga memberikan peluang benchmarking bagi pengembangan industry peternakan (daging, babi, ayam, bebek dan telur) melalui program pelatihan. Memahami kualitas dan keamanan sistem control pangan dalam produksi dan sistem penelusuran distribusi ternak.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Sekaligus untuk memandu pengembangan kebijakan lokal, teknik pertukaran dan pengembangan perusahaan bersama di bidang peternakan. Menurut Wasis, pelatihan ini menjadi menarik, karena biasanya pelatihan dilaksanakan hanya untuk meningkatkan ketrampilan sikap, namun pelatihan yang dilaksanakan di BBPP ini komplit. Karena setelah diberikan materi, para peserta melakukan diskusi kemudian diimplementasikan dengan pendekatan metodologi.

Pelatihan ini diikuti oleh peserta dari 10 UPT Teknis Kementerian Pertanian, ada yang dari Banjarnegara, Kupang, Batu, Grati dan beberapa UPT lainnya. Pemateri dalam kegiatan ini adalah Stragic Planning Division/Internationalization Project and ODA, MS Onyu Jeong.

Ada empat materi utama yang disajikan pertama tentang understanding of laws and organization, Animal Product Quality Evaluation of Korea, Korea Livestock (beef, pork & poultry) Traceability system dan trade and distribution of livestock products.

“Pelatihan secara virtual ini hanya pengantar, selanjutnya peserta akan difasilitasi tiga fasilitator dari Balai Batu,“ ujar Wasis. Ia berharap setelah pelatihan ini masing-masing peserta membuat action plan yang dibuat secara spesifik disesuaikan dengan karakter masing-masing UPT.


Page 15

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yaitu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam menghadapi persaingan global. Berkaitan dengan itu, ada dua hal penting menyangkut kondisi sumberdaya manusia pertanian yang perlu mendapatkan perhatian yaitu sumberdaya petugas dan sumberdaya petani. Kedua sumberdaya tersebut merupakan pelaku dan pelaksana yang mensukseskan program pembangunan pertanian

Salah satu sumberdaya manusia petugas pertanian adalah kelompok Penyuluh Pertanian, di mana Penyuluh Pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau berhadapan langsung dengan petani. Hal ini dinilai sangat penting guna mendukung tugas di lapangan sekaligus menyikapi  kendala yang dihadapi dalam kegiatan penyuluhan pertanian yaitu jumlah tenaga yang terus  kurang sementara 267 juta orang penduduk perlu diberi asupan yang memadai.

Inilah yang mendasari pemerintah melalui Kementerian Pertanian melakukan sertifikasi sebanyak 4.855 penyuluh Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL TBPP) lulusan SMK Pertanian/ SLTA Non Bidang Pertanian dan sederajat, DII serta DIII, sampai S1 yang tidak linier rumpun pertanian menjadi ASN Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). 

Kegiatan sertifikasi ini mengacu pada instruksi Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo yang menegaskan bahwa penyuluh adalah garda terdepan pembangunan pertanian nasional selaku pendamping dan pengawal petani. Menteri Pertanian menekankan pentingnya pembangunan pertanian dengan melibatkan dan menghidupkan peran penyuluh sampai tingkat Kecamatan. “Negara harus hadir di tengah – tengah petani melalui pelayanan yang optimal.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan sertifikasi kompetensi sumber daya manusia sektor pertanian (THL-TBPP) lingkup Kementerian Pertanian RI dilakukan untuk memberikan pengakuan kompetensi profesi penyuluh pertanian melalui sertifikasi kompetensi kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 

“Sertifikasi kompetensi merupakan proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi kerja nasional Indonesia standar Internasional dan atau standar khusus sertifikasi kompetensi SDM sektor pertanian lingkup Kementerian Pertanian,” jelas Dedi.

Pelaksanaan sertifikasi profesi bidang penyuluh pertanian level Fasilitator gelombang ke-3 tanggal 6-7 November bertempat di Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu, dihadiri LSP Kementan, aseosor, pejabat eselon 4 dan 3 serta asesi sebanyak 60 orang yang berasal dari  kabupaten Lumajang 17 orang, Kabupaten Probolinggo 40 orang dan Kabupaten Bondowoso  3 orang. 

Dalam pembukaan acara, Sekretaris  Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian

Dr. Ir. Siti Munifah, M.Si mengamanatkan peranan penyuluhan dikatakan berhasil jika individu-individu petani mau menerima dan menerapkan alternatif inovasi pertanian yang paling tepat bagi usaha tani. 

Oleh karena itu penyuluh pertanian berupaya agar petani belajar untuk sampai pada mau mengambil keputusan untuk mau menerima dan menggunakan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas usahatani mereka. Maka dari itu sangatlah penting untuk mengetahui seberapa besar peranan penyuluhan untuk pembangunan pertanian.

“Penyuluh harus bisa merealisasikan target – target pemerintah diantaranya adalah peningkatan produksi dan komoditas lain dengan syarat harus lolos dari sertifikasi ini sehingga memenuhi standar SDM. Sertifikasi penyuluh ini meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap kerja dan juga bisa dibentuk kode etik penyuluh,” ucapnya.

Lebih lanjut “wanita satria” yang akrab dipanggil  Siti Munifah berpesan kepada penyuluh yang mengikuti sertifikasi agar bisa turut serta dalam pembangunan pertanian. 

“Kami berpesan tunjukkan loyalitas kerja dedikasi kerja Bapak/Ibu untuk mendukung dan menjadi bagian penting dalam pembangunan pertanian disamping itu tidak perlu egois tapi harus saling bantu satu sama agar pelaksanaan sertifikasi dapat dilalui dengan baik. Ini adalah moment terakhir buat perjuangan bapak/ibu semua karena melibatkan, berbagai instansi  BKN, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri,  Sekretaris Negara yang juga selalu mensuport,” ucapnya.


Page 16

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Proses kompetensi SDM peternakan dimulai dengan bergabung peternak melalui komunitas beternak dalam kelembagaan peternak, sehingga dapat memperoleh pengalaman, informasi dan pengetahuan dari sesama peternak anggota kelompok yang berhasil dalam usaha peternakannya.

Kelompok juga dapat menjadi media untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota, sebagai unit produksi yaitu kelompok dapat mencapai skala ekonomi yang efesien dalam memproduksi usahanya serta sebagai wahana kerjasama diantara sesama anggota, kerjasama dengan kelompok atau pihak lain sehingga   produktivitas kelompok dan masing-masing anggota menjadi meningkat juga sebagai kelompok usaha.

