Coba cek inbox email-mu. Ada berapa ribu pesan yang masuk? Kebanyakan, itu adalah email promosi atau newsletter yang dikirim secara otomatis. Kita hampir tidak pernah membukanya dan membiarkannya menumpuk. Show
Benarkah menghapus email bisa menyelamatkan bumi? Kira-kira seberapa signifikan dampaknya? Cari tahu, yuk! 1. Bisa menghemat karbonMengutip Carbon Footprint, tindakan kita sehari-hari mengonsumsi energi dan menghasilkan emisi karbon, seperti mengemudi, terbang, menyalakan alat elektronik, dan lainnya. Menurut laporan dari Ovo Energy, perusahaan listrik energi terbarukan, jika setiap orang Inggris mengirim satu email lebih sedikit setiap harinya, maka akan menghemat 16.433 ton karbon per tahun. Ini setara dengan puluhan ribu penerbangan ke Eropa. Walau jumlah karbon yang dihemat terlihat besar, nyatanya itu seperti percikan air di kolam yang luas. Sebagai informasi, emisi gas rumah kaca Inggris adalah 435,2 juta ton pada tahun 2019. 2. Akan tetapi, pengurangan volume email tidak ada artinya jika listrik dan internet menyala terus-menerusilustrasi web server (pixabay.com/dlohner)Menurut Chris Preist, profesor dari University of Bristol, Inggris, jangan hanya fokus pada karbon yang dihasilkan email, tetapi perhitungkan juga semua aspek yang terlibat. Ini termasuk energi yang digunakan oleh server dan gedung pusat data serta konsumsi listrik dan internet pribadi dan korporasi. Memang ada penghematan kecil di pusat data yang menampung email, terutama jika server yang digunakan lebih sedikit. Namun, jumlahnya tidak ada artinya jika listrik dan internet menyala terus-menerus untuk keperluan yang lain. 3. Streaming game dan video serta penyimpanan cloud memakan energi yang lebih besarilustrasi streaming game (pexels.com/Yan Krukov)Lanjutkan membaca artikel di bawah Editor’s picks
Daripada mengkhawatirkan email yang berdampak rendah, lebih baik alihkan fokus ke streaming game dan video serta penyimpanan cloud yang mengonsumsi energi lebih besar. Dilansir Nasdaq, streaming game menghasilkan jejak karbon yang jauh lebih besar daripada game yang telah diunduh atau game offline. Mengutip GameRant, streaming game menghasilkan 0,149 kilogram CO2 setiap jam. Bandingkan dengan game PlayStation 4 yang menghasilkan 0,047 kilogram emisi karbon per jam. Di sisi lain, menyimpan 100 gigabyte (GB) data di penyimpanan cloud akan menghasilkan jejak karbon sekitar 0,2 ton CO2. Lebih baik gunakan offline storage seperti hard disk atau flash disk. Baca Juga: Tambang Emas Ternyata Merusak Lingkungan! Ini Buktinya 4. Beberapa perusahaan menyatakan mereka netral karbonRaksasa teknologi seperti Google mengklaim dirinya netral karbon sejak tahun 2007 silam. Artinya, mereka menyumbang untuk proyek lingkungan demi mengimbangi karbon yang mereka hasilkan, dilansir BBC. Perusahaan besar lainnya yang akan menyusul adalah Apple, Facebook, Netflix, Amazon, Nestlé, dan Coca Cola. Kebanyakan dari mereka menargetkan akan netral karbon pada tahun 2030-2050 mendatang. 5. Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi jejak karbonilustrasi tumbler (pexels.com/Matt Hardy)Perubahan kecil bisa berdampak besar kalau dilakukan secara masif dan konsisten dalam jangka panjang. Yang bisa kita lakukan untuk mengurangi jejak karbon ialah:
Itulah sekilas mengenai menghapus email dan kaitannya dengan upaya pengurangan emisi karbon. Semoga penjelasan ini membantu kamu untuk menjadi lebih bijak, ya! FTMM NEWS – Belakangan, media sosial ramai dengan isu tentang menghapus email dapat mengurangi pemanasan global. Menanggapi hal ini, pakar Sains Data FTMM UNAIR, Muhammad Noor Fakhruzzaman, S.Kom., M.Sc, menilai isu itu tidak benar.Ruzza -sapaan akrabnya- menjelaskan, selama terdapat aktivitas pengiriman dan penerimaan email, penggunaan energi listrik oleh server layanan email tidak akan berkurang signifikan hanya dengan menghapus email yang tak berguna. Pasalnya, server penyedia layanan email akan terus berjalan selama ada aktivitas email. “Meskipun kita menghapus semua email kita, server akan terus berjalan dan mengonsumsi listrik. Hal ini tetap mengeluarkan emisi karbon selama terdapat aktivitas surat menyurat para pengguna email,” ujarnya. Menurut data dari Dewan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Nasional (wantiknas) pandemi meningkatkan aktivitas digital masyarakat secara signifikan. Traffic penggunaan media sosial WhatsApp dan Instagram meningkat 40 persen, belum lagi virtual meeting akibat work from home dan pembelajaran daring. Ruzza menyebut, daripada penggunaan email, aktivitas sosial media dan virtual meeting jauh lebih memakan banyak energi. Pasalnya, kebutuhan energi dari sosial media jauh lebih besar karena harus mentransmisikan data berupa gambar dan video. Lebih lanjut, Ruzza menyatakan, kebanyakan server platform sosmed dan virtual meeting berada di luar negeri. Menurutnya, semakin jauh jarak antara server dan pengguna juga berpengaruh terhadap semakin banyaknya daya yang terpakai. “Pada dasarnya, internet adalah jaringan komputer yang saling terhubung, yang mana semakin jauh jarak pengguna juga akan membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk sampai pada server yang dituju,” ungkap Dosen Teknologi Sains Data Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) tersebut. Dorong Gunakan Renewable EnergyRuzza mengungkapkan, aktivitas digital tidak langsung berdampak pada emisi karbon. Melainkan bergantung pada sumber energi yang digunakan. Di beberapa perusahaan besar sudah memakai sumber energi yang terbarukan, khususnya di Eropa, sehingga lebih ramah daripada penggunaan bahan bakar fosil. “Karena pembangkit listrik tenaga surya, air, angin, panas bumi, dan nuklir mengeluarkan emisi karbon yang jauh lebih kecil daripada tenaga fosil. Saya harap pemerintah sudah mulai mempertimbangkan penggunaan energi baru dan terbarukan tersebut,” ucapnya. Ruzza mengungkapkan, sebagai digital native yang bisa kita lakukan adalah meminimalisir penggunaan barang elektronik secara berlebihan. Jika memungkinkan, Ruzza mengajak masyarakat menggunakan perangkat yang sudah berstandar energy star. “Karena perangkat-perangkat tersebut sudah lolos uji efisiensi energi sehingga bisa menghemat penggunaan listrik,” pungkasnya.(*)(un/wil) Share:Share on facebook Share on twitter Share on whatsapp Share on telegram Telegram Share on email Share on linkedin PrevPreviousWadek II FTMM Berikan Tanggapan Kenaikan Harga Jelang Lebaran NextFTMM Turut Mensupport Kegiatan Pelayaran Kesehatan RSTKANext Related PostsUsung Ide Atap Rumah Berbasis Panel Surya, Mahasiswa FTMM Sabet Juara I International Written Idea Competition22/10/2021 FTMM NEWS – Mahasiswa Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mencetak prