Surat yang menjelaskan bukti bahwa Allah swt adalah pencipta alam semesta beserta isinya yaitu

Masih ingat dengan kisah Nabi Musa ‘Alaihis Salam yang tatkala bermunajat kepada Allah, kemudian memohon kepada-Nya supaya ia mampu melihat wujud Allah? Kemudian ketika Allah menampakkan wujud-Nya, menyingkapkan tabir cahaya-Nya kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam, maka Nabi Musa pun jatuh pingsan.

Hal di atas menegaskan bahwa wujud Allah bersifat ghaib dan manusia tidak akan pernah mampu untuk melihatnya sekalipun Allah mengizinkannya, sebagaimana peristiwa yang terjadi terhadap Nabi Musa ‘Alaihis Salam.

Selain kisah Nabi Musa ‘Alaihis Salam tersebut,  banyak manusia yang juga melakukan pencarian tentang eksistensi akan wujud Allah. Hal ini mereka lakukan untuk meyakinkan keimanan mereka bahwa Tuhan itu memang ada.

Namun, tak sedikit mereka yang tidak memiliki pedoman hidup serta bekal ilmu agama yang cukup, sehingga semakin mereka mencari justru keimanan mereka semakin meragu, bahkan semakin jauh dari rasa percaya bahwa Tuhan itu ada.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani juga sudah disebutkan bahwa tidak sepatutnya kita mempertanyakan bagaimana bentuk dan Dzat Allah,  karena kita memiliki keterbatasan dalam berfikir serta merasionalkan sesuatu.

Selain itu, apabila kita terus mempertanyakan hal tersebut dikhawatirkan justru akan membuka pintu masuknya syaiton ke dalam hati kita dan membuat kita semakin meragu, serta menurunkan tingkat keimanan kita kepada Allah SWT.

Manusia adalah Makhluk Visual

Manusia itu makhluk yang visual. Ia akan mempercayai sesuatu jika sesuatu itu dapat ditangkap oleh panca inderanya. Hal ini jugalah yang menyebabkan banyak orang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dengan alasan karena Dzatnya yang tak dapat di tangkap oleh panca indera. Lantas bagaiamana seorang muslim mampu mempercayai keberadaan dan wujud Allah, sedang wujud Allah itu bersifat Maha Ghaib?

Baca Juga  Gus Pur: Seorang Muslim Penyongsong Peradaban Saintek

Pada dasarnya, panca indera memang menjadi alat manusia dalam membuktikan dan membenarkan keberadaan akan sesuatu. Namun, panca indera bukanlah satu-satunya alat yang mampu menjadi wasilah dalam membuktikan eksistensi akan suatu hal tersebut.

Masih ada perangkat lain yang juga mampu menjadi alat pendukung, salah satunya akal. Begitupula dalam mengenal wujud Allah yang tak mampu ditangkap oleh panca indera manusia. Untuk mengenal wujud Allah manusia dapat menggunakan beberapa alat pendukung yang mampu menjadi bukti akan eksistensi wujud Allah. Alat tersebut ialah dalil fitrah, dalil naqli, dan dalil aqli.

Dalil fitrah adalah suatu bukti yang menyatakan bahwa setiap manusia sejak lahir memiliki fitrah bertuhan. Oleh karena itu, pada dasarnya benih-benih keimanan dan keyakinan akan wujud adanya Allah sebenarnya sudah tertanam sejak lahir dalam diri setiap individu.

Adapula dalil naqli yang merupakan pedoman hidup umat Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalil naqli ini akan membimbing manusia dalam mengenal Tuhan melalui asma dan sifat-Nya. Selain dua dalil tersebut, ada dalil aqli yang melibatkan akal pikiran, perenungan tentang diri sendiri dan alam semesta yang berfungsi dalam mengenal wujud Allah.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Prof. Yunahar Ilyas dalam buku Kuliah Aqidah Islam, untuk membuktikan keberadaan Tuhan melalui akal pikiran, perenungan diri dan alam semesta, maka dapat memakai beberapa teori, yaitu qanun al-illah, qanun al-wujub, qanun al-huduts, dan qanun an-nizham. Namun di sini, penulis hanya akan membahas mengenai konsep qanun  an-nizham, atau teori keteraturan.

Teori Keteraturan Alam Semesta

Mungkin mayoritas orang akan menganggap bahwa segala hal yang terjadi dalam kehidupan, atau ketika suatu yang diprediksikan benar terjadi, maka mereka akan menganggapnya sebagai suatu yang kebetulan.

Padahal apabila dipikir kembali, suatu yang kebetulan tersebut mustahil terjadi tanpa adanya sesuatu yang mengaturnya. Begitupula dengan alam semesta.  Alam semesta ini adalah sesuatu yang telah tersusun secara rapi, dan mustahil alam ini dapat tersusun tanpa ada Sesuatu yang menyusunnya.

Kita tidak bisa memungkiri bahwa memang alam semesta itu tersusun secara rapi. Terbukti dari berbagai fenomena alam yang memiliki fase-fasenya masing-masing dan sudah tersusun dengan sangat rapi. Sebagai contoh, kita dapat memprediksi kapan terjadinya gerhana bulan, karena apa? Karena kita sudah mengetahui fase-fase atau urutan prosesnya.

Selain itu, juga dengan ditemukannya konsep benang alam semesta. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan bahwa galaksi kita ini bukanlah satu-satunya galaksi yang ada di alam semesta.

Mereka berpendapat bahwa alam semesta kita ini dipenuhi dengan jutaan galaksi, bintang-bintang serta kosmis berdebu dan memiliki sistem kontrol pendistribusian materi yang sangat ketat dan rapi.

Mereka juga berpendapat bahwa galaksi-galaksi ini beredar pada satu orbit yang sama, yaitu pada benang panjang lagi tipis yang terikat kuat, yang kemudian dikenal dengan istilah “kain kosmik”.

Lantas, apakah hal tersebut merupakan suatu yang kebetulan? Tentu saja tidak. Bahkan jauh hari sebelum para ilmuwan menemukan teori kain kosmik, Al-Qur’an sudah terlebih dahulu mengabadikannya dalam QS. Az-Zariyat ayat 7 yang berbunyi

وَالسَّمَآءِ ذَاتِ الۡحُـبُكِ

“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan”

Yang dimaksud dengan “jalan” dalam ayat tersebut adalah orbit benda-benda langit. Hal ini menunjukkan bahwa benda langit di alam semesta sudah memiliki orbitnya yang tercipta begitu rapi dan sangat teliti, dan orbit itulah yang kemudian dikenal dengan kain kosmik atau benang alam semesta.

Baca Juga  Pikiran Terbuka sebagai Fondasi Kecerdasan Digital

Dengan adanya orbit tersebut, maka seluruh komponen pada alam semesta akan beredar sesuai dengan garis edarnya masing-masing dan tidak akan pernah salah jalur. Dan tentu saja hal ini ada yang mengatur serta menyusunnya.

Contoh lain, Matahari tak pernah terlambat untuk terbit ataupun tenggelam karena semuanya sudah tersusun dengan teratur. Bumi yang memiliki posisi yang pas dengan matahari. Dia tidak terlalu jauh yang membuat bumi menjadi dingin, tidak pula ia terlalu dekat dengan matahari, yang nantinya dapat membuat bumi menjadi panas bahkan terbakar. Lantas, apakah ini suatu hal yang kebetulan? Tentu saja tidak, karena pasti sudah ada yang menyusunnya sedemikian rupa.

Allah SWT, Sang Perancang Semesta

Semua hal yang tersusun rapi itu pastilah ada yang mendesainnya dan semuanya sudah direncanakan oleh Allah SWT, Sang Pencipta dan Sang Pengatur segalanya.  Ini membuktikan kemahakuasaan Allah SWT.

Lantas sebenarnya untuk apa Allah mendesain  alam semesta ini dengan tersusun sangat rapi dan sempurna? 

Semua ini bertujuan untuk digunakan sebagai fasilitas manusia dalam mengenal  Allah SWT yang wujudnya tak dapat ditangkap oleh panca indera manusia, sehingga nantinya manusia mampu mengenali Allah SWT melalui alam semesta, ciptaan-Nya. Wallahu a’lam.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Surat yang menjelaskan bukti bahwa Allah swt adalah pencipta alam semesta beserta isinya yaitu

Teuku Khairul Hadi, 341002883 (2017) Masa Penciptaan Alam Semesta dalam Al-Quran (Kajian Surat Al-A`Raf Ayat 54 dan Surat Yasin Ayat 82). ["eprint_fieldopt_thesis_type_skripsi" not defined] thesis, UIN Ar- Raniry Banda Aceh.

Official URL: http://library.ar-raniry.ac.id

Pembicaraan tentang alam semesta nampaknya tidak akan pernah berakhir dan akan selalu menarik untuk didiskusikan, karena ia adalah sumber pengetahuan maka ia pun akan selalu menarik untuk diteliti. Al-Quran juga membicarakan tentang alam semesta, baik dari segala fenomenanya, maupun awal mula kejadiannya. Dalam al-Quran ditegaskan bahwa Allah menciptakan alam semesta selama enam masa (sittatu ayyam, dalam surah al-A’raf ayat 54) yang mana dalam perjalanannya penciptaan alam memakan waktu yang sangat lama. Tetapi dalam ayat yang lain, tepatnya dalam surah yasin ayat 82 Allah mampu menciptakan segala sesuatu tanpa adanya proses, cukup hanya dengan mengatakan jadi! Maka jadilah ia (kun fayakun). Dalam hal ini antara kedua ayat tersebut seolah adanya pertentangan, yakni ketika dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa alam semesta diciptakan selama enam masa (sittatu ayyam), tetapi dalam ayat yang lain Allah mampu menciptakan segala sesuatu tanpa adanya proses penciptaan (kun fayakun). Fokus penelitianm ini adalah untuk mengkaji sejauh mana keterkaitan antara kedua ayat yang seolah bertentangan tersebut dan bagaimana mufassir memaknai kedua ayat tersebut.Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yakni penelitian yang dilakukan dengan menelaah bahan-bahan kepustakaan, buku-buku, ensiklopedi, serta sumber-sumber lain yang relevan dengan topik yang dikaji. Sumber data premier adalah al-Quran, sedangkan sumber data sekunder adalah kitab-kitab tafsir yang memberikan informasi terhadap penafsiran ayat-ayat yang terkait dan buku-buku yang berkaitan dengan alam. Metode yang digunakan adalah metode muqarran atau komparatif yakni metode perbandingan antara pendapat satu mufassir dengan mufassir lainnya dan metode tahlili atau analitis yakni memaparkan segala bentuk penafsiran terhadap ayat yang terkait.Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna sittatu ayyam tidak hanya menunjukkan waktu kepada hari-hari di bumi, tetapi ia juga menunjukkan waktu yang sangat panjang, sedangkan kaitan kedua ayat tersebut yakni sama-sama membahas tentang kekuasaan Allah. Pada surat al-A’raf menunjukkan Allah dapat menciptakan seuatu yang penciptaanya lebih besar daripada penciptaan manusia, sedangkan pada surat Yasin Allah menunjukan kekuasaannya melalui segala seuatu yang bisa Ia ciptakan tanpa adanya berbagai proses penciptaan serta alat-alat penciptaan.

Surat yang menjelaskan bukti bahwa Allah swt adalah pencipta alam semesta beserta isinya yaitu
View Item