Tokoh Jepang berikut ini yang membantu persiapan kemerdekaan republik indonesia adalah

Jakarta -

Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan momen penting dalam memperoleh kemerdekaan. Ada sejumlah tokoh proklamasi dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa saja?

Peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945 dilaksanakan di kediaman presiden pertama Indonesia, yakni Ir Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta Pusat. Sebelumnya, proklamasi rencananya akan dilakukan di Lapangan Ikada.

Tokoh Proklamasi dan Perannya

Soekarno berperan sebagai pembaca teks proklamasi. Ia lahir pada 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Ia diketahui aktif berjuang sebelum kemerdekaan dengan menjadi anggota Pusat Tenaga Rakyat (Putera), hingga ketua PPKI.

Mohammad Hatta ikut dalam perumusan teks proklamasi. Ia juga mengajukan usul untuk menandatangani teks proklamasi oleh seluruh tokoh yang hadir di rumah Laksamana Maeda saat itu.

Pria yang lahir di Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 ini ikut mendampingi Soekarno saat pembacaan teks proklamasi. Ia pun diangkat menjadi wakil Presiden mendampingi Soekarno sebagai Presidennya.

Pria yang lahir di Karawang pada 23 Maret 1897 ini merupakan pejuang senior dan anggota PPKI. Ahmad Subarjo juga terlibat sebagai penulis proklamasi di rumah Laksamana Maeda.

Bahkan, pria bernama lengkap Raden Achmad Subardjo ini yang menjemput Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok. Ia juga memutuskan bahwa proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta.

Istri proklamator ini terlibat sebagai tokoh proklamasi dalam kemerdekaan Indonesia. Fatmawati diketahui yang menjahitkan bendera pusaka Merah-Putih untuk dikibarkan saat upacara 17 Agustus 1945.

Soekarni lahir pada 14 Juli 1916 di Blitar. Selama hidupnya, ia aktif dalam perjuangan kemerdekaan dan pernah bekerja di kantor berita Domei, Sendenbu, dan kantor pusat Seinendan.

Diketahui, ia juga yang mengusulkan agar naskah proklamasi kemerdekaan hanya ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta, sebagai perwakilan bangsa Indonesia.

Sayuti Melik menjadi salah satu tokoh proklamasi dan berperan sebagai pengetik naskah. Sebelumnya, naskah proklamasi ditulis tangan dengan beberapa perubahan, setelah disetujui diserahkan kepada Sayuti.

Latif Hendraningrat merupakan pejuang yang tergabung dalam Pembela Tanah Air (Peta). Ia ikut berperan dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menaikkan bendera pusaka saat upacara 17 Agustus 1945.

Pria berkebangsaan Jepang ini juga menjadi tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan seorang perwira dengan jabatan sebagai Wakil Komandan Angkatan Laut Jepang di Jakarta dan ikut bersimpati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Laksamana Maeda mengizinkan para pejuang menggunakan rumahnya sebagai tempat perumusan naskah proklamasi.

Selamat belajar!

(pay/erd)


Page 2

Jakarta -

Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan momen penting dalam memperoleh kemerdekaan. Ada sejumlah tokoh proklamasi dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa saja?

Peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945 dilaksanakan di kediaman presiden pertama Indonesia, yakni Ir Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta Pusat. Sebelumnya, proklamasi rencananya akan dilakukan di Lapangan Ikada.

Tokoh Proklamasi dan Perannya

Soekarno berperan sebagai pembaca teks proklamasi. Ia lahir pada 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Ia diketahui aktif berjuang sebelum kemerdekaan dengan menjadi anggota Pusat Tenaga Rakyat (Putera), hingga ketua PPKI.

Mohammad Hatta ikut dalam perumusan teks proklamasi. Ia juga mengajukan usul untuk menandatangani teks proklamasi oleh seluruh tokoh yang hadir di rumah Laksamana Maeda saat itu.

Pria yang lahir di Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 ini ikut mendampingi Soekarno saat pembacaan teks proklamasi. Ia pun diangkat menjadi wakil Presiden mendampingi Soekarno sebagai Presidennya.

Pria yang lahir di Karawang pada 23 Maret 1897 ini merupakan pejuang senior dan anggota PPKI. Ahmad Subarjo juga terlibat sebagai penulis proklamasi di rumah Laksamana Maeda.

Bahkan, pria bernama lengkap Raden Achmad Subardjo ini yang menjemput Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok. Ia juga memutuskan bahwa proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta.

Istri proklamator ini terlibat sebagai tokoh proklamasi dalam kemerdekaan Indonesia. Fatmawati diketahui yang menjahitkan bendera pusaka Merah-Putih untuk dikibarkan saat upacara 17 Agustus 1945.

Soekarni lahir pada 14 Juli 1916 di Blitar. Selama hidupnya, ia aktif dalam perjuangan kemerdekaan dan pernah bekerja di kantor berita Domei, Sendenbu, dan kantor pusat Seinendan.

Diketahui, ia juga yang mengusulkan agar naskah proklamasi kemerdekaan hanya ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta, sebagai perwakilan bangsa Indonesia.

Sayuti Melik menjadi salah satu tokoh proklamasi dan berperan sebagai pengetik naskah. Sebelumnya, naskah proklamasi ditulis tangan dengan beberapa perubahan, setelah disetujui diserahkan kepada Sayuti.

Latif Hendraningrat merupakan pejuang yang tergabung dalam Pembela Tanah Air (Peta). Ia ikut berperan dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menaikkan bendera pusaka saat upacara 17 Agustus 1945.

Pria berkebangsaan Jepang ini juga menjadi tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan seorang perwira dengan jabatan sebagai Wakil Komandan Angkatan Laut Jepang di Jakarta dan ikut bersimpati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Laksamana Maeda mengizinkan para pejuang menggunakan rumahnya sebagai tempat perumusan naskah proklamasi.

Selamat belajar!

(pay/erd)

Tadashi Maeda, Perwira Jepang yang Berjasa dalam Kemerdekaan Indonesia. Foto: Wikimedia

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 tidak lepas dari peran seorang perwira Angkatan Laut Kekaisaran Jepang bernama Tadashi Maeda. Selama ini, Laksamana Maeda dikenal sebagai orang yang mempersilahkan kediamannya di Jl. Imam Bonjol, No.1, Jakarta Pusat sebagai tempat penyusunan naskah proklamasi oleh Soekarno-Hatta.

Sungguh langkah yang mengejutkan, mengingat Maeda merupakan orang Jepang dengan posisi yang tidak main-main di angkatan bersenjata kekaisaran Jepang. Tindakannya pun bukan tanpa risiko. Ia mempertaruhkan posisinya demi menjamin bangsa Indonesia dapat memproklamirkan kemerdekaannya.

Untuk mengenang jasanya, berikut kami ulas kisah Tadashi Maeda, perwira Jepang yang turut berjasa dalam kemerdekaan Indonesia.

Bersimpati Terhadap Usaha Kemerdekaan Bangsa Indonesia

Laksamana Muda Tadashi Maeda menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Tentara Kekaisaran Jepang selama pendudukan Jepang di Indonesia.

Setelah tentara sekutu meluluhlantakkan kota Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom pada 6 dan 9 Agustus 1945, posisi Jepang dalam Perang Dunia II makin terdesak. Jepang pun akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

Jepang kemudian dipaksa untuk menjaga status quo sampai sekutu tiba di Indonesia. Maeda bersimpati kepada bangsa Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan. Dalam buku Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kesaksiaan, Penyiaran dan Keterlibatan Jepang, Maeda pernah mendesak pimpinan Angkatan Laut Jepang Laksamana Shibata agar mengambil kebijakan yang menyimpang dari perintah Sekutu, yakni membiarkan Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Selain mengutarakan permohonan agar Indonesia diberi kesempatan untuk merdeka, Maeda juga berhubungan dekat dengan Soekarno, Mohammad Hatta, dan para pejuang muda. Ia juga mendirikan Asrama Indonesia Merdeka di Kebon Sirih. Semua itu ia lakukan atas kehendak pribadi, bukan dari kebijakan Angkatan Laut atau perintah pemerintah Jepang.

Pasang Badan untuk Mengamankan Para Proklamator

Berita kekalahan Jepang membuat para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta segera mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Pada 16 Agustus 1945 dini hari, para pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Karawang.

Achmad Soebardjo menjemput Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok. Mereka baru diperbolehkan kembali ke Jakarta dengan syarat Soekarno-Hatta harus segera mengumumkan proklamasi tanpa bantuan Jepang.

Awalnya, Soebardjo beserta Soekarno-Hatta akan menuju hotel Des Indes untuk meminta tempat rapat. Namun Jepang melarang adanya kegiatan apapapun setelah jam 10 malam, sehingga pihak hotel menolak.

Rumah dinas Maeda dianggap menjadi satu-satunya tempat aman yang bisa dipakai untuk rapat perumusan kemerdekaan. Rumah tersebut berada di wilayah kekuasaan Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang).

Tadashi Maeda. Foto: uniquecollection.wordpress.com

Perwira Angkatan Laut ini memang sering berhubungan dengan rakyat Indonesia. Maeda sendiri adalah seorang perwira Angkatan Laut yang telah melihat dunia lebih banyak dari rata-rata perwira Angkatan Darat. Karena itulah ia mempunyai pandangan yang lebih luas.

Laksamana Maeda pernah berdinas di Belanda sebelum dipindahtugaskan ke Indonesia tahun 1942. Saat di Belanda, ia bertemu dengan Mohammad Hatta dan menteri luar negeri, Achmad Soebardjo.

Sejak saat itu, ia memahami seberapa besar perjuangan para tokoh nasional Indonesia agar terlepas dari cengkeraman penjajah Belanda. Ia pun berhasil mengambil hati banyak tokoh nasionalis. Tokoh-tokoh ini pun tahu bahwa keluhan-keluhan mereka selalu bisa diceritakan kepada Maeda.

Para pemuda tentu tidak memercayai Maeda begitu saja. Sebelum Soekarno dan Hatta tiba, beberapa pemuda yang dipersenjatai pistol menyisir rumah Maeda untuk memastikan keamanan. Maeda pun meyakinkan mereka bahwa ia akan menjamin keselamatan Soekarno dan Hatta di kediamannya.

"Saya akan menjamin keselamatan Soekarno-Hatta. Tetapi diri saya, dan juga Kaigun, bukan penguasa tertinggi di Jawa dan Sumatera. Dengan begitu saya sama sekali tidak memiliki wewenang untuk bisa memberikan bantuan dalam proses kemerdekaan Indonesia," Ujar Maeda.

Di ruang makan rumah Laksamana Maeda-lah teks proklamasi kemerdekaan dirumuskan. Selama proses bersejarah tersebut berlangsung, Maeda, sang tuan rumah, menetap di kamar tidurnya di lantai dua.

Akhir Desember 1946, Maeda dan stafnya, Shigetada Nishijima dipenjara. Sebab, ia dianggap berperan dalam memerdekakan Indonesia.

Namun, ia mengelak dan beralasan bahwa orang seperti dirinya tidak mungkin mampu menggerakkan 80 juta orang rakyat Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan. Setahun kemudian, Maeda diadili oleh Mahkamah Militer Jepang.

Mahkamah Militer Jepang memutuskan Laksamana Maeda tak bersalah. Ia pun dibebaskan. Maeda memilih menjadi warga sipil biasa meski hidup miskin.

Kemudian, pada 17 Agustus 1973, Maeda diundang pemerintah Indonesia untuk menerima tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya.

Tadashi Maeda. Foto: baltyra.com