Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah
Bagikan

"Tingkat tanggapan (respons) pembeli terhadap perubahan dalam harga; permintaan akan barang mewah dapat menurun secara drastis apabila harga dinaikkan; hal tersebut terjadi karena barang-barang seperti itu bukan merupakan kebutuhan pokok sehingga pembeliannya dapat ditunda; sebaliknya, permintaan akan barang dan jasa, seperti makanan, jasa telepon, dan operasi darurat di rumah sakit, dikatakan tidak elastis; permintaan barang atau jasa jenis itu diperkirakan tetap saja ada meskipun terjadi perubahan harga mengingat kebutuhan tersebut tidak dapat ditunda (elasticity of demand)."

Otoritas Jasa Keuangan

Elastisitas permintaan (price elasticity of demand) adalah istilah dalam dunia ekonomi untuk menggambarkan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga dari barang tersebut.

Elastisitas permintaan adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur besarnya kepekaan dari perubahan jumlah permintaan barang apabila terjadi perubahan harga barang. Sebagai contoh, adanya penurunan harga dari suatu produk, entah itu barang atau jasa, maka hal ini berimbas pada meningkatnya jumlah permintaan terhadap barang atau jasa tersebut.

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Elastisitas permintaan dapat dilihat dari rasio persentase perubahan harga dengan perubahan permintaan barang atau jasa. Ada 2 (dua) penilaian atas elastisitas permintaan ini, yaitu:

  • Apabila nilai elastisitas permintaan berada di atas angka 1, maka besaran permintaan barang dipengaruhi oleh besar dan kecilnya harga. Pada konteks ini, permintaan barang dikatakan elastis.
  • Apabila nilai elastisitas permintaan berada di bawah angka 1, maka besaran permintaan barang atau jasa tidak dipengaruhi oleh besar dan kecilnya harga. Pada konteks ini, permintaan barang atau jasa dikatakan inelastis.

Elastisitas penawaran umumnya terjadi pada komoditas yang memiliki substitusi, artinya komoditas tersebut memiliki pengganti atau alternatif lain. Sementara suatu komoditas dikatakan inelastis—artinya jumlah permintaan tidak dipengaruhi besar dan kecilnya harga—apabila ia tidak substansial.

Listrik misalnya, berapapun kenaikan tarif listrik, kondisi ini tidak serta merta menurunkan jumlah permintaan konsumen akan daya listrik. Konsumen akan tetap membayar biaya sesuai dengan tarif listrik yang telah ditentukan oleh produsen.

Hematnya, barang atau jasa yang bersifat inelastis umumnya merupakan kebutuhan dasar bagi konsumen, sehingga mau tak mau konsumen akan tetap membelinya.

Dalam membeli suatu barang biasanya salah satu faktor yang menjadi pertimbangan adalah harga. Namun, hal tersebut tidak serta merta mempengaruhi permintaan untuk semua barang dan jasa yang memang bersifat primer. Tetapi, ketika harga sangat mempengaruhi permintaan, barang atau jasa tersebut dikatakan memiliki elastisitas permintaan. Apa ini?

Elastisitas dalam konteks ilmu ekonomi berarti tingkat kepekaan perubahan permintaan dan penawaran akibat faktor lain. Tolak ukur kepekaan itu berupa perbandingan persentase perubahan jumlah barang yang dibeli atau dijual dengan persentase perubahan faktor lain seperti harga barang tersebut, harga barang lain, dan tingkat pendapatan.

Elastisitas permintaan atau price elasticity of demand adalah tingkat kepekaan perubahan jumlah barang yang dibeli terhadap perubahan harga barang tersebut. Konsumen cenderung peka terhadap perubahan harga. Kondisi perubahan harga (harga naik atau harga turun) akan memengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian. Ukuran kepekaan konsumen inilah yang disebut elastisitas permintaan.

