Tulislah 5 contoh yang termasuk fixed cost dalam sebuah produksi barang maupun jasa

Tulislah 5 contoh yang termasuk fixed cost dalam sebuah produksi barang maupun jasa

Biaya variabel dan biaya tetap adalah dua jenis biaya yang tidak dapat dilepaskan dari proses produksi barang dan jasa. Bagi pelaku usaha yang tengah mengembangkan bisnisnya, kedua jenis biaya ini perlu dipahami dengan baik agar anggaran biaya usaha dapat diatur secara lebih tepat dan efektif.

Namun, sudahkah Anda tahu pengertian biaya tetap dan variabel serta perbedaan di antara keduanya? Jika belum, ulasan berikut ini bisa membantu Anda memahami sekaligus membandingkan biaya tetap dan variabel beserta contohnya.

Apa Itu Biaya Tetap dan Biaya Variabel?

Seperti namanya, fixed cost atau biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan pelaku usaha dalam jumlah tetap dan tak berubah, terlepas dari output yang dihasilkan usaha tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, biaya ini tidak akan mengalami perubahan dan tidak dipengaruhi aktivitas usaha yang meningkat maupun menurun seiring waktu.

Lain halnya dengan biaya variabel (variable cost). Jenis biaya ini dapat bervariasi jumlahnya karena bergantung pada jumlah output yang dihasilkan serta faktor-faktor lain. Biaya variabel akan ikut berubah ketika tingkat aktivitas usaha meningkat atau menurun. 

Perbedaan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Berikut adalah beberapa poin perbandingan yang bisa Anda jadikan acuan dalam membedakan biaya tetap dan biaya variabel:

Biaya tetap dinilai berdasarkan waktu, sedangkan biaya variabel ditentukan berdasarkan volume atau jumlah produksi. Penilaian tersebut akan menentukan nominal biaya yang harus dikeluarkan pelaku usaha saat melakukan produksi barang atau jasa. 

Biaya tetap adalah biaya yang pasti dikeluarkan oleh pemilik usaha, terlepas dari ada tidaknya produksi yang dilakukan. Biaya ini harus dibayarkan secara tetap selama periode tertentu atau ketika sudah jatuh tempo.

Sementara itu, biaya variabel hanya dikeluarkan ketika pelaku usaha memproduksi barang dan jasa. Saat produksi tidak berjalan, maka tidak ada biaya variabel yang perlu dikeluarkan.

Biaya tetap akan mengubah biaya satuan atau biaya per unit. Jika produksi unit meningkat, maka biaya tetap yang harus dikeluarkan akan menurun. Sebaliknya, produksi yang menurun akan membuat biaya tetap satuan dirasa lebih tinggi. 

Kondisi ini akan berbeda dengan biaya variabel. Biaya tersebut berbanding lurus dengan biaya satuan. Semakin banyak unit yang diproduksi, maka biaya variabelnya pun akan semakin meningkat.

Biaya tetap tidak akan berubah jumlahnya ketika kuantitas unit yang diproduksi mengalami perubahan, sedangkan jumlah biaya variabel akan bervariasi dan menyesuaikan dengan jumlah produksi unit.

Biaya tetap adalah biaya inti yang merupakan kombinasi dari biaya overhead produksi, biaya administrasi, biaya penjualan, serta biaya distribusi. Sementara itu, biaya variabel merupakan gabungan dari biaya bahan produksi, tenaga kerja, beban produksi, material yang dikonsumsi, serta biaya penjualan dan distribusi yang tidak tetap.

Baca juga: Mengenal Akuntansi biaya dan Penerapannya

Contoh Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya tetap umumnya meliputi anggaran pembiayaan yang sudah jelas jumlahnya atau sudah dipastikan oleh pemilik usaha maupun pihak-pihak tertentu yang terkait dengan usaha tersebut. Beberapa contoh biaya tetap adalah biaya sewa bangunan, pajak, asuransi usaha, gaji pegawai, dan sebagainya.

Misalnya, sebuah home industry yang menghasilkan produk kerajinan menyewa sebuah gudang penyimpanan sebelum barang-barang produksinya didistribusikan. Pemilik usaha tersebut harus tetap membayar biaya sewa gudang, baik ketika produksinya meningkat maupun menurun.

Karena biaya variabel bergantung secara langsung terhadap aktivitas produksi suatu usaha, contohnya pun berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas tersebut. Beberapa biaya yang dikategorikan sebagai biaya variabel adalah biaya bahan baku, komisi penjualan, biaya pengepakan, biaya distribusi, serta biaya tambahan lainnya yang diperlukan selama proses produksi. 