Pertemuan rutin Kelompok tani Anggrek Dusun Dresel Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu Kota Batu yang dilakukan 2 kali dalam sebulan kali ini sangat istimewa karena dihadiri oleh seluruh anggota sebanyak 40 orang, acara pertemuan dilaksanakan dirumah ketua Kelompok Ismail. Pertemuan rutin
dalam rangka sosialisasi penyusunan Rencana Devinitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) tahun 2021, Minggu  (18/10/2020). 

Hadir dalam acara sosialisasi tersebut penyuluh lapang Purwito, S.ST serta Karel Daniel Isak SIR, SP, M.Agr, sebagai narasumber dari Balai Besar Pelatiham Peternakan (BBPP) Batu.

Menurut Purwito kelompok tani Anggrek yang baru dibangun 3 tahun silam memiliki sapi perah sebanyak 130 dengan produksi susu 15 liter /ekor/hari. Sebagai kelompok yang baru berjalan namun tidak pernah takut jatuh apalagi peran dari penyuluh lapang BPP Kostratani Batu yang terus setia mendampingi para petani sekalipun masalah selalu mengitari seperti ; Ketersediaan pakan, Harga jual susu belum stabil, Sapi perah kurang memenuhi kualitas yang baik dan pergeseran lahan menjadi obyek wisata. 

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Sementara Karel Daniel Isak SIR, SP, M.Agr, mengatakan pentingnya para petani yang tergabung dalam kelompoktani Anggrek memahami tentang Rencana Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) hanya dengan itu petani akan bisa mencapai target swasembada dan meraih sukses dalam pengelolaan usaha taninya.

Rencana Definitif Kelompok (RDK) adalah rencana kerja uasahatani dari kelompoktani untuk 1 (satu) tahun, yang disusun melalui musyawarah dan berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama pengelolaan usahatani.

Sedangkan RDKK adalah pesanan kelompok tani terhadap sarana produksi pertanian dan biaya lainnya untuk satu musim tanam sebagai hasil dari musyawarah Kelompok tani yang memuat jenis, jumlah, jadwal waktu yang dibutuhkan dan sumber dana untuk pembeliannya (baik swadana atau kredit), sasaran yang ingin dicapai adalah agar masing-masing petani dapat menentukan, berapa jumlah sarana produksi yang diperlukan, baik dengan swadana maupun dengan fasilitas kredit.   Demikian juga kebutuhan biaya lainnya, mengingat kredit yang disediakan Pemerintah penyalurannya bukan lagi secara massal, melainkan selektif sesuai dengan kebutuhan petani.  

Penyusunan RDK/RDKK merupakan kegiatan strategis yang harus dilaksanakan secara serentak dan tepat waktu, sehingga diperlukan suatu gerakan untuk mendorong Poktan menyusun RDK/RDKK dengan benar dan sesuai dengan kebutuhan petani. 

Rencana Definitif Kelompok (RDK) disusun untuk perencanaan kegiatan pengembangan usahatani kelompok, termasuk kebutuhan sarana produksi pertanian (Saprotan), dalam jangka waktu satu tahun.

RDK merupakan bahan dalam penyusunan programa penyuluhan desa dan selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan usulan penyelenggaraan penyuluhan tingkat desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes).

Karel melanjutkan, mengingat kemampuan petani dalam penyusunan RDK/RDKK masih terbatas, maka penyuluh pertanian perlu mendampingi dan membimbing Kelompoktani Anggrek. Penyuluh pertanian di setiap desa/kelurahan harus bertanggungjawab dalam pelaksanaan pendampingan penyusunan RDK/RDKK.

Ini memang masih sangat mendasar, belum memenuhi keinginan dari Menteri Pertanian bahwa RDK/RDKK berbasis elektronik, namun.secara pasti kita akan mengarah kesitu.

Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si.
Pengembangan usaha sapi potong dapat terlaksana dengan baik jika ditunjang selain dengan aspek produksi juga dari aspek manajemen usaha sapi potong yang dipengaruhi oleh tingkat kompetensi peternak.

Kita harus meningkatkan produktivitas peternak kita melalui program pelatihan yang akan kita susun berdasar kebutuhan peternak itu sendiri. Mulai dari pelatihan pakan ternak, produksi termasuk meningkatkan inseminasi itu sendiri. Target kita memang terjadi peningkatan produksi sebagai contoh sekarang produksi  susu 15 liter /ekor/hari melalui pelatihan harapan para peternak peningkatan produksi susu  menjadi 25 liter/ekor/hari dapat diwujudkan.


Page 17

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Kementan RI di bawah kepemimpinan Sahrul Yasin Limpo, berkomitmen menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi menciptakan berbagai peluang bisnis berbasis agro. 

Agro edu wisata dapat dimaknai menawarkan konsep pengalaman kepada pengunjung tentang kehidupan daerah pertanian. Pengunjung mendapat kesempatan untuk melakukan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh petani dan nelayan. Pelibatan wisatawan dalam penggunaan lahan dan komoditas pertanian, atau fasilitas terkait yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Jenisnya cukup banyak, tergantung komoditas apa yang ingin ditonjolkan tentunya dengan menekankan prinsip-prinsip pendidikan dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu
Kegiatan penyiapan kawasan edu wisata.

Berbagai kegiatan kreatif ekonomi terlihat dari tumbuhnya beragam aktivitas di hulu-hilir, hingga bentuk penyajian produk serta sinergisme dengan sektor terkait.

Di wlayah Malang Raya, segmen pasar wisata semakin besar dengan eksploitasi yang lebih besar pula untuk melakukan perjalanan wisata yang lebih berkualitas. Kondisi ini menyebabkan makin tingginya permintaan perjalanan wisata dalam bentuk wisata minat khusus. 

Peluang pengembangan agro ekowisata di Malang Raya khususnya Kota Batu sedang berkembang, karena adanya kecenderungan wisnu dan wisman untuk memenuhi kebutuhan meraka, seperti mencari gambaran baru tantang sisi lain kehidupan yang mereka  tak dapatkan di tempat asalnya. 

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Pengembangan agro eduwisata menjadi penting, diantaranya sebagai alternatif upaya diversifikasi atau pemulihan perekonomian dampak covid-19, sebagai proses pembelajaran dan penumbuhan kecintaan terhadap sektor pertanian, dapat dikembangkan oleh siapapun dengan mengedepankan setiap budi daya baik tanaman hortikultura, perkebunan, tanaman pangan, hingga peternakan, dan perikanan.

Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si, mengatakan BBPP Batu memiliki alam dan tampilan yang menarik terletak di dataran perbukitan yang diapit oleh Gunung Panderman, Gunung Banyak, dan Gunung Arjuna.

“Sebagai Unit Pelaksana Teknis di bawah BPPSDMP Kementan RI, BBPP Batu banyak potensi yang dapat menopang kegiatan Agro Edu Wisata, seperti kambing perah (Saanen), sapi perah Peranakan Fries Holand, ayam KUB, sapi potong, belum lagi bukit yang pada awalnya semak belukar disulap, dengan   ditanamai macam-macam buah-buahan seperti, anggur, kelengkeng, pisang cavendish, termasuk pakan hijauan ternak seperti endigovera, odot, rumput pakchong. Mudah- mudahan kedepan dapat dijadikan sarana wisata sekaligus pembelajaran terutama anak-anak sekolah untuk dapat mencintai dunia pertanian,” kata Wasis.


Page 18

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di propinsi Jawa Timur, memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang cukup besar.

Sektor pertanian termasuk sektor unggulan, dapat menjadi tumpuan perekonomian masyarakat Kabupaten Bojonegoro.

Tidak hanya Padi yang menjadi produk utama hasil pertanian, tetapi juga Jagung, Bawang merah, Kacang tanah, dan tembakau.

Jumlah Petani yang berada di Bojonegoro terbagi dalam 1.526 kelompok tani dari 28 Kecamatan.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Adanya alat canggih pertanian bantuan Kementerian Pertanian yang dapat digunakan oleh petani  seperti Hand traktor, mesin pemotong padi, dan beberapa mesin canggih yang lainnya mampu mengatasi kurangnya tenaga kerja.

Dari hasil pemanfaatan peralatan canggih yang digunakan, potensi alam yang mendukung dan kemampuan SDM yang dimiliki oleh petani sekitar dapat mewujudkan hasil pertanian yang meningkat setiap tahunnya. 

Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi lahan pertanian cukup luas sehingga sangat berpeluang menjadi lumbung pangan untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Berbicara pertanian, termasuk didalamnya mengolah hasil pertanian sehingga memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat tani.

Undang-Undang Desa No 6 tahun 2014, desa memiliki kewenangan luar biasa untuk mengelola potensi desanya. Apalagi di dukung dengan dana desa yang digelontorkan pemerintah pusat.

Untuk mewujudkan desa sebagai pilar ketahanan pangan,  Keberadaan BPP Kostratani akan merubah desa yang mampu menghidupi dirinya sendiri, mensubsidi desa lain bahkan menjadi ketahanan pangan nasional.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyampaikan bahwa Kostratani adalah gerakan pembaharuan pertanian untuk mendorong keberhasilan pembangunan pertanian.

“Gerakan Kostratani akan kita perkuat. Karena, Kostratani akan menjadi tempat pusat data dan informasi. Kita bisa memantau perkembangan pertanian daerah dengan memanfaatkan Kostratani. Oleh karena itu, kita butuh dukungan SDM yang berkualitas yang bisa bekerja maksimal,” tuturnya, Sabtu (22/08).

Hal senada, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Prof. Dedi Nursyamsi mengutarakan 
Penguatan BPP Kostratani untuk mendukung gerakan pembangunan pertanian dilakukan dengan berbagai cara.

Seperti pendampingan dan pengawalan gerakan pembangunan pertanian dan kolaborasi penyuluh pertanian dan petugas teknis fungsional lainnya, terang Dedi Nursyamsi.

Lebih lanjut Prof. Dedi, mengatakan bahwa BPP saat ini sedang ditransformasikan menjadi Model BPP Kostratani. Transformasi ini akan dilakukan bertahap hingga tahun 2021.

“Negara kita sangat luas, perlu IT untuk menembus ruang dan waktu. Saat ini jika kita mau maka kita bisa terhubung langsung ke Papua dan Aceh. Makanya BPP harus diperkuat dengan IT dan terhubung dengan Agriculture War Room (AWR) di Kementerian Pertanian,” jelas Dedi.

Ia menambahkan keberadaan BPP sebagai sarana transfer ilmu dari penyuluh pertanian kepada petani diwilayah kerjanya. Sudah saatnya diera sekarang petani dan penyuluh mampu memanfaatkan teknologi. 

Tidak ada proses tawar menawar lagi perlunya BPP Kostratani sebagai pusat data statistik terhubung dengan AWR. Konsekuensinya kompetensi penyuluh harus ditingkatkan kapasitas dan kapabilitasnya terutama dalam penguasaan IT. Hal ini penting agar memudahkan para pengambil kebijakan di Kementerian Pertanian maupun pemerintah daerah untuk bertindak cepat memberikan respon terhadap perkembangan yang berlangsung di lapangan. 

BPP Kostratani perlu dukungan seluruh elemen pertanian supaya data pertanian bisa mengalir dengan cepat. Pengalaman membuktikan dengan adanya Covid-19 ternyata transformasi digital bisa berjalan dengan sangat cepat. Oleh karena itu suka atau tidak suka harus siap menghadapinya. 

Sementara Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si,, mengaku memiliki tanggung jawab untuk mendampingi BPP Kostratani di kabupaten Bojonegoro, BPP yang belum terkoneksi ke AWR sebanyak 28 BPP.

Untuk sementara dalam tahap awal akan dilakukan di 12 (dua belas) BPP yaitu BPP Kapas, BPP Ngasem, BPP Padangan, BPP Kanor, BPP Margomulyo, BPP Malo, BPP Bubulan, BPP Sugih Waras,  BPP Sekar, BPP Temayang, BPP Purwosari dan BPP Tambakrejo.

Ke dua belas BPP menjadi tanggung jawabnya untuk didampingi bertransformasi menjadi BPP Model Kostratani dan terkoneksi dengan AWR di Kementerian Pertanian.

Harapannya jika terjadi gangguan sinyal dan internet belum stabil di BPP, Dinas Pertanian dapat membantu untuk mengakses data dari setiap BPP.

“Disinilah pentingnya kita berkoordinasi dengan pihak dinas pertanian,” terang Wasis. 


Page 19

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Prof.Dedi Nursyamsi, mengatakan penyuluh adalah garda terdepan. Jika penyuluh semangat, petani juga semangat dan pertanian akan terus terjaga. Karena penyuluh yang semangat akan turun ke lapangan mendampingi petani dan memastikan produksi tetap berlangsung, kehadiran Balai Penyuluhan Petanian sekaligus  untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penyuluh.

Lebihlanjut Dedi mengatakan BPP Kostratani ini adalah rumahnya penyuluh. Di Kostratani ada data dan informasi yang bisa mereka manfaatkan, Kostratani juga menjadi pusat pengembangan pertanian, dan juga sebagai pusat pembelajaran. “Makanya kita perkuat BPP Kostratani dengan pengadaan komputer, modem, dan internet untuk memastikan BPP Kostratani memiliki IT,” tuturnya.

Sementara Kepala Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kota Malang Ir. Diah Ayu Kusumadewi, MT, ditemui saat melakukan panen ubinan di kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun mengatakan memberikan apresiasi atas konsennya Kementerian Pertanian dalam membangun BPP Konstratani. Salah satu BPP  dikota Malang yang mungkin dapat menjadi calon BPP Konstratani diperode berikutnya adalah BPP Sukun. 

Dalam kesempatan panen ubinan yang dihadiri Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kota Malang, Kepala Bidang Pertanian, kepala seksi,  seluruh koordinator penyuluh, seluruh penyuluh BPP Kecamatan Sukun, Kota Malang.

Perkembangan teknologi pertanian khususnya teknik penanaman  tanaman padi sangatlah penting bagi petani. Karena dengan sistem tanam  diluar dari kebiasaan petani,  tingkat perkembangan tanaman sampai produktivitas kurang maksimal.

Dengan adanya demplot percontohan padi menggunakan sistem jajar legowo Legowo 2:1 yang komandani Koordinator BPP Sukun Very Tubagus Irianto,  SP. dikelompok tani Sederhana Kelurahan Bandulan kecamatan Sukun kota Malang memberikan banyak pelajaran bagi anggota kelompok tani khususnya dan masyarakat petani sekitar pada umumnya.

Lahan yang digunakan tanah bengkok/milik pemerintah kota yang dikelola Jumali selaku pengurus kelompok tani Sederhana, dengan varietas padi Ciherang jarak 25 cm x 25 cm, realisasi tanam tanggal 25 April 2020 dengan umur pindah tanam 15 hari.

Setelah tanam tentunya ada pengamatan dan pengawalan yang dilakukan baik dari BPP maupun Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kota Malang dengan hasil perkembangan tanaman sangat baik, adapun hama yang menyerang adalah sundep dengan presentase 5% dengan tindakan melakukan penyemprotan insektisida sistemik. dengan demikian hasil yang kita dapat setelah panen dengan melaksanakan ubinan pada tanggal 18 Agustus 2020 adalah untuk hasil ubinan 4,56 x 1,6 = 7, 3 ton  produktivitas antara 7-8 ton/ha.

Diah, srikandi dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang lebihlanjut mengatakan bahwa dari hasil ubinan demplot yang kami panen menghasilkan 4.56kg untuk varietas Ciherang. Jika hasil ubinan kita kalikan dengan jumlah luasan, maka hasilnya 7 sampai dengan 8 ton per hektare,” kata Diah.

Meski demikian, hasil ubinan tersebut bukan jaminan angka yang pasti, sebab kondisi tanaman padi dalam luasan satu hektare tentu tidak sama. Namun, Diah memastikan bila hasil ubinan itu tidak akan jauh beda dengan hasil riil ketika semua tanaman di panen. Paling kalau sudah kita panen semua, sudah kita prediksi mampu menghasilkan kisaran 7,5-8 ton.

Hasil itu bisa dikatakan cukup bagus dengan kondisi sekarang yang musim kemarau. Produktivitas padi rata-rata mengalami penurunan pada subround sub round II (Mei -Agustus), sub round III (September-Desember) karena iklim, pungkas Dian.

Ditempat terpisah Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si, sebagai penanggungjawab LTT untuk Kota Malang, Demplot salah satu bentuk menarik minat masyarakat atau petani dalam membudidayakan tanaman padi. Penyuluh BPP Sukun yang membuat demplot bertujuan untuk memotivasi masyarakat atau petani dalam bercocok tanam dan menggunakan teknologi untuk meningkatkan hasil produksi khususnya tanaman padi sawah. 

Penggunakan sistem tanam jajar legowo adalah  Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan dimana semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat.

Jajar legowo juga mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus serta menekan serangan penyakit karena pada lahan yang relative terbuka, kelembaban akan semakin berkurang sehingga serangan penyakit juga akan berkurang.


Page 20

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Tidak mudah menjadi anak petani, apalagi jadi petani. Pakaian berlumur tanah, kulit bermasker lumpur, rambut bau matahari, dan tubuh bermandikan peluh. Itulah gambaran kasar sosok petani. Gambaran yang jauh dari benak anak-anak milenial.

Generasi milenial adaptif terhadap teknologi, berjiwa wirausaha agribisnis, berorientasi ekspor serta menjadi agents of changes dalam pembangunan pertanian, utamanya penyebaran informasi pertanian bagi stakeholders dan modernisasi pertanian.

Pengembangan sistem informasi pertanian diperuntukkan bagi kepentingan penyebaran informasi baik secara internal maupun secara eksternal dengan maksud memberikan layanan terhadap informasi secara cepat, tepat, akurat dan kekinian.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Prof. Dedi Nusyamsi mengajak kaum milenial Indonesia tidak gengsi untuk terjun ke dunia pertanian.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Menurut Dedi, pertanian adalah sektor prioritas dengan jumlah pintu pasar paling banyak di dunia. Sehingga peluang usaha untuk ekspor produk pertanian sangat menjanjikan.

Salah satu generasi milenial yang menjadi pelopor dan penggerak sektor pertanian adalah Uus permana petani milenial yang berasal dari Desa Cibodas Kecamatan Pasir jambu kabupaten Bandung. Alumni pelatihan Limbah 2007 di BBPP Batu.

Tidak pernah terbesit dalam dipikirannya bahwa Uus kecil menjadi petani saat ini masih diidentikkan dengan pekerjaan yang bergulat ke tanah, kotor, dan tinggal di desa. Stigma yang melekat pada petani sebagai orang miskin juga masih terdapat di masyarakat.

Apalagi, saat itu banyak fenomena anak muda lebih memilih untuk bekerja di pariwisata atau perbankan daripada menggeluti profesi menjadi petani. Akibatnya, pertanian di daerahnya menjadi tertinggal karena para anak muda merantau atau menjadi tukang ojeg.

Untuk itu, Uus Permana ingin memberi pesan kepada generasi milenial agar meninggalkan rasa gengsi menjadi petani. “Kembali ke alam itu buat saya luar biasa. Itu akan membangun mental kita menjadi tangguh, paling tidak banyak inspirasi yang akan kita dapat, akhirnya kita berbagi dari hasil-hasil pertanian. Yang penting sekarang hilangkan rasa gengsi jadi petani itu,” jelasnya. 

Mengawali pembicaraannya Uus yang memiliki perawak gempal mengatakan dirinya pernah belajar pengolahan pupuk organik di BBPP Batu. “Saya langsung ngolah kompos, dari mulai 500 ton sampai pernah tahun  2013 kami berhasil ngolah kompos sekaligis memasarkannya sebanyak 11.650 ton,” ujarnya.

Dari keuntungannya ia menyisihkan 7% yang penggunaan anggarannya bukan hanya santunan terhadap anak yatim dan duafa juga perbaikan sarana ibadah, hitanan masal, juga yang terakhir kita beli sawah seluas 1.800 m² yang seluruh hasil padinya khusus untuk sosial.

Dari hasil kegiatan tersebut kita bisa mempekerjakan 48 orang yg terlibat langsung di gudang, dan 200 orang lagi terserap sebagai tenaga kerja harian lepas di 20 kelompok binaan. Ketika  ditanya tentang kurikulum pelatihan limbah, Uus menjawab sambil tersenyum, kalau mengenai kurikulum yang pernah saya rasakan itu sudah sangat baik sekali epektip buktinya saya bisa menjalankan sampai saat ini.

Ia berharap pada Kepala Balai agargenerasi muda bisa tetep nambah ilmu sesuai dengan tuntutan jaman. “Artinya karena sekarang sudah zaman IT, kami berharap teknologi ini juga menjadi rujukan buat kami,” ungkapnya.

Lebihlanjut Uus berharap, bahwa dirinya mempunyai penerus yang akan digembleng agar menjadi generasi penerus.. Ia ingin dapat mengikuti pelatihan pengolahan susu karena kelomponya sedang membuat sistandu berbasis peternakan sapi perah bekerja sama dengan Universitas Tri Sakti Jakarta. 

Dihubungi melalui jaringan seluler Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si, mengatakan mengenai permintaan pelatihan susu dan turunannya tentu akan menjadi prioritas, nanti pada saat pelatihan cara konvensional kemudian untuk sementara bisa saja dilakukan secara online.

Wasis juga berpesan agar generasi milenial terus mengembangkan sayap dan menciptakan generasi generasi penerus harapan bangsa, agar negara kita dengan sebutan sebagai negara agraris betul-betul dapat diwujudkan.


Page 21

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Kementan RI melaui BBPP Batu gelar seminar Juru Sembelih Halal (Juleha) di tengah pandemi covid 19, Selasa (28/7/2020).

Seminar ini dibuka oleh Dr.Wasis Sarjono S.Pt M.Si, Kepala BBPP Batu. Dalam sambutanya Wasis menyampaikan kegatan ini dengan harapan dapat memberi pencerahan kepada masyakat terutama para juru sembelih baik yang profesinya sudah menjadi juru sembelih di rumah potong hewan ataupun yang mejadi juru sembelih hanya melakanakan pada saat moment-moment tertentu saja. Tetapi secara umum para juru sembelih tersebut sebentar lagi akan punya hajad besar yaitu dengan datangnya hari raya idul adha namun saat ini peristiwa hari besar tersebut di tengah – tengah wabah pandemi covid- 19.

Seminar kali ini menghadirkan beberapa narasumber, yaitu Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri. MS Dosen dan pengasuh PP Bahrur Maghfiroh Kota Malang dr. Fauzul Wildan Suaidi Kasie Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan kota Batu, Lestari Aji, SP. M.A.gr Kabid Peternakan dan Perikanan Dinas pertanian Kota Batu, drh Widya Ayu Prasdini, M.Si Widyaiswara Madya BBPP Batu dan drh Reni Indarwati, M.Si Widyaisawara Madya juga dari BBPP Batu.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu
Arahan dari KaBalai BBPP-BATU pada pembukaan Seminar Juleha

Menurut Prof Bisri yang kali ini menyampaikan materinya tentang Pemotongan Hewan Kurban Sesuai Syariad Islam, bahwa kita harus terus menerus menyosialisasikan, memberikan pengetahuan dan melatih keahlian cara memotong hewan kurban sesuai syar’i dan sehat.

“karena sejauh ini, kita masih melihat dan mendengar kegiatan penyembelihan hewan qurban kurang memperhatikan aspek syar’i dan kesehatan yang berpedoman pada “ASUH” (Aman Sehat Utuh Halal)”  disamping itu peran juru sembelih di masjid dan mushola menjadi sangat penting dalam memastikan pelaksanaan penyembelihan hewan qurban agar memenuhi persyaratan syariat Islam dan standar protokol kesehatan,” katanya. 

Menurut Fauzul penerapan protokol  kesehatan bagi petugas penyembelihan dan penanganan daging qurban juga harus di perhatikan karena pedoman ASUH tidak hanya untuk cara penyembelihan dan ternaknya saja tetapi juga penanganan dagingpun harus berpedoman ASUH. Terkait tata laksana yaitu menyembelih dengan halal ada syarat mendasar yang masih banyak belum dilakukan.

Diantaranya penyembelih harus suci dari hadast kecil maupun besar, pada kesempatan yang sama Lestari Aji, SP. M.A.gr menyampaikan tahapan – tahapan persiapan antara lain koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Batu untuk protokol Kesehatan mulai kegiatan jual beli sampai pelaksanaan pemotongan hewan.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu
Fasilitator  sedang menyampaikan materinya

Termasuk pemeriksaan pedagang hewan kurban yang berasal dari luar Kota Batu, koordinasi dengan Fakultas Kesehatan Hewan Universitas Brawijaya Malang untuk pendampingan pelaksanaan pemotongan hewan kurban di 24 desa / kelurahan.

Kemudian tahapan pelaksanaan diantaranya pelaksanaan pemotongan hewan kurban akan dilaksanakan mulai tanggal 31 Juli sampai dengan 2 Agustus 2020. Titik pemotongan hewan kurban diperkirakan 200 lokasi yang tersebar di 24 desa / kelurahan.

Tenaga pendamping yang terlibat diperkirakan sekitar 70 orang (masyarakat, dosen dan mahasiswa FKH UB, Tim teknis Dinas Pertanian),.pemeriksaan  dilakukan pada hewan kurban yang akan disembelih  terdiri dari: Pemeriksaan Ante Mortem meliputi pemeriksaan suhu (sapi 37-38o C; kambing / domba 38-40 o C), umur cukup (poel 1), kondisi sehat dan tidak ada kecacatan. Khusus untuk ternak betina tergolong yang sudah tidak produktif dan Pemeriksaan Post Mortem meliputi pemeriksaan daging dan jeroan tidak mengandung cacing dan tidak ditemukan kelainan. 

Menurut drh Ayu persyaratan hewan qurban ada di pasal 5 dan 6 permentan RI no 114/permentan/PD.410/9/2014 menyebutkan ternak tersebut harus sehat tidak cacat (buta, pincang, patah tanduk, putus ekor, kerusakan daun telinga), jantan,tidak dikebiri, buah zakar lengkap 2 dengan bentuk dan letak simetris, cukup umur, kambing/domba diatas 1 tahun, sapi /kerbau diatas 2 tahun, unta diatas 5 tahun.

