Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Kontribusi dari Rikah Mustika, 26 Mei 2018 20:40, Dibaca 163,659 kali.

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak


Provinsi Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang mayoritas penduduknya adalah Suku Dayak. Salah satu yang unik untuk dibahas mengenai Kalimantan Tengah adalah kebudayaan tarian tradisionalnya yang memiliki berbagai macam makna. Beberapa tarian tradisional Kalimantan Tengah antara lain:

1.     Tari Balean Dadas

(Baca Juga : Kearifan Lokal)

Tarian Balean Dadas merupakan tarian yang dilakukan untuk meminta kesembuhan kepada Ranying Hantala Langit atau Tuhan bagi yang sedang mengalami sakit. Umumnya tarian ini mengikutsertakan dukun perempuan atau dikenal Balean Dadas. Namun tarian ini lebih sering dilakukan pada saat acara penyambutan atau peresmian, sebab di era modern seperti saat ini proses penyembuhan bisa dilakukan dengan cara yang ilmiah.

2.     Tari Giring-Giring

Tarian ini berasal dari Suku Dayak Maanyan yang dikenal dengan istilah gangerang yaitu sebuah bambu yang berisi biji piding. Tarian ini adalah sebagai bentuk ekspresi kegembiraan dan juga rasa senang. Simbol dari tarian ini yaitu gerakan hentakkan satu tongkat Gantar yang dipegang tangan kiri ke lantai dan tangan kanan memegang bambu yang berisi kerikil, sehingga menghasilkan bunyi yang khas.

3.     Tari Kayau

Tarian Kayau atau mengayau memiliki arti memotong kepala musuh. Tarian ini dilakukan oleh Suku Dayak Iban sebagai bentuk keberanian, kejantanan, dan kekuasaan untuk melindungi suku tersebut dari ancaman musuh. Alat yang digunakan untuk mengayau yaitu mandau. Tarian ini dilakukan pertama kali oleh Urang Lindau Lendau Dibiau Takang Isang atau seseorang yang gagah berani di zamannya. Bagi yang berhasil mendapatkan kepala musuh, maka diberikan gelar bujang berani. Saat ini tarian kanyau merupakan bagian dari upacara menganyau yang mempersembahkan kepala orang yang nantinya diganti dengan kepala babi.

4.     Tari Kinyah Mandau

Tarian ini menampilkan unsur bela diri, seni perang dan juga seni teatrikal. Makna kinyah dari tarian ini adalah tarian perang yang menggunakan mandau sebagai senjata dan juga upaya untuk persiapan membunuh serta memburu kepala musuh.

5.     Tari Manasai

Tari Manasai atau tarian selamat datang dilakukan untuk menyambut tamu yang datang ke Kalimantan Tengah. Umumnya tarian ini dilakukan oleh penari pria dan wanita yang berbaris selang seling membentuk satu lingkaran.

6.     Tari Mandau

Mandau merupakan senjata tradisional suku Dayak yang berbentuk parang atau pedang. Gerakan tarian ini mengandung atraksi dan juga seni tari yang indah dalam memainkan senjata mandau dan tameng. Dalam tarian ini terkadang mempertontonkan atraksi berbahaya seperti mengayun dan menggigit mandau, hal itu dilakukan oleh penari yang sudah melalui ritual khusus sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

7.     Tari Tambun dan Bungai

Tarian ini berasal dari ibukota Kalimantan Tengah yaitu Kota Palangka Raya yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai mengusir musuh yang akan merampas hasil panen rakyat. Tambun dan Bungai merupakan tokoh legenda Suku Dayak Ot Danum yang tinggal di Kabupaten Gunung Mas.

8.     Tari Hugo dan Huda

Tarian ini merupakan tarian yang dilakukan untuk meminta kepada dewa agar turun hujan ke bumi. Umumnya tarian ini dilakukan saat musim kemarau yang terjadi cukup lama.

