Apa yang dimaksud dengan pemuda yang hatinya terikat dengan masjid

Inilah mereka yang mendapatkan naungan pada hari kiamat.

Yang dimaksudkan naungan di sini adalah naungan ‘Arsy Allah sebagaimana dikuatkan riwayatnya oleh Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari (2: 144).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:

اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ

(1) imam yang adil,

وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ

(2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah,

وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ

(3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid,

وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ

(4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,

وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ

(5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allah.’

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ

(6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta

وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

(7) seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031)

Penjelasannya sebagai berikut:

1- Pemimpin yang adil

Pemimpin ini bersikap adil. Dalam hal amanat ia benar-benar mengembannya dengan baik, tidak melampaui batas dan tidak meremehkan. Keadilannya tidak beralih pada harta dan tidak beralih pada kesenangan dunia. Itulah pemimpin yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.

2- Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan pada Allah

Kenapa disebut pemuda dalam hadits? Karena pemuda asalnya nafsunya begitu tinggi pada dunia dan kebanyakan itu lalai dari akhirat. Kalau ada pemuda yang rajin berjamaah di masjid, rajin menghadiri shalat fajar, akhlaknya pun bagus pada bapak-ibunya, dialah pemuda yang jadi harapan akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.

Pemuda seperti itu sangat jarang kita temui saat ini karena kebanyakan pemuda itu lalai, di antara mereka lebih suka bersenang-senang dan berfoya-foya. Ada kesempatan untuk bermain game, atau ngebut-ngebutan di sore hari, atau bermain band, waktu mereka habis untuk hal-hal sia-sia semacam itu, bahkan maksiat pun ada yang dijadikan hobi. Untuk saat ini jarang sekali kita lihat pemuda yang mau sadar untuk ke masjid kecuali yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Maka pantas saja, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan pemuda yang rajin ibadah dalam golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.

3- Laki-laki yang hatinya selalu terkait dengan masjid

Yang dimaksud di sini adalah laki-laki. Karena wanita lebih layak tempatnya di rumah. Sampai pun untuk shalat lima waktu, wanita lebih utama mengerjakannya di rumah dan pahalanya lebih besar. Sedangkan laki-laki, tempat shalatnya itu di masjid.

Laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid adalah yang biasa menunggu shalat setelah shalat, misalnya ia menunggu waktu antara Maghrib dan Isya dengan berada dalam majelis ilmu dengan mendengar kajian Quran atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bisa juga pengertian orang yang hatinya terkait dengan masjid adalah mereka yang selalu mengingat shalat berjamaah walau dalam keadaan super sibuk. Sopir kendaraan ketika mendengar suara azan segera memarkirkan kendaraannya untuk mengerjakan shalat. Pegawai kantoran bergegas ke masjid ketika berkumandang hayya ‘alash sholah, hayya ‘alash sholah. Contoh-contoh seperti ini itulah mereka yang hatinya selalu terkait masjid.

Seorang muslim itu harus shalat

Dari  Mihjan, ia berkata, beliau pernah berada di majelis bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dikumandangkan adzan untuk shalat. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri, lalu mengerjakan shalat, sedangkan Mihjan masih dudk di tempat semula. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ”Apa yang menghalangimu shalat, bukankah engkau adalah seorang muslim?” Lalu Mihjan mengatakan, ”Betul. Akan tetapi saya sudah melaksanakan shalat bersama keluargaku.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya, ”Apabila engkau datang, shalatlah bersama orang-orang, walaupun engkau sudah shalat.” (HR. An-Nasa’i, no. 858 dan Ahmad, 4: 34. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.)

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan  -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa).”  (Al-Kabair, hlm. 25)

Keutamaan shalat berjamaah di masjid

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Barangsiapa yang gembira bertemu dengan Allah besok dalam keadaan muslim, maka jagalah shalat-shalat ini saat ia dipanggil untuk melaksanakannya. Karena Allah menyariatkan untuk Nabi kalian sunanul huda (petunjuk). Dan shalat berjamaah termasuk sunanul huda (petunjuk). Seandainya kalian shalat di rumah kalian, sebagaimana orang yang menganggap remeh dengan shalat di rumahnya, itu  berarti kalian telah meninggalkan ajaran Nabi kalian. Seandainya kalian meninggalkan ajaran Nabi kalian, niscaya kalian akan sesat. Aku telah melihat bahwa tidak ada yang tertinggal dari shalat berjamaah melainkan orang munafik yang jelas kemunafikannya. Dan sungguh adakalanya seseorang biasa dibawa di antara dua orang (dipapah) sampai ia diberdirikan di dalam shaf.” (HR. Muslim, no. 654)

4- Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya

Yang dimaksud adalah mereka yang berteman karena Allah. Sehingga teman yang dipilih adalah karena tertarik pada keshalihan, bukan tertarik pada dunia dan harta. Pertemanan tersebut dibangun di atas iman sampai maut menjemput.

5- Ada seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allah.’

Ada wanita yang kaya raya, terhormat dan begitu cantik. Ia menggoda dan mengajak laki-laki untuk berzina. Namun karena takut pada Allah, laki-laki tersebut tidak melakukannya.

Hadits ini mengisyaratkan tentang kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam dengan permaisuri Raja Mesir yang menggodanya. Kalau tidak dengan pertolongan dan perlindungan Allah tentu Nabi Yusuf bisa saja terjerumus dalam zina.

6- Seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya

Maksudnya, sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Lihatlah ibarat yang dinyatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tangan kanan yang berinfak lantas tangan kiri tidak mengetahuinya. Ini menunjukkan bahwa yang paling dekat saja tidak mengetahui kalau ia bersedekah.

7- Seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya

Maksudnya adalah orang yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar menghayati, hingga terkadang air matanya menetes ketika menyendiri karena takutnya pada Allah.

Dikatakan ia berdzikir seorang diri (ketika sepi) menunjukkan bahwa dzikir yang utama itu disembunyikan, karena lebih akan terjaga dari riya’.

Semoga Allah menggolongkan kita masuk dalam tujuh golongan di atas yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.

—-

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel RemajaIslam.Com

Dalam hadits shohih dari Nabi saw yang diriwayatkan oleh syaikhoni; Imam Bukhori dan Imam Muslim, disebutkan bahwa ada 7 golongan manusia yang nantinya di hari akhir akan mendapatkan perlindungan Allah swt dimana tiada lag perlindungan ketika itu selain perlindangan-Nya.

Apa yang dimaksud dengan pemuda yang hatinya terikat dengan masjid

Salah satu dari 7 golongn itu ialah "orang yang hatinya terpaut pada masjid". Ialah yang mempunyai hati yang selalu terikat kepada masjid. Kedekatan batinnya kepada masjid sangat erat dan sulir dipisahkan.

Namun siapakah yang dimaksud dengan "hati yang terpaut pada masjid" dalam hadits ini? Apakah ia seorang merbot masjid, yang bukan saja hatinya bahkan badannya pun selalu terikat pada masjid sehingga hari-harinya hanya dihabiskan dalam masjid.

Atau ia seorang ustadz yang sudah pasti selalu beranjak ke masjid guna mengajar. Atau ia seorang hartawan yang kaya raya yang selalu menginfakkan uangnya untuk membangun masjid.

Atau siapa?

Imam Nawawi menerangkan dalam kitabnya syarhun-nawawi lil-muslim tentang sabda Nabi: “seseorang yang hatinya terpaut kepada masjid” : yaitu orang yang sangat cinta masjid dan selalu sholat berjamaah di dalamnya, bukan siapa-siapa yang hanya sering duduk atau berdiam di masjid.

Itulah jawabannya. Yaitu orang yang selalu berusaha untuk bisa sholat berjamaah dimasjid. Siapapun itu, dimanapun ia berada, jika azan memanggil ia langsung bergegas ke masjid guna melaksanakan sholat berjamaah di masjid.

Dalam pengertian lain ialah bahwa seseorang yang selalu rutin/rajin melaksanakan sholat berjamaah di masjid ialah termasuk dar golongan orang yang mendapat naungan Allah swt di hari akhir kelak.

Jadi tidak mesti ia itu ustadz, merbot, atau hartawan, santri atau juga kiyai. Siapapun yang selalu berusaha menjaga sholat berjamaahnya di masjid, ia telah mendaftarkan dirinya untuk mendapat naungan Allah swt dihari akhir nanti.

Lalu kalau sholat berjamaahnya tidak dimasjid, bagaimana?

Tentu ia bukan termasuk dari 7 golongan tersebut. Iya, ia mendapatkan fadhilah sholat berjemaah itu namun tidak termasuk golongan hati yang terpaut pada masjid yang dimaksud. Karena begitu redaksi haditsnya.

Syeikh Badruddin Al-‘Ainiy ketika menjelaskan tentang hadits diatas dalam kitabnya ‘umdatul-qori’, beliau menambahkan :

"dalam hadits ini terdapat keutamaan bagi siapa yang sering mendatangi masjid guna sholat berjamaah karena masjid adalah rumah Allah, dan rumah bagi setiap orang yang bertaqwa, dan siapa saja yang bertamu maka berhak untuk mendapat kehormatan dan pemuliaan dari sang tuan rumah. Lalu bagaimana jika yang menjadi tuan rumah itu Dia yang maha mulia?."

Wallahu A'lam