Pada kesempatan yang sama drh Reny juga menyampaikan tentang penanganan dan distribusi daging qurban antara lain buat tim pencegahan, kebersihan, keamanan dan distribusi daging, lokasi jauh dari keramaian, bersih dan teduh, lay-out kegiatan penyembelihan dibuat satu arah, petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).


Page 22

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Limbah peternakan dan hasil ikutan pemotongan ternak sangat bernilai ekonomi tinggi jika dikelola secara terpadu oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan kreatif dan selalu melakukan aktif mengembangkan kemampuan.

SDM berperan penting sebagai agent of change dan merupakan kunci keberhasilan pengelolaan peternakan terintegrasi, khususnya dalam hal pemanfaatan limbah peternakan. Limbah peternakan yang dimanfaatkan dengan benar akan mendatangkan nilai ekonomi sehingga berkontribusi bagi perekonomian perdesaan. Selain itu juga dapat menurunkan efek gas rumah kaca karena emisi gas metana yang berasal dari limbah peternakan dan pemotongagn ternak.

Dalam menghadapi permasalahan pengolahan limbah peternakan dan pertanian di lingkup kerja BPP kecamatan Kepanjen kabupaten Malang, BPP binaan BBPP Batu dan cikal bakal sebagai BPP percontohan. Tanggal  20 Juli 2020, sejumlah aparat penyuluhan yang didampingi oleh perangkat desa dan kelompok tani melakukan saresehan di divisi pengolahan limbah ternak BBPP Batu.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Disamping untuk mempelajari teknologi pengolahan limbah ternak  sekaligus mencari penyelesaian masalah dalam pengelolaan limbah peternakan yang timbul di BPP Kepanjen Kabupaten Malang.

Rombongan dari BPP Kepanjen diterima oleh Kepala Bagian Umum BBPP Batu Sugino, SP, MSi. Dalam sambutannya, Sugino menyampaikan bahwa kehadiran dari BPP Kepanjen kabupaten Malang sangatlah penting untuk meningkatkan kapabilitas aparat penyuluh pertanian beserta kelompok tani untuk memajukan sektor pertanian peternakan. Seiring berjalannya waktu permasalahan di dunia pertanian turut berkembang sehingga membutuhkan penanganan serta kebijakan yang tepat untuk menyelesaikannya. 

Sesuai dengan strategi Kementerian Pertanian yang dikomandoi oleh Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang meminta kepada seluruh elemen instansi pemerintah khususnya dilingkup kementerian pertanian untuk terus meningkatkan kompetensi baik pengetahuan, sikap dan ketrampilan.

Selaras dengan Menteri, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi ikut memberikan semangatnya untuk petani dan penyuluh agar terus mengupgrade kopetensinya walau di tengah tengah wabah pademi Covid 19. “Kita tidak boleh menyerah tidak boleh putus asa,” tegas Dedi.

Limbah ternak menjadi salah satu pilihan tim BPP Kepanjen, dengan didampingi oleh tenaga teknis Heru Sari Purnomo, SST, menjelaskan bahwa konsep pengolahan limbah harus didasari oleh prinsip menurunkan dampak negatif limbah sekaligus meningkatkan nilai tambah produk olahan limbah. 

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Rombongan BPP Kepanjen mempelajari bagaimana menerapkan pengolahan limbah ternak melalui pengaplikasian biogas. Selama ini permasalahan di masyarakat bahwa untuk mengoperasikan biogas didapatkan beberapa kendala karena minimnya pengetahuan bagaimana mengoperasikan instalasi biogas dengan baik.

Beberapa kendala umum mengenai pengoperasian biogas diantaranya adalah unit biogas rusak serta tidak adanya gas bio yang diproduksi. Permasalahan ini dapat dipecahkan dengan terlebih dahulu memahami mekanisme serta prinsip kerja biogas, selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan pada titik-titik yang diduga menjadi penyebab permasalahan tidak berfungsinya unit biogas dengan baik. 

Permasalahan lain yang dihadapi oleh masyarakat dalam pengolahan limbah diantaranya adalah pemanfaatan limbah pertanian / peternakan menjadi pupuk organik. Praktek yang umum di masyarakat terutama petani adalah menimbun limbah peternakan maupun sisa pertanian dengan tujuan dijadikan pupuk organik.

Metode ini menjadi tidak efektif dalam pembuatan pupuk organik apabila tidak memperhatikan beberapa aspek maupun kriteria penting yang dipersyaratkan. Diantaranya kondisi aerobisitas tumpukan, C/N ratio, pH serta kadar air bahan. Kriteria pupuk organik yang baik diantaranya mengandung hara makro dan mikro yang tidak kurang dari ketentuan, tidak mengandung logam berat, serta mengandung mikroba yang menguntungkan dalam kadar yang mencukupi.  

Diharapkan penyuluh dan kelompok tani memahami aspek maupun kriteria penting dalam pembuatan pupuk organik sehingga mampu melakukan proses produksi pupuk organik sesuai standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.

Diharapkan melalui pengetahuan tentang pengolahan limbah ternak, maka aparat penyuluh pertanian serta kelompok tani dapat meningkatkan produksinya melalui pemanfaatan limbah pertanian peternakan menjadi pupuk organik serta memperoleh nilai tambah dengan memanfaatkan limbah  peternakan pertanian menjadi biogas.

Antusiasnya tim dari BPP Kepanjen, tergambar saat  diskusi yang dilakukan pada unit instalasi pemanfaatan limbah terjadi proses pembelajaran mengenai :

1. Pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan sebagai biogas untuk bahan bakar alternative pemanasan DOC yang selama ini menggunakan elpiji, untuk memangkas biaya 1 siklus produksi ayam / unggas.

2. Memperkenalkan teknologi pengolahan telur asin dengan proses cepat ( 2-3 jam) untuk menghasilkan olahan telur asin yang selama ini siklus produksinya 15 hari.

Semoga kunjungan BPP Kepanjen Kab Malang  akan meningkatkan peran BBPP Batu dalam proses kemandirian petani dan peternak dalam mendukung program kedaulatan pangan menggapai lumbung pangan dunia.


Page 23

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Inovasi merupakan susuatu ide, produk, informasi teknologi, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-pratek baru, yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/ diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujutnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. 

Menteri pertanian menyatakan inovasi terus dikembangkan untuk menuju kesejahteraan petani, dengan inovasi ini akan mempercepat pembangunan pertanian, apalagi bidang perkebunan ini nilai eksportnya sangat tinggi tegas mentan Dr. Syahrul Yasin Limppo, SH. MH. 