Kesimpulan

Dalam sebuah usaha, dapat disimpulkan jika biaya tetap adalah pengeluaran konstan yang harus terus dikeluarkan, meskipun tidak ada aktivitas produksi. Sebaliknya, biaya variabel hanya dikeluarkan pemilik usaha ketika menjalankan produksi barang atau jasa. 

Meskipun kedua jenis biaya tersebut berbeda dalam satu dan lain hal, keduanya tetap harus dipertimbangkan ketika Anda menjalankan sebuah usaha. Penghitungan biaya tetap dan biaya variabel akan membantu Anda menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan dalam pengembangan bisnis yang Anda jalankan.

Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!

Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Sebagai platform pengembangan dana yang optimal dengan bunga hingga 16% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu saja.

Tulislah 5 contoh yang termasuk fixed cost dalam sebuah produksi barang maupun jasa
Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke [email protected]

Biaya Produksi – Pengertian, Contoh, Cara Menghitung, dan Unsur – Proses produksi merupakan kegiatan operasional utama dari industri atau perusahaan manufaktur. Perusahaan akan memperhitungkan adanya biaya produksi saat mulai dilakukan proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang siap pakai atau setengah jadi.

Perhitungan biaya produksi terbilang cukup kompleks karena banyak sekali jenis komponen pengeluaran dalam perusahaan manufaktur. Karena itulah, pemahaman lebih jauh terkaitnya cukup penting. Berikut ulasan terkait biaya produksi tersebut mulai dari pengertian, contoh, cara menghitung, dan unsurnya.

1. Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama proses manufakturing atau pengelolaan dengan tujuan menghasilkan produk yang siap dipasarkan. Perhitungan biaya produksi ini akan dilakukan mulai dari awal pengolahan, hingga barang jadi atau setengah jadi.

Akumulasi pengeluaran yang diperlukan oleh perusahaan untuk bisa memproses bahan baku hingga menjadi produk jadi disebut sebagai biaya produksi. Cakupan biaya produksi memuat 3 unsur, antara lain adalah bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Production cost akan dibebankan kepada perusahaan hingga proses pengolahan menghasilkan barang yang siap dijual di pasaran. Nantinya, biaya tersebut akan diperhitungkan untuk per unit produknya, sehingga memudahkan penghitungan dan pengambilan angka keuntungan.

Biaya ini nantinya akan menimbulkan terbentuknya harga pokok barang jadi saat akhir periode akuntansi. Keseluruhan pengorbanan ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pengolahan bahan baku hingga menjadi barang jadi dan siap untuk dipasarkan disebut biaya produksi.

Pengeluaran perusahaan berupa biaya produksi juga diartikan sebagai pengeluaran yang pasti dibutuhkan untuk menghasilkan barang jadi. Sifat biaya ini banyak dianggap pasti akan dikeluarkan selama kegiatan produksi barang masih terus berlangsung.

[algolia_carousel]

Karakteristik biaya produksi mempunyai perbedaan jika dibandingkan dengan pengeluaran operasional. Biaya operasional biasa dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung sistem manajerial perusahaan, sementara pengeluaran produksi untuk mengelola barang siap jual.

Seperti salah satu contohnya adalah ketika kamu membangun sebuah bangunan yang memerlukan penghitungan yang tepat agar dapat melakukannya dengan tepat dan cepat. Buku berjudul Buku Pintar Menghitung Biaya Bangunan oleh Rio Manullang dapat membantu Grameds memahami hal tersebut.

Penggolongan biaya produksi sangat penting dilakukan oleh perusahaan agar bisa mengetahui jenis pengeluaran apa saja yang dibutuhkan selama proses pengolahan barang. Sebuah perusahaan perlu menggolongkan biaya produksi agar memudahkan perhitungan harga pokok nantinya.

Pengklasifikasian biaya produksi mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laporan keuangan perusahaan. Perusahan harus bisa memahami dengan benar apa saja jenis biaya produksi, sehingga bisa memperhitungkannya secara tepat.
Pada umumnya, ada 5 jenis biaya produksi yang dikenal untuk mengakumulasikan pengeluaran saat pengelolaan barang. Simak ulasan terkait apa saja jenis-jenis biaya produksi yang ada di perusahaan manufaktur dalam rincian sebagai berikut.

2.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya variabel adalah pengeluaran yang jumlahnya tidak akan mengalami perubahan, meskipun volume produksi barang mengalami peningkatan maupun penurunan. Jenis biaya yang satu ini mempunyai sifat pasti, sehingga bisa dianggarkan secara tepat.

Unsur biaya tetap mempunyai jumlah nominal sama yang harus dibayarkan pada setiap proses produksinya. Biaya tetap tidak akan mengalami pembengkakan sekalipun proses produksi sedang padat, sehingga bisa meningkatkan output.

Perusahan bisa merencanakan anggaran untuk biaya tetap tersebut karena sifatnya yang sudah pasti, sehingga tidak perlu khawatir akan terjadi penambahan atau pengurangan. Biaya produksi tetap ini biasanya akan dikeluarkan selama proses produksi masih tetap berjalan.

Salah satu contoh biaya tetap yang harus dibayarkan perusahaan dengan jumlah yang sama, meskipun volume produksinya berubah adalah biaya sewa pabrik. Perusahaan diharuskan membayar biaya tersebut secara rutin sesuai dengan harga yang sudah disepakati.
Bentuk lainnya dari biaya tetap adalah pengeluaran perusahaan untuk membayar gaji bulanan karyawan. Pengeluaran perusahaan lain yang juga bersifat tetap adalah biaya gaji untuk satpam pabrik yang menggunakan sistem pembayaran bulanan.

2.2 Biaya Variabel (Variabel Cost)

Jenis pengeluaran produksi perusahaan berikutnya adalah biaya variabel yang besarnya bergantung pada output. Apabila produksi barang semakin tinggi, maka biaya variabel juga akan mengalami peningkatan.

Biaya variabel hanya akan diperlukan pada saat proses produksi berlangsung, sehingga menjadi dasar pengeluaran per unit yang akan dilaporkan. Jenis biaya variabel yang ada diperlukan pada proses produksi adalah pembelian bahan baku.

Pengeluaran untuk membeli bahan baku biasanya akan dipengaruhi oleh target output selama proses produksi. Biaya variabel ini akan selalu mengalami perubahan selama proses produksi tersebut mengalami perubahan.

Saat proses produksi terhenti, berarti biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur adalah nol. Variable cost merupakan komponen biaya produksi yang penting untuk menentukan harga barang saat pemasaran berlangsung, dalam hitungan per unit.

2.3 Biaya Rata-Rata (Average Cost)

Average cost merupakan biaya per unit yang akan didapatkan dengan cara membagi total pengeluaran dengan jumlah output produksi. Biaya rata-rata ini dibutuhkan oleh perusahaan untuk menentukan keputusan produksi kedepannya.

Biaya produksi per unit akan diketahui dengan cara memperhitungkan average cost ini. Selanjutnya, perusahaan bisa menentukan persentase laba yang ingin dicapai dari biaya rata-rata tersebut. Average cost akan dibandingkan dengan biaya tetap saat mengambil keputusan produksi.

Dari hasil perbandingan, akan dapat diperoleh informasi mengenai biaya manakah yang lebih tinggi antara fixed dan variable cost. Hal ini bisa dijadikan sebagai patokan perusahaan untuk menentukan laba yang ideal.

2.4 Biaya Marginal

Biaya marginal bisa disebut juga sebagai pengeluaran tambahan yang akan digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan produksi. Perusahaan bisa mengetahui jumlah output maksimal yang bisa didapatkan selama proses produksi dengan menambahkan biaya marginal.

Perhitungan biaya marginal dilakukan dengan menambahkan variabel cost pada saat proses produksi. Perusahaan juga bisa mengaitkan fixed cost dengan biaya marginal saat akan memproduksi output tambahan.

Fungsi dari biaya marginal adalah untuk membantu perusahaan memaksimalkan kegiatan operasional secara menyeluruh. Hal ini akan membuat perusahaan bisa mencapai nilai keuntungan maksimal produk secara lebih efisien.

Marginal cost baru bisa dihitung setelah biaya tetap dan variabel sudah diketahui oleh perusahaan. Perhitungan marginal cost dilakukan dengan cara membagi peningkatan biaya dan perubahan kuantitas target produksi.

2.5 Biaya Total

Jenis pengeluaran produksi terakhir adalah biaya total yang diperoleh dari penggabungan variabel dan fixed cost. Biaya total ini akan menjadi informasi mengenai jumlah total pengeluaran yang terjadi selama proses produksi.

Biaya total ini baru bisa diperhitungkan ketika perusahaan sudah memiliki output berupa barang jadi yang siap untuk dijual. Perhitungan biaya total ini harus dilakukan setiap periode produksi terselesaikan agar bisa segera dilaporkan.

Total cost ini bersifat menyeluruh karena mencakup segala pengeluaran perusahaan selama proses produksi. Biaya bahan baku, administrasi, dan pemasaran harus ikut diperhitungkan dalam total cost ini.

Dalam mengendalikan biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan terdapat konsep serta metode akutansi biaya yang dapat dilakukan. Buku Akuntansi Biaya Edisi ke-2 oleh Firdaus A. Dunia dan Wasilah Abdullah dapat membantu Grameds dalam memahami akutansi biaya.

Tulislah 5 contoh yang termasuk fixed cost dalam sebuah produksi barang maupun jasa
Tulislah 5 contoh yang termasuk fixed cost dalam sebuah produksi barang maupun jasa

3. Contoh Biaya Produksi

Biaya produksi diperhitungkan selama proses pengolahan produk dalam suatu bisnis pada perusahaan manufaktur. Salah satu contoh yang akan dibahas kali ini adalah pada perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang makanan dimana hasil outputnya adalah mie.

Dalam hal ini Perusahaan Makanan Sehat memproduksi mie kuning yang siap masak dengan output barang jadi sebesar 4.000 pack selama satu bulan. Berikut adalah rincian biaya produksi mie kuning tersebut selama satu bulan.

Biaya pembelian Bahan Baku = Rp. 11.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp. 3.500.000 Biaya Upah Satpam Pabrik = Rp. 2.000.000 (hanya selama proses produksi)

Biaya Sewa Pabrik = Rp. 1.500.000

Total biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan 4.000 pak mie kuning adalah Rp.18.000.000. Dari total pengeluaran tersebut dapat ditentukan biaya produksi per unit dengan cara membagi total biayanya ke total jumlah produk. Perhitungannya adalah Rp. 18.000.000 : 4.000 = Rp. 4.500.

Selanjutnya, perusahaan bisa menetapkan harga jual dengan cara memperhitungkan biaya produksi per unit ditambah dengan persentase keuntungan.

Pada produk mie kuning ini, persentase keuntungan yang digunakan adalah 40% dari biaya produksi. Jadi, perhitungan harga jual per unitnya adalah Rp.4500 + (40% x Rp.4500) = Rp. 6.300

Perusahaan akan bisa menentukan harga jual dengan lebih tepat dengan mengetahui total biaya produksi. Di samping itu, informasi biaya ini juga berguna bagi perusahaan untuk meminimalisir potensi resiko selama proses produksi berlangsung.

4. Cara Menghitung Biaya Produksi

Perhitungan production cost nantinya akan dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui nilai dari harga pokok produksi. Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam memperhitungkan biaya produksi ini.

Sebagai ilustrasi perhitungan produksi, berikut disajikan data pengeluaran PT Antara selama satu bulan. PT Antara merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi hijab dengan total output sebesar 5.000 unit selama satu bulan.
Produk hijab dari PT. Antara ini dipasarkan melalui 3 toko besar dan e-commerce. Berikut adalah data laporan pengeluaran PT Antara selama satu bulan.

  • Persediaan bahan baku Rp.30.000.000
  • Bahan baku setengah jadi Rp. 40.000.000
  • Barang jadi siap dijual Rp. 80.000.000
  • Pembelian persediaan bahan baku Rp.50.000.000
  • Biaya pengiriman Rp.5.000.000
  • Biaya pemeliharaan mesin Rp.5.000.000
  • Gaji tenaga kerja langsung Rp. 30.000.000
  • Sisa penggunaan bahan baku serta sisa bahan setengah jadi Rp.30.000.000
  • Sisa bahan setengah jadi Rp. 5.000.000
  • Hijab yang siap dijual Rp. 30.000.000

Setelah diketahui data pengeluarannya, selanjutnya bisa dilakukan perhitungan biaya produksi. Berikut adalah tahapan yang dilakukan untuk memperhitungkan biaya produksi tersebut.

[algolia_carousel page=2]

Tahap 1 : Bahan baku yang digunakan = saldo awal bahan baku + pembelian bahan baku – saldo akhir bahan = Rp. 30.000.000 + (Rp.50.000.000+Rp. 5.000.000) – Rp.30.000.000

= Rp. 55.000.000

Tahap 2 : Biaya Produksi = bahan baku + tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik = Rp.55.000.000 + Rp.30.000.000 + 5.000.000

= Rp.90.000.000

Biaya produksi per unit = biaya produksi : total unit = Rp. 90.000.000 : 5.000

= 18.000

Tahap 3 :
Harga Pokok Produksi = total biaya produksi + saldo awal persediaan – saldo akhir

= Rp.90.000.000 + Rp. 40.000.000 – Rp.5.000.000
= Rp. 125.000.000

Tahap 4 Harga Pokok Penjualan = Harga pokok produksi + persediaan barang awal – persediaan akhir = Rp. 90.000.000 + Rp. 80.000.000 – Rp.50.000.000

= Rp. 140.000.000

Buku-buku Terkait :

1. Pemanfaatan Excel 2010 untuk Menyusun RAB Produksi

2. Buku Manajemen Produksi

5. Unsur Biaya Produksi

Biaya produksi dalam perusahaan manufaktur terbagi menjadi 3 macam yang sudah mencakup proses mendapatkan bahan baku hingga menjadi barang siap jual. Berikut adalah unsur yang perlu dimasukkan dalam biaya produksi perusahaan manufaktur.

5.1 Biaya Bahan Baku

Unsur pertama yang harus masuk dalam productions cost adalah biaya bahan baku. Biaya ini digunakan untuk memperoleh bahan utama yang akan digunakan untuk mengolah produk. Perolehan biaya bahan baku ini didapatkan dari pembelian maupun pengolahan material utama.

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan biaya bahan baku perusahaan. Komponen pertama yang ada dalam raw material cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian. Perusahaan bisa membeli bahan baku ini baik secara debit, kredit, maupun mengimpor dari supplier luar.

Komponen biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan baku adalah pengeluaran keperluan pergudangan. Bahan baku yang sudah dibeli oleh perusahaan perlu disalurkan ke gudang untuk direncanakan material manakah yang akan diolah terlebih dahulu.

Biaya bahan baku juga memperhitungkan pengeluaran perolehan lainnya, termasuk pada saat proses pengiriman. Pengeluaran produksi ini timbul karena adanya perhitungan harga pokok bahan baku yang dibeli oleh perusahaan.

Unsur biaya yang pasti diperhitungkan dalam perolehan bahan baku antara lain adalah harga beli, biaya pengiriman, dan biaya pergudangan hingga siap untuk diolah. Sementara biaya penerimaan pembongkaran, dan pemesanan seringkali tidak dicantumkan, karena sulit diperhitungkan.

Pencatatan pembelian bahan baku biasanya akan disesuaikan dengan nominal yang ada dalam faktur. Dokumen transaksi tersebut akan memuat informasi mengenai harga pokok pembelian, beban angkut, serta PPN.

Baca juga : Sejarah Akuntansi di Indonesia

5.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung merupakan anggaran yang diperlukan oleh perusahaan untuk membayar gaji karyawan bagian produksi. Tenaga kerja langsung merupakan karyawan perusahaan yang berkaitan langsung dengan proses produksi.

Gaji karyawan produksi ini akan diperhitungkan mulai dari pengolahan bahan baku hingga produk jadi. Salah satu contoh gaji karyawan yang bisa dimasukkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung adalah upah pegawai operator mesin.

Komponen biaya tenaga kerja langsung pada perusahaan manufaktur profesional tidak hanya mencakup gaji pokok karyawan saja. Biaya lain seperti tunjangan dan asuransi karyawan juga diikutsertakan dalam perhitungan direct labour cost.

Anggaran biaya tenaga kerja langsung ini bisa dilakukan dengan perencanaan kebutuhan pegawai terlebih dahulu. Selanjutnya, perusahaan bisa menentukan upah pokok yang akan diterima oleh tenaga kerja langsung sesuai dengan pembagian tugasnya.

Perusahaan juga perlu melakukan pengawasan terhadap kinerja tenaga kerja langsung agar gaji bisa disalurkan dengan baik sesuai dengan kualitas pekerjaan. Biaya tenaga kerja langsung ini akan diperhitungkan dalam biaya produksi per unit.

5.3 Biaya Overhead Pabrik

Pengeluaran lain yang berkaitan dengan proses produksi di luar bahan baku dan tenaga kerja langsung disebut dengan biaya overhead pabrik. Biaya overhead ini seringkali timbul akibat adanya biaya bahan tambahan, proses pengawasan produksi, serta pajak.

Biaya overhead pabrik nantinya akan diperhitungkan dalam laporan laba rugi setelah periode akuntansi sudah berakhir. Unsur biaya ini mempunyai peranan penting untuk memaksimalkan proses produksi.

Pembayaran upah tenaga kerja terkait produksi yang tidak bisa dibebankan kepada output produk akan dimasukkan ke dalam biaya overhead pabrik. Ada pula biaya pemeliharaan mesin maupun sewa pabrik yang nantinya juga akan menambah overhead cost.

Overhead pabrik juga bisa dimasukkan ke dalam biaya variabel yang bisa berubah sesuai dengan. volume produksi. Contoh biaya overhead pabrik yang mengikuti volume produksi adalah pembelian perlengkapan pabrik dan pembayaran listrik pabrik.

Layanan Perpustakaan Digital B2B Dari Gramedia

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien