Wilayah kerajaan Mataram Kuno terbentang di 3 daerah sebutkan

Home Nasional Nasional Lainnya

Tim | CNN Indonesia

Jumat, 05 Mar 2021 10:55 WIB

Wilayah kerajaan Mataram Kuno terbentang di 3 daerah sebutkan

Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdiri diperkirakan terletak di Mataram (dekat Yogyakarta). Berikut sejarah Kerajaan Mataram Kuno beserta peninggalannya. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Jakarta, CNN Indonesia --

Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang yang merupakan kerajaan yang bercorak agraris.

Tercatat terdapat 3 wangsa atau dinasti yang pernah menguasai Kerajaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra, dan Wangsa Isana.

Wangsa Sanjaya merupakan pemeluk Agama Hindu beraliran Siwa, sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budha. Wangsa Isana sendiri merupakan wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.

Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa Sanjaya yang menganut agama Hindu.

Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana.

Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno.

Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut agama Budha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.

Wilayah kerajaan Mataram Kuno terbentang di 3 daerah sebutkan
Foto: ANTARA FOTO/Rudi Mulya/Rei/pd/14.
Ilustrasi candi kerajaan Hindu.

Wangsa Sanjaya kembali memegang tampuk kepemerintahan setelah anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu.

Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya.

Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani.

Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemudian menjadi raja di sana.

Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Berakhirnya kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan.

Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi bencana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur.

Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.

Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu).

Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Selanjutnya pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram.

Mpu Sindok kemudian memindahkan Istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.


Letak Kerajaan Mataram Kuno

Wilayah kerajaan Mataram Kuno terbentang di 3 daerah sebutkan
Foto: Sylwia Bartyzel/Magdeleine
Ilustrasi. Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah yang dikelilingi oleh pegunungan dan dialiri banyak sungai.

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram.

Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gunung-gunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu.

Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno


BACA HALAMAN BERIKUTNYA

TOPIK TERKAIT

Selengkapnya

SuaraJogja.id - Kerajaan Mataram Kuno didirikan Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya pada tahun 732. Awalnya, Kerajaan Hindu-Budha ini berlokasi di Bhumi Mataram (Yogyakarta) dan Jawa Tengah, namun kemudian bergeser ke Jawa Timur.

Ketika berada di sekitar atau wilayah Mataram (kini Yogyakarta), kerajaan ini diperintah wangsa Sanjaya dan wangsa Syailendra. Lalu ketika pindah ke Jawa Timur, Kerajaan Medang, sebutan lain Kerajaan Mataram Kuno, diperintah wangsa Isyana.

Sumber sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno berasal dari prasasti dan candi. Prasasti yang ditemukan ialah Prasasti Canggal yang ditemukan di Candi Gunung Wukir, tepatnya kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.

Prasasti Canggal ditulis menggunakan bahasa Sanskerta pada tahun 732 Masehi. Prasasti tersebut dibuat Raja Sanjaya untuk memperingati pendirian lingga di atas Bukit Sthirangga.

Baca Juga: Wonderloft Hostel Jogja: Kental dengan Gaya Retro Kontemporer

Ada pula Prasasti Kalasan yang dibuat tahun 778 Masehi. Prasasti ini ditemukan di Desa Kalasan, Sleman. Prasasti dibuat menggunakan bahasa Sanskerta, namun hurufnya merupakan Pranagari, berbeda dari Prasasti Canggal yang ditulis menggunakan huruf Palawa.

Sementara untuk Candi, Kerajaan Mataram Kuno membuat Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Arjuna, Candi Bima, Candi Sewu, Candi Mendut, Cando Semar, hingga Candi Srikandi. Candi-candi ini menjadi bukti bahwa era Kerajaan Mataram Kuno menghadirkan arsitektur dan karya seni yang luar biasa.

Hindu dan Budha di Kerajaan Mataram Kuno

Wangsa Sanjaya memeluk agama Hindu. Ketika kepemimpinan beralih ke Wangsa Syailendra yang menganut agama Budha, ajaran Hindu tetap lestari. Para penganut agama Hindu berada di Jawa bagian tengah dan utara dan penganut Budha ada di Jawa bagian tengah dan selatan.

Dua kepemimpinan ini melahirkan banyak karya yang kental dengan ajaran agama Hindu dan Budha. Untuk ajaran Hindu, dibangun Candi Prambanan sebagai yang terbesar di Indonesia. Sementara untuk ajaran Budha, dibangun Candi Borobudur sebagai yang terbesar di dunia.

Baca Juga: Ini 9 Tema Wisata di Borobudur Trail of Civilization

Dua candi dengan arsitektur dan karya seni luar biasa ini sudah ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia. Baik wisatawan maupun penganut agama Hindu dan Budha menjadikan dua candi tersebut sebagai salah satu tujuan, baik untuk mengenang sejarah maupun upacara keagamaan.

Letak Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno cukup rajin berpindah-pindah dalam setiap masa kepemimpinan. Awal berdiri, Kerajaan Mataram Kuno berada di wilayah Bhumi Mataram atau yang kini dikenal dengan Yogyakarta.

Lalu, ketika Rakai Pikatan memimpin, pusat kerajaan pindah ke Mamrati atau kini ada di wilayah Kedu. Pusat pemerintahan kemudian pindah lagi ke Poh Tilu pada masa Dyah Balitung.

Pusat pemerintah sempat kembali lagi ke Mataram, pada masa Dyah Wawa, sebelum kemudian pindah ke Jawa bagian Timur. Kepindahan ke wilayah yang kini bernama Jawa Timur ini dilakukan pada kepemimpinan Wangsa Isyana tahun 929.

Raja Kerajaan Mataram Kuno

Kepemimpinan dalam Kerajaan Mataram Kuno berjalan dalam tiga wangsa, mulai dari Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isyana. Pada kepemimpinan Raja Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno berkuasa, hingga wilayah kekuasan terus bertambah luas.

Namun terjadi sebuah masalah ketika Rakai Panangkaran, anak dari Raja Sanjaya meninggal. Kerajaan Mataram Kuno sempat terbelah dua bagian, yakni Dinasti Sanjaya memerintah kerajaan beraliran agama Hindu di Jawa Tengah bagian uutara, serta Dinasi Syailendra memerintah kerajaan alirian agama Budha di Jawa Tengah bagian selatan.

Kemudian Kerajaan Mataram Kuno kembali bersatu, terutama ketika wangsa Sanjaya kembali memimpin. Rakai Pikatan didapuk sebagai raja, setelah menikah dengan anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani. Rakai Pikatan menyingkirkan saudara Pramodawardhani, dari wangsa Syailendra, yang kemuudian pergi ke kerajaan Sriwijaya yang ada di Sumatera.

Berikut ini daftar dari Raja Kerajaan Mataram Kuno:

  1. Sanjaya
  2. Rakai Panangkaran
  3. Rakai Panunggalan (Dharanindra)
  4. Rakai Warak (Samaragrawira)
  5. Rakai Garung (Samaratungga)
  6. Rakai Pikatan
  7. Rakai Kayuwangi (Dyah Lokapala)
  8. Rakai Watuhumalang
  9. Rakai Watukura (Dyah Balitung)
  10. Mpu Daksa
  11. Rakai Layang Dyah Tulodong
  12. Rakai Sumba Dyah Wawa
  13. Mpu Sindok (pindah ke Jawa Timur)
  14. Sri Lokapala
  15. Makuthawangsawardhana
  16. Dharmawangsa Teguh

Demikian pembahasan mengenai sejarah Kerajaan Mataram Kuno, yang bisa dimanfaatkan sebagai tambahan ilmu pengetahuan.

Kontributor : Lukman Hakim