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Prof. Dedy Nursyamsi, menyampaikan bahwa di kondisi covid 19 inovasi yang di kembangkan pada tanaman perkebunan dapat menambah nilai imunitas bagi manusia dalam mencegah covid 19 dan nilai eksport bagi bangsa Indonesia yang terus meningkat. 

Inovasi E-SIANI merupakan salah satu pelayanan kepada masyarakat di bidang perkebunan yang meliputi layanan dokter tananaman (Sinanda), pengujian mutu APH dan quality control, pengujian mutu pestisida, pengujian residu pestisida dan logam berat pada hasil pertanian, sertifikasi benih, system pelayanan uji mutu benih (Sijitu) (standar, DNA, dan Kesehatan benih) yang di laksanakan oleh Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya di Jln. Raya Mojoagung – Jombang.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Kepala BBPPTP Surabaya Dr. Drh. Kresno Suharto, MP menyatakan bahwa pelayanan tetap melakukan protokol covid 19 yaitu cuci tangan dengan sabun pada air mengalir, pengunaan masker dan menjaga jarak. Pada kondisi covid 19 ini pelayanan mengunakan pengiriman sampel, teleconfrens, email, zoom meeting. 

Sebagai peningkatan SDM pertanian untuk menambah wawasan, pengetahuan, motivasi, sikap dan implementasi dalam bekerja di bidang PPID, SPI, Abdibaktitani dan pengembangan inovasi, pegawai Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu melakukan study banding/ magang ke Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan pada 13 Juli 2020 lalu. 

Dalam sambutan kepala BBPPTP menyampaikan bahwa dalam pelayanan kepada masyarakat khususnya petani di bidang perkebunan harus yang memberikan dampah peningkatan kesejahteraan petani yang di mulai dari benih sehat.


Page 24

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Di tengah gempuran pandemi Covid-19 yang memukul berbagai sektor, ternyata memberikan angin segar bagi para peternak. Diantaranya ternak kambing merupakan salah satu prospek usaha ternak yang cukup menggiurkan saat ini, karena permintaan susu atau pun daging kambing di pasar cukup banyak, sehingga beternak kambing bisa di jadikan salah satu solusi dalam usaha ternak.

Ternak yang mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai hewan perah selain sapi adalah Kambing Saanen, jenis kambing perah yang fostur tubuhnya tergolong besar. Bobot kambing jantan bisa memcapai kira-kira 60 kg dan betina 30-50 kg. Dengan postur tubuh mencapai tinggi kira-kira 90 cm, sementara betina kira-kira tingginya 80 cm. 

Mungkin masih sedikit dari kita yang sudah mendengar istilah atau nama kambing Saanen. Kambing Saanen memiliki warna bulu dominan putih di seluruh tubuhnya. Kambing Saanen juga memiliki tanduk baik pejantan maupun betinanya. 

Ariffien,  SP. M.Si Widyaiswara Ahli Utama BBPP Batu mengatakan ada beberapa kelebihan kambing Saanen, diantaranya kambing ini  mampu menghasilkan susu dalam jumlah banyak, sehari mampu memproduksi sebanyak 2.5 sd 3 liter susu. Selain itu kambing Saanen mengkonsumsi lebih sedikit makanan perharinya jika dibandingkan dengan kambing Ettawa.

Tak itu saja, kandungan lemak susunya lebih rendah hanya mencapai 2,5 persen hingga 3 persen saja. Inilah yang digemari oleh konsumen susu kambing karena lebih rendah kolesterol.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Hal ini yang membuat orang tertarik untuk membudidayakan kambing Saanen sebagai pilihan untuk memproduksi susu kambing. Suatu peluang usaha baru yang potensial, sebab pasar susu kambing masih terbuka lebar, termasuk produk olahannya.

Tak hanya dijual dalam bentuk susu segar, susu kambing juga bisa diolah menjadi beragam olahan seperti susu varian rasa, kefir, yoghurt, sabun susu, ice cream dan lain-lain. Peluang usaha yang menggiurkan untuk mulai dilakukan. 

Diakui Arifien, tidaklah mudah mengembangbiakkan Kambing Saanen di lingkungan beriklim tropis, mengingat kambing ini berasal dari daerah subtropis. Kambing Saanen ada kecendrungan sensitif terhadap radiasi sinar matahari yang kuat, sehingga sebaiknya pemeliharaan secara intensif di dalam kandang dengan mempertimbangkan kenyamanannya seperti suhu, kelembaban dan angin,” jelasnya.

Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si, Mengatakan kambing Saanen memiliki keunggulan komparatif respon terhadap pakan tinggi, kemampuan pencernaan tinggi mampu menghasilkan susu banyak kelebihan lain tata laksana kandang lebih mudah.

Susu kambing sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan tulang, mengobati diabetes, mengobati gangguan pernapasan, mengobati peradangan kulit menahun (psoriasis), mencegah penyakit syaraf, meningkatkan system kekebalan tubuh, meningkatkan produksi ASI, membantu meningkatkan kecerdasan, dan lebih mudah dicerna. Nah disaat pendemi covid seperti ini minum susu kambing Saanen baik untuk menjaga kesehatan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengamanatkan “Kita terus giatkan pemenuhan kebutuhan produksi ternak, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat”.

Tindaklanjut dari kebijakan kementan, Kepala Badan PPSDMP Prof. Dedi Nursyamsi, menggarisbawahi instruksi Mentan agar penyuluh dan petani tetap produktif di tengah pandemi Covid-19 dengan mematuhi Protokol Kesehatan. “Kenakan masker, jaga jarak, hindari kerumunan dan rajin cuci dengan sabun. Serta mengkonsumsi susu, telur, sayuran segar, buah-buahan, kacang-kacangan yang merupakan penyedia vitamin dan protein,”‘ jelasnya.


Page 25

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Kementan RI cetak santri milenial pertanian. Istilah tersebut sudah tak asing di kalangan muslim Indonesia. Mendengar kata Santri, yang terlintas di dalam benak kita pastinya seseorang yang mengenakan sarung, peci dan tinggal di pesantren.

Santri juga sering digambarkan sebagai orang yang sangat dekat dengan ilmu agama. Santri memang sosok istimewa yang mencerminkan karakter seorang muslim, baik dalam akhlak maupun ilmu.

Dengan semakin berkurangnya jumlah petani, pesantren pesantren tempat kumpulnya para santri memiliki potensi untuk mengembangkan sistem pertanian terintegrasi sebagai upaya mendorong kemandirian di sektor pertanian.

Sebab hampir setiap pondok pesantren memiliki lahan yang luas sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian, tentunya dengan melibatkan para santrinya dengan harapan santri nantinya setelah keluar dari pondok memiliki kemampuan dan syukur bisa menjadi job seeker dan job creator.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Kementerian Pertanian RI terus melakukan terobosan guna meningkatkan produksi berbagai komoditas pertanian melalui peningkatan minat tani generasi muda. Termasuk juga menggarap kalangan santri. Untuk ini Kementan RI telah meluncurkan program Santri Tani Milenial.

Menurut Menteri Pertanian Sahrul Yassin Limpo,  Regenerasi pertanian dinilai penting lantaran kebutuhan pangan di masa depan akan semakin besar sejalan dengan  laju pertumbuhan penduduk.

Sejalan dengan arahan itu Kepala Badan PPSDMP Prof. Dedi Nursyamsi, mengakui jumlah pekerja di sektor pertanian yang mayoritas diisi oleh para petani senior alias kolotnial, maka harus terus didongkrak dengan para petani muda santri milenial merupakan energi baru untuk pertanian kita sehingga kebutuhan pangan untuk 267 juta jiwa dapat terpenuhi.

Terkait dengan itu, Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si, pada saat bincang dengan pimpinan Pondok Pesantren Al Iklas Kiai Abdul Jalil mengatakan keberadaan pesantren menjadi sangat potensial untuk menciptakan regenerasi petani.

Dan tidak menutup kemungkinan untuk para santri karena  mungkin tidak dapat meninggalkan pesantren, pola yang dilakukan BBPP Batu adalah melalui kegiatan Bintek.

Dalam bincang bincang itu, pimpinan pondok pesantren Al Ikhlas Kiai Abdul Jalil yang berlokasi di Kartoraharjo desa Sengguruh Kecamatan Kepanjen Malang mengawali pembicaraannya, bahagia itu bisa didapatkan dari halaman rumah sendiri.

“Kalau kita bisa mendapatkan ayam, telur, sayuran, buah2an, dan lain lain tanpa harus selalu membeli kepasar apalagi disaat seperti covid 19. Kita tinggal melangkah, mau masih pakai daster  juga tidak ada masalah dan tidak  perlu dandan segala, tidak perlu nunggu angkot, tidak perlu berdesakan di pasar kalau cuma mau nyambel. Pokoknya hemat dan membahagiakan,” kata dia.

Para santri meskipun belum terlalu banyak jumlahnya, disamping belajar ilmu agama juga ditanamkan untuk dapat mengurus dan memanfaatkan lahan. Aqua ponik 1.5 tahun sudah dikembangkan di pondok bahkan sejak Februari tahun 2020 sudah dibuat lebih besar.

Kementan RI menanamkan kecintaan terhadap sektor pertanian, harapannya pesantren bisa mendorong produktivitas pertanian dan menghasilkan banyak entrepreneur muda bidang pertanian ketika kembali ke masyarakat.


Page 26

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Kambing PE merupakan kambing dwi guna bisa sebagai kambing perah untuk kambing betina dan sebagai pedaging terutama pejantan.

Secara umum kambing ini memiliki postur tubuh besar telinga panjang menggantung, muka cembung, dan bulu di bagian paha belakang yang panjang, dengan bobot  mencapai 91 kg untuk kambing jantan, dan betina bisa mencapai 63 kg. Namun masih jarang dibudidayakan oleh masyarakat. 

Jika diamati di pedesaan peternak kambing ini masih dalam skala usahanya kecil, pemeliharan rata-rata 2-4 ekor. Baru sebagian kecil peternak yang memelihara kambing jenis ini dengan pola agribisnis.

Konon susu kambing PE dipercaya banyak khasiatnya untuk kesehatan karena memiliki nilai gizi yang tinggi. Sehingga banyak orang yang mengkonsumsi susu kambing PE untuk tujuan kesehatan. Kemudian harga susu kambing PE jauh lebih mahal dari harga susu sapi, bisa mencapai 4-8 kali lipat. Sebuah peluang pasar yang masih terbuka lebar. 

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, untuk terus giatkan pemenuhan kebutuhan produksi ternak, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kementan pun melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) 
yang dikomandani oleh Prof. Dedi Nursyamsi, menegaskan meski pandemi, namun ketersediaan pangan di seluruh Tanah Air tetap terjaga. Baik ketersediaan barang pangan termasuk protein hewani. “Dengan sehat kita bisa menjalankan tugas sebaik-baiknya,” tegasnya.

Barangkali cukup mencengangkan ternyata sektor pertanian sudah banyak peminatnya, pada  saat bincang dengan pemilik Madukara farm yang berlokasi Dusun Bandaran desa Buni Aji Kecamatan Buni Aji Batu Malang, pemiliknya Atik beliau adalah pensiunan dari Kementerian Perindustrian.

Pada tahun 2011 Atik mengawali usaha Peternakan Kambing PE dengan memelihara hanya 4 ekor, kemudian dengan ketelatenannya mengurus kambing PE nya sekarang sdh berkembang diatas 100 ekor. Dan mampu memproduksi susu sekitar 30 liter/hari, dengan tenaga kerja 2 orang.

Alat berikut yang tidak digunakan dalam budidaya ternak yaitu

Memang diakui bahwa tidak semua kambing PE nya diperas, tetapi ada juga yang dijual dengan harga kisaran 4 sd 6 juta/ekor dan bisa lebih jika sudah berusia diatas 1 tahun, biasanya permintaan kambing akan lebih meningkat saat menjelang idul Adha.

Lebih lanjut Atik menyampaikan pada dasarnya dalam tata cara budidaya kambing PE bibit menjadi faktor penentu. 

Kambing PE yang bagus untuk dijadikan induk pejantan adalah yang mempunyai postur punggung yang lurus, besar, kaki kokoh,bersih dari penyakit maupun cacat fisik, serta sudah berumur lebih dari 1,5 tahun. Sedangkan kambing indukan betina yang bagus memiliki ciri berkaki lurus, bentuk tubuh proporsioal, bersikap jinak, mempunyai jumlah puting ada dua dan jika diraba terasa kenyal, serta tentu saja bebas dari penyakit.

Lainnya adalah dalam pemberian pakan berupa hijauan sebagai bahan makanan pokok contohnya daun nangka, mahoni, rumpur odot, dan pakan tambahan  berupa bekatul, bungkil kelapa dan kacang kacangan yang diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada pagi hari dan sore.

Atik mengingatkan supaya tidak lupa untuk memberi minum kira kira sebanyak 1,5–2,5 liter tiap ternak per hari, dengan campuran garam beryodium.

Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu Dr. Wasis Sarjono, S.Pt, M.Si,
Kunci sukses dalam beternak kambing PE adalah disamping kesenangan terhadap ternak kambing itu sendiri, juga kedisiplinan dalam penerapan teknologi, mengetahui informasi pasar untuk memasarkan produk merupakan hal yang wajib dipahami.