9.     Tari Putri Malawen

Tarian ini berasal dari Barito yang dilakukan saat acara-acara besar kerajaan yang penarinya terdiri dari wanita danau Malawen.

10.          Tari Tuntung Tulus

Tarian ini umumnya ditampilkan saat ada acara perlombaan atau event tertentu.

11.          Tari Manganjan

Tarian ini dilakukan pada ritual suku dayak seperti upacara tiwah. Tiwah merupakan prosesi yang menghantarkan para roh leluhur sanak saudara yang sudah meninggal dunia ke alam baka. Tiwah dilakukan dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa-sisa jasad yang ada di liang kubur ke tempat yang disebut sandung.

Berita Lainnya

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Berita Terbaru

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Liputan6.com, Kutai Barat: Alam Kalimantan memang terkenal menyimpan segenap kearifan sekaligus misteri yang tersirat di dalam tradisi kesukuan. Suku Dayak Tunjung, misalnya. Suku yang mendiami kawasan hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, ini tak pernah luntur memegang teguh tradisi para leluhur secara turun temurun. Salah satunya ritual Belian, yakni prosesi pengobatan yang lebih mengedepankan unsur tradisional. Di masyarakat Dayak Tunjung, pemelian atau pengusung ritual Belian memiliki fungsi layaknya seorang dokter. Namun, secara tradisional pemelian ini memiliki cara tersendiri untuk meyembuhkan penyakit. Secara teknis, pemelian menggunakan terapi secara spiritual magis yang sakral untuk menyembuhkan para pasiennya, seperti yang diwariskan para leluhur. Pak Jino, misalnya tetua ritual Belian. Ia melewati waktu 40 tahun menjalani perjalanan spiritual sebagai seorang pemelian. Kini, Pak Jino sudah mencapai tahap tutus dalam pengertian Dayak seorang yang menjiwai dan menguasai mantra-mantra serta mampu membuat ramuan.Kepercayaan akan keahlian seorang pemelian memang tak lepas dari kondisi permukiman warga Suku Dayak. Maklum, lokasi permukiman yang sulit dijangkau transportasi umum dan jauh dari perkotaan membuat mereka tetap mempercayai akan fungsi seorang pemelian. Mereka juga menjadi alternatif utama bila ada penderita suatu penyakit belum mendapat kesembuhan dari pengobatan dokter.Dalam ritual Belian sebenarnya tak hanya sekadar prosesi pengobatan semata. Tapi, di dalamnya terkandung sebuah ikatan sosial, yang menjadi perekat nilai kebersamaan di antara masyarakat Dayak. Meski secara keagamaan mereka telah menganut agama samawi, kepercayaan adat terhadap leluhur masih tetap dipegang teguh.Ini seperti dilakukan keluarga Calu, warga Kampung Bohoq, Kutai Barat, Kaltim. Pak Jino diminta untuk menyembuhkan kejiwaan yang diderita istri Calu, Rukiyat. Kali ini, Pak Jino menggelar rangkaian prosesi ritual Belian dengan ditemani tujuh pemelian lainnya. Mereka membaca doa dan mantra di antara balai atau sesajian persembahan kepada para dewa. Prosesi awal ini meminta kepada para penguasa gaib agar dijauhkan dari pengaruh buruk yang bisa mengganggu jalannya ritual.Sementara para sanak keluarga pasien mempersiapkan kebutuhan ritual Belian. Hampir seluruh anggota keluarga baik kaum perempuan dan pria bersama-sama membantu. Mereka secara sukarela membantu persiapan upacara penyembuhan, terutama mempersiapkan makanan sesajian maupun benda yang terkait dengan ritual. Misalnya, pembuatan daun janur kelapa yang direbus dengan kunyit dan kemangi sehingga membentuk warna merah dan kuning. Warna-warna tersebut melambangkan upacara Belian memasuki bagian puncak untuk memanggil para leluhur. Sementara kaum pria menyiapkan santapan tradisional berupa lemang yang terbuat dari beras yang dimasukkan dalam bambu-bambu kecil. Selain untuk sesaji, lemang ini juga disuguhkan kepada mereka yang mengikuti ritual Belian sekaligus simbol kesejahteraan.Pada malam harinya ritual Belian pun dilakukan hingga dini hari. Mereka melakukan beberapa ritual dengan mengelilingi Balai hingga delapan putaran lebih. Para pemelian atau para pengusung acara Belian menari dengan membaca mantra. Bacaan yang mirip dengan sebuah nyanyian ini khusus dibacakan untuk mengundang para dewa dan roh leluhur supaya hadir bersama di rumah. Tarian malam ini dilakukan selama delapan hari berturut-turut.Dalam ritual ini, mereka membawa Teturi, mangkuk yang berisi beras, telur beserta lilin. Secara konsepsi Belian, praktik ini sebagai pelindung dan penunjuk jalan kepada jalan kebaikan. Hari demi hari telah dilalui, prosesi panjang dan melelahkan ini akhirnya menginjak hari terakhir. Lamanya pengadaan upacara juga terkait dengan sakit yang dialami si pasien. Mereka mempercayai penjemputan roh dan dewa bersifat berjenjang dalam persepsi dunia kayangan yang berbeda dimensi dengan dunia manusia.Memasuki malam terakhir upacara Belian, prosesi mulai menginjak pada tahapan yang paling penting. Seorang pemelian dengan simbol kain merah di hadapannya memohon kembali kepada dewa-dewa agar turun ke bumi. Pemelian kembali menjalankan fungsinya sebagai perantara saat berkomunikasi dengan para Dewa. Prosesi ini ditandai dengan kedatangan roh para leluhur kepada salah seorang pemelian yang kesurupan. Saat itulah, pemelian berbicara dan menghubungkan kehendak dan pesan keluarga yang sakit. Pada saat komunikasi batin berisi petuah-petuah usai dilakukan, mereka mengadakan pengorbanan hewan ternak.Persembahan ini sebagai imbalan bagi para dewa yang dianggap telah hadir bersama mereka. Sebagai wujud ucapan terima kasih pada penguasa gaib atas petuah-petuah pengobatan yang diucapkan melalui media Belian, pihak keluarga pasien wajib berkorban berupa hewan ternak.Sementara para pemelian terus menandakan ritus pengorbanan dengan janur merah kuning. Janur merah menandakan adanya pengurbanan darah dari hewan. Dalam hal ini, mereka mempercayai pengurbanan layaknya menghidangkan makanan bagi tamu yang datang dari kayangan. Empat tanda bahwa dewa telah hadir bersama di upacara dan akan diadakannya ritual pengurbanan binatang. Ritual terakhir penyembuhan adalah dengan mengelilingi kain batik, mereka berupaya mengembalikan dan mensucikan roh. Terakhir, mereka melakukan penyucian dan pengobatan yang ditandai dengan pemberian air suci melalui daun palem dan tangkai pinang. Dedaunan ini diyakini sebagai mandau suci yang dimiliki dewa untuk menyembuhkan penyakit. Secara kasat mata penyembuhan ala Belian sangat berbeda dengan pengobatan tradisional lainnya. Mereka lebih menyentuh alam bawah sadar pasien dan memfokuskan pada unsur kebersamaan dan mendorong pasien secara mental. Sehingga secara psikologis baik penderita maupun keluarganya memiliki keyakinan sembuh terlebih dengan hadirnya para leluhur di sisi mereka.

Ketika mereka masih duduk sebenarnya itu perjalanan untuk memanggil roh leluhur untuk datang menyembuhkan yang sakit. Pada saat menari itu para dewa diyakini telah berada bersama dalam ritual Belian dengan gerakan tangan menggosok bahwa roh leluhur telah menyembuhkan penderita dan mengusir roh jahat atau pengaruh buruk.(ORS/Hardjuno Pramundito dan Budi Sukmadianto)

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak

Sebutkan macam-macam balian yang ada di suku dayak