Elastisitas permintaan suatu barang dapat kita ketahui dengan menghitung perbandingan persentase perubahan kuantitas barang yang dibeli dengan persentase perubahan harga barang tersebut. Hasil perbandingan itu dinamakan koefisien elastisitas permintaan (ED). Jadi ED menjadi tolak ukur elastisitas permintaan suatu barang dan jasa.

Berdasarkan besar kecil nilai koefisien elastisitas permintaan (ED) terdapat lima macam elastisitas permintaan antara lain :

Permintaan Inelastis Sempurna (ED = 0)

  • Permintaan inelastis sempurna terjadi jika tidak ada perubahan jumlah yang dibeli meskipun ada perubahan harga. Perubahan harga sebesar apapun tidak berpengaruh terhadap permintaan.
  • Kasus permintaan inelastis sempurna terjadi bila konsumen tidak memperdulikan harga barang karena kebutuhan yang harus dipenuhi. Misalnya, seberapapun kenaikannya konsumen tetap membeli bensin supaya kendaraannya bisa digunakan.

Baca juga: Kenali Beberapa Faktor yang Memengaruhi Permintaan

Permintaan inelastis (ED < 1)

  • Permintaan inelastis terjadi jika perubahan harga kurang berpengaruh terhadap perubahan jumlah barang yang dibeli. Persentase perubahan jumlah yang diminta lebih kecil dibandingkan persentase perubahan harga. Misalnya, saat harga naik 10% permintaan akan turun kurang dari 10%.
  • Kasus permintaan inelastis terjadi ketika konsumen masih lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan sehingga tidak terlalu mempersoalkan harga barang. Permintaan inelastis biasa berlaku pada barang-barang kebutuhan pokok seperti beras, gula, pupuk, dan telur.

Permintaan Elastis Uniter (ED = 1)

  • Permintaan elastis uniter terjadi jika pengaruh perubahan harga setara dengan perubahan jumlah barang yang dibeli. Persentase perubahan jumlah yang dibeli sama dengan persentase perubahan harga. Misalnya, saat harga turun 10% permintaan juga akan naik 10%.
  • Kasus permintaan elastis uniter terjadi saat konsumen bersikap amat rasional, yakni memperhitungkan konsumsinya berdasarkan kondisi harga. Permintaan elastis uniter biasa berlaku pada barang-barang kebutuhan sekunder. Namun, permintaan seperti ini sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Permintaan Elastis (ED > 1)

  • Permintaan elastis terjadi jika perubahan harga berpengaruh signifikan terhadap perubahan kuantitas barang yang dibeli. Persentase perubahan jumlah yang diminta lebih besar dari pada persentase perubahan harga. Misalnya, apabila harga turun 10%, permintaan akan naik lebih dari 10%.
  • Kasus permintaan elastis terjadi konsumen cenderung sensitif terhadap perubahan harga sekecil apapun. Misalnya, pembelian barang-barang mewah seperti mobil limited edition, perangkat elektronik canggih, dan perhiasan.

Permintaan Elastis Sempurna (ED = ~)

  • Permintaan elastis sempurna terjadi jumlah barang yang dibeli berubah-ubah, meskipun tidak ada perubahan harga.
  • Kasus permintaan elastis sempurna terjadi bila permintaan suatua barang cenderung fluktuatif dan sama sekali bukan ditentukan oleh harganya. Contoh kasus ini bisa terjadi pada produk yang dibutuhkan oleh seluruh dunia misalnya minyak bumi.

Dalam ilmu ekonomi, elastisitas permintaan atau price elasticity of demand (PED) adalah ukuran perubahan jumlah permintaan barang (jumlah barang akan dibeli oleh pembeli) terhadap perubahan harga barang itu.[1] Pada umumnya, jika harga barang naik, kesediaan pembeli untuk membeli barang tersebut akan menurun. Namun, tingkat perubahan ini berbeda-beda: untuk barang tertentu, kenaikan harga yang kecil akan pengakibatkan permintaan turun dengan drastis, sedangkan untuk barang lain pembeli tetap bersedia membelinya sekalipun harganya naik dengan tajam. Dalam ilmu ekonomi, perbedaan ini diukur sebagai elastistias. Lebih gamblangnya, elastisitas permintaan menunjukkan persentase perubahan jumlah permintaan jika terjadi kenaikan harga 1% dan semua hal lain tetap sama.

Pengaruh perubahan harga barang terhadap besar kecil jumlah barang yang diminta adalah

Kurva permintaan dengan elastisitas = 1 (Elastis uniter)

Karena jumlah permintaan hampir selalu turun jika harga naik, elastisitas permintaan biasanya bernilai negatif, walaupun para praktisi kadang tidak menulis tanda negatif tersebut. Permintaan suatu barang dikatakan bersifat elastis jika elastisitasnya lebih besar dari 1, artinya kenaikan harga sebesar 1% menghasilkan penurunan permintaan yang lebih besar dari 1%. Sebaliknya, permintaan inelastis adalah permintaan dengan elastisitas lebih kecil dari 1. Selain itu, terdapat klasifikasi permintaan elastis sempurna memiliki elastisitas ∞ elastis uniter (elastitas 1), inelastis sempurna (0) dan elastis sempurna (∞). Segelintir barang memiliki elastisitas positif, sehingga merupakan anomali hukum permintaan, misalnya barang-barang yang merupakan simbol status ("Barang Veblen") atau Barang Giffen.

Dalam teori ekonomi, pendapatan penjual mencapai titik maksimal saat harga diatur sedemikian rupa sehingga elastisitas permintaannya menjadi uniter (1). Elastisitas permintaan juga dapat digunakan untuk memprediksi efek atau beban yang ditimbulkan oleh pajak terhadap barang tersebut. Terdapat beberapa metide untuk mengukur elastisitas permintaan di dunia nyata, termasuk analisis data rekaman penjualan, model-model yang dihasilkan oleh survei konsumen, serta analisis gabungan dari peringkat acuan konsumen.

Faktor utama yang menentukan elastisitas permintaan adalah kemampuan dan kesediaan konsumen untuk menunda konsumsi atau mencari barang substitusi (pengganti) saat terjadi perubahan harga. Lebih lanjut lagi, kemampuan atau kesediaan ini dapat dianalisis menjadi beberapa faktor:[2]

Ketersediaan barang pengganti

Semakin banyak barang substitusi yang tersedia, permintaan akan cenderung semakin elastis, karena pembeli dapat membeli barang lain bahkan jika harga berubah sedikit saja.[2][3][4] Ini disebut efek substitusi dan pengaruhnya sangat besar kepada elastisitas.[5] Jika tidak ada pengganti yang cocok, efek substitusi menjadi mengecil dan permintaan menjadi cenderung inelastis.[5]

Persentase dari pendapatan pembeli

Semakin tinggi harga barang jika diukur sebagai persentase dari pendapatan pembeli, elastisitas cenderung lebih tinggi, karena pembeli akan lebih berhati-hati dalam membeli barang tersebut.[2][3] Efek ini disebut efek pendapatan dan pengaruhnya cukup besar.[6] Barang-barang yang merupakan pos pengeluaran kecil cendering memiliki permintaan inelastis.[6]

Kebutuhan

Semakin penting kebutuhan akan suatu barang, permintaan cenderung menjadi inelastis karena pembeli akan membelinya tanpa memperdulikan harga. Contohnya adalah obat insulin bagi mereka yang membutuhkan.[7][3]

Durasi

Umumnya, semakin lama perubahan harga barang bertahan, elastisitas akan semakin tinggi, karena konsumen memiliki waktu dan kesediaan untuk mengubah perilaku konsumsinya.[2][4] Sebagai contoh, jika harga bahan bakar minyak (BBM) naik, dalam jangka pendek konsumen akan tetap membutuhkannya dan membelinya dengan jumlah yang sama. Namun, jika harga yang tinggi bertahan lama, konsumen akan mencari cara untuk mengurangi kebutuhan BBM-nya, misalnya dengan menggunakan kendaraan umum, atau membeli kendaraan yang lebih hemat BBM.[3]

Loyalitas merek

Loyalitas terhadap suatu merek dapat mengurangi sensitivitas terhadap perubahan harga, sehingga permintaan menjadi inelastis. Loyalitas ini dapat terjadi karena kebiasaan atau karena adanya penghalang untuk berganti merek.[8][9]

Pembayar

Jika pembelian dibayar oleh pihak lain, permintaan menjadi cenderung inelastis, misalnya pengeluaran dinas yang ditanggung perusahaan atau negara.[9]

Barang yang adiktif

Barang-barang yang bersifat adiktif atau dapat menyebabkan kecanduan cenderung memiliki permintaan inelastis, karena konsumen yang sudah kecanduan akan "terpaksa" untuk membelinya sekalipun harganya berubah drastis. Contohnya adalah rokok, minuman keras, atau heroin.

Luasnya definisi barang yang diukur

Nilai elastisitas suatu barang tergantung kepada definisi barang yang diukur. Misalnya, suatu menu makanan di sebuah rumah makan (definisi sempit) memiliki elastisitas tinggi karena banyaknya substitusi (yaitu jenis makanan lain atau rumah makan lain), sedangkan jika yang diukur makanan secara umum (definisi luas), elastisitasnya kecil karena tidak ada penggantinya.[8]

Elastisitas permintaan mengukur seberapa besar kepekaan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga. Ketika harga sebuah barang turun, jumlah permintaan terhadap barang tersebut biasanya naik. Semakin rendah harganya, semakin banyak barang itu dibeli. Elastisitas permintaan ditunjukan dengan rasio persen perubahan jumlah permintaan dan persen perubahan harga.[1]

Ketika elastisitas permintaan suatu barang menunjukkan nilai lebih dari 1, maka permintaan terhadap barang tersebut dikatakan elastis di mana besarnya jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh besar-kecilnya harga. Sementara itu, barang dengan nilai elastisitas kurang dari 1 disebut barang inelastis, yang berarti pengaruh besar-kecilnya harga terhadap jumlah-permintaan tidak terlalu besar.[1]

Sebagai contoh, jika sepeda motor memiliki elastisitas permintaan sebesar 2, maka sepeda motor tersebut dikelompokan sebagai barang elastis karena nilai elastisitasnya lebih dari 1. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah permintaan atas sepeda motor sangat dipengaruhi oleh besarnya harga yang ditawarkan. Contoh elastisitas permintaan dapat dilihat di tabel berikut.[1][10]

Koefisien Elastisitas Keterangan Contoh
n = 0 Inelastis sempurna Walaupun terjadi perubahan harga, perubahan barang yang diminta tetap sama (tidak berubah) Tanah, air
0 < n < 1 Inelastis Konsumen kurang peka terhadap perubahan harga sebesar 1%, sehingga terjadi perubahan barang yang diminta sebesar <1% Kebutuhan primer/pokok
n = 1 Elastis uniter Setiap perubahan harga sebesar 1%, terjadi perubahan barang yang diminta sebesar 1% Kebutuhan sekunder
1 < n < ∞ Elastis Konsumen peka terhadap perubahan harga sebesar 1%, sehingga terjadi perubahan barang yang diminta sebesar >1% Barang-barang elektronik dan mewah
n = ∞ Elastis sempurna Walaupun tidak terjadi perubahan harga, perubahan barang yang diminta selalu berubah-ubah BBM, Sembako

Untuk barang-barang normal, penurunan harga akan berakibat pada peningkatan jumlah permintaan. Permintaan terhadap sebuah barang dapat dikatakan inelastis bila jumlah barang yang diminta tidak dipengaruhi oleh perubahan harga. Barang dan jasa yang tidak memiliki substitusi biasanya tergolong inelastis. Permintaan terhadap antibiotik, misalnya, dikatakan sebagai permintaan inelastis karena tidak ada barang lain yang dapat menggantikannya. Daripada mati terinfeksi bakteri, pasien biasanya lebih memilih untuk membeli obat ini berapapun biayanya. Sementara itu, semakin banyak sebuah barang memiliki barang substitusi, semakin elastis barang tersebut.

Meskipun permintaan inelastis sering diasosiasikan dengan barang "kebutuhan," banyak juga barang yang bersifat inelastis meskipun konsumen mungkin tidak "membutuhkannya." Permintaan terhadap garam, misalnya, menjadi permintaan inelastis bukan karena konsumen sangat membutuhkannya, melainkan karena harganya yang sangat murah.

Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien elastisitas permintaan adalah.[1]

E l a s i t i s t a s p e r m i n t a a n ( E d ) = | %   c h a n g e   i n   q u a n t i t y   d e m a n d e d   o f   p r o d u c t   X %   c h a n g e   i n   p r i c e   o f   p r o d u c t   X | = Δ Q d / Q d Δ P d / P d {\displaystyle Elasitistaspermintaan(E_{d})=\left|{\frac {\%\ {\rm {{change}\ {\rm {{in}\ {\rm {{quantity}\ {\rm {{demanded}\ {\rm {{of}\ {\rm {{product}\ X}}}}}}}}}}}}}{\%\ {\rm {{change}\ {\rm {{in}\ {\rm {{price}\ {\rm {{of}\ {\rm {{product}\ X}}}}}}}}}}}}\right|={\frac {\Delta Q_{d}/Q_{d}}{\Delta P_{d}/P_{d}}}}  

atau menggunakan kalkulus turunan:

E d = | P Q × ∂ Q ∂ P | {\displaystyle E_{d}=|{P \over Q}\times {{\partial Q} \over {\partial P}}|}  

atau bisa juga:

E d = | P 1 + P 2 Q 1 + Q 2 × Δ Q Δ P | {\displaystyle E_{d}=|{P_{1}+P_{2} \over Q_{1}+Q_{2}}\times {\Delta Q \over \Delta P}|}  

dimana:

P {\displaystyle P}   = harga Q {\displaystyle Q}   = jumlah Q d {\displaystyle Q_{d}}   = jumlah permintaan P d {\displaystyle P_{d}}   = harga permintaan Δ Q d = Q d baru   − Q d lama {\displaystyle \Delta Q_{d}=Q_{d}{\text{baru}}\ -Q_{d}{\text{lama}}}   Δ P d = P d baru   − P d lama {\displaystyle \Delta P_{d}=P_{d}{\text{baru}}\ -P_{d}{\text{lama}}}  

Contoh perhitungan

Suatu barang memiliki harga Rp10.000 berubah menjadi Rp5.000, sehingga jumlah barang yang diminta berubah dari 5 unit menjadi 8 unit, maka elastistasnya sebesar.[11]

E d = | P Q × ∂ Q ∂ P | {\displaystyle E_{d}=|{P \over Q}\times {{\partial Q} \over {\partial P}}|}  

E d = | 10000 5 × 8 − 5 5000 − 10000 | {\displaystyle E_{d}=|{10000 \over 5}\times {{8-5} \over {5000-10000}}|}  

E d = | 30000 − 25000 | {\displaystyle E_{d}=|{{30000} \over {-25000}}|}  

E d = | 6 − 5 | {\displaystyle E_{d}=|{{6} \over {-5}}|}  

E d = 1 , 2 {\displaystyle E_{d}=1,2}  ; Dapat diambil kesimpulan bahwa barang tersebut memiliki elastisitas permintaan sebesar 1,2 dan termasuk ke kategori elastisitas elastis.

Elastisitas permintaan tidak dapat berubah dengan sendirinya, setiap barang memiliki karakteristiknya sehingga dipengaruhi oleh jumlah yang diminta dan harga yang ditetapkannya agar terjadinya keseimbangan pasar. Faktor yang memengaruhi barang di elastisitas permintaan yakni:[10]

  1. Ketersediaan dan kemampuan barang subtitusi.
  2. Intensitas kebutuhan setiap barang berbeda-beda, sehingga kategori elasitistas juga berbeda, contohnya kebutuhan primer dengan kebutuhan tersier akan memiliki perbedaan elastisitas
  3. Pendapatan konsumen. Jika pendapatan konsumen relatif besar dibandingkan dengan harga barang, permintaan akan inelastis.
  4. Barang yang sudah menjadi kebiasaan untuk dipergunakan. Pembeli tetap akan membelinya meskipun barang tersebut harganya akan naik.

 

Pajak memengaruhi elastisitas dan keseimbangan pasar

Pajak dapat memengaruhi elastisitas permintaan melalui pajak langsung (direct taxes) dan pajak tidak langsung (indirect taxes). Penambahan pajak mengakibatkan perubahan keseimbangan pasar sehingga jumlah harga barang tersebut meningkat, tetapi jumlah barang yang diminta menurun.[12]

  1. ^ a b c d e Fair, Ray C., Karl E. Case. (1999). Principles of economics. Jakarta: Prehalindo.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^ a b c d Parkin; Powell; Matthews (2002). pp.77-9.
  3. ^ a b c d Walbert, Mark. "Tutorial 4a". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-04. Diakses tanggal 27 February 2010. 
  4. ^ a b Goodwin, Nelson, Ackerman, & Weisskopf (2009).
  5. ^ a b Frank (2008) 118.
  6. ^ a b Frank (2008) 119.
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama parkin75
  8. ^ a b Gillespie, Andrew (2007). p.48.
  9. ^ a b Png, Ivan (1999). p.62-3.
  10. ^ a b Kusumawardani, Dewi (2009). Ekonomi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 202. ISBN 978-979-068-199-6.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  11. ^ Nurcahyaningtyas (2009). Ekonomi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 322.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  12. ^ "ELASTISITAS". web-suplemen.ut.ac.id. Diakses tanggal 2020-10-09. 

  • Arnold, Roger A. (17 December 2008). Economics. Cengage Learning. ISBN 978-0-324-59542-0. Diakses tanggal 28 February 2010. 
  • Ayers; Collinge (2003). Microeconomics. Pearson. ISBN 978-0-536-53313-5. 
  • Brownell, Kelly D.; Farley, Thomas; Willett, Walter C.; Popkin, Barry M.; Chaloupka, Frank J.; Thompson, Joseph W.; Ludwig, David S. (15 October 2009). "The Public Health and Economic Benefits of Taxing Sugar-Sweetened Beverages". New England Journal of Medicine. 361 (16): 1599–1605. doi:10.1056/NEJMhpr0905723. PMC 3140416  . PMID 19759377. 
  • Case, Karl; Fair, Ray (1999). Principles of Economics (edisi ke-5th). Prentice-Hall. ISBN 978-0-13-961905-2. 
  • Chaloupka, Frank J.; Grossman, Michael; Saffer, Henry (2002). "The effects of price on alcohol consumption and alcohol-related problems". Alcohol Research and Health. 26 (1): 22–34. PMC 6683806  . PMID 12154648. 
  • de Rassenfosse, Gaetan; van Pottelsberghe, Bruno (2007). "Per un pugno di dollari: a first look at the price elasticity of patents". Oxford Review of Economic Policy. 23 (4): 588–604. doi:10.1093/oxrep/grm032.  Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) Working paper on RePEc
  • de Rassenfosse, Gaetan; van Pottelsberghe, Bruno (2012). "On the price elasticity of demand for patents". Oxford Bulletin of Economics and Statistics. 74 (1): 58–77. doi:10.1111/j.1468-0084.2011.00638.x.  Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) Working paper on RePEc
  • Duetsch, Larry L. (1993). Industry Studies. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. ISBN 978-0-585-01979-6. 
  • Feldstein, Paul J. (1999). Health Care Economics (edisi ke-5th). Albany, NY: Delmar Publishers. ISBN 978-0-7668-0699-3. 
  • Ferguson, Charles E. (1972). Microeconomic Theory (edisi ke-3rd). Homewood, Illinois: Richard D. Irwin. ISBN 978-0-256-02157-8. 
  • Frank, Robert (2008). Microeconomics and Behavior (edisi ke-7th). McGraw-Hill. ISBN 978-0-07-126349-8. 
  • Gillespie, Andrew (1 March 2007). Foundations of Economics. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-929637-8. Diakses tanggal 28 February 2010. 
  • Goodwin; Nelson; Ackerman; Weisskopf (2009). Microeconomics in Context (edisi ke-2nd). Sharpe. ISBN 978-0-618-34599-1. 
  • Gwartney, James D.; Stroup, Richard L.; Sobel, Russell S.; David MacPherson (14 January 2008). Economics: Private and Public Choice. Cengage Learning. ISBN 978-0-324-58018-1. Diakses tanggal 28 February 2010. 
  • Krugman; Wells (2009). Microeconomics (edisi ke-2nd). Worth. ISBN 978-0-7167-7159-3. 
  • Landers (February 2008). Estimates of the Price Elasticity of Demand for Casino Gaming and the Potential Effects of Casino Tax Hikes. 
  • Marshall, Alfred (1920). Principles of Economics. Library of Economics and Liberty. ISBN 978-0-256-01547-8. Diakses tanggal 5 March 2010. 
  • Mas-Colell, Andreu; Winston, Michael D.; Green, Jerry R. (1995). Microeconomic Theory. New York: Oxford University Press. ISBN 978-1-4288-7151-9. 
  • McConnell, Campbell R.; Brue, Stanley L. (1990). Economics: Principles, Problems, and Policies (edisi ke-11th). New York: McGraw-Hill. ISBN 978-0-07-044967-1. 
  • Negbennebor (2001). "The Freedom to Choose". Microeconomics. ISBN 978-1-56226-485-7. 
  • Parkin, Michael; Powell, Melanie; Matthews, Kent (2002). Economics. Harlow: Addison-Wesley. ISBN 978-0-273-65813-9. 
  • Perloff, J. (2008). Microeconomic Theory & Applications with Calculus. Pearson. ISBN 978-0-321-27794-7. 
  • Pindyck; Rubinfeld (2001). Microeconomics (edisi ke-5th). Prentice-Hall. ISBN 978-1-4058-9340-4. 
  • Png, Ivan (1999). Managerial Economics. Blackwell. ISBN 978-0-631-22516-4. Diakses tanggal 28 February 2010. 
  • Ruffin, Roy J.; Gregory, Paul R. (1988). Principles of Economics (edisi ke-3rd). Glenview, Illinois: Scott, Foresman. ISBN 978-0-673-18871-7. 
  • Samuelson; Nordhaus (2001). Microeconomics (edisi ke-17th). McGraw-Hill. ISBN 978-0-07-057953-8. 
  • Schumpeter, Joseph Alois; Schumpeter, Elizabeth Boody (1994). History of economic analysis (edisi ke-12th). Routledge. ISBN 978-0-415-10888-1. Diakses tanggal 5 March 2010. 
  • Sloman, John (2006). Economics. Financial Times Prentice Hall. ISBN 978-0-273-70512-3. Diakses tanggal 5 March 2010. 
  • Taylor, John B. (1 February 2006). Economics. Cengage Learning. ISBN 978-0-618-64085-0. Diakses tanggal 5 March 2010. 
  • Vogel, Harold (2001). Entertainment Industry Economics (edisi ke-5th). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-79264-6. 
  • Wall, Stuart; Griffiths, Alan (2008). Economics for Business and Management. Financial Times Prentice Hall. ISBN 978-0-273-71367-8. Diakses tanggal 6 March 2010. 
  • Wessels, Walter J. (1 September 2000). Economics. Barron's Educational Series. ISBN 978-0-7641-1274-4. Diakses tanggal 28 February 2010. 

  • Elastisitas
  • Elastisitas penawaran

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Elastisitas_permintaan&oldid=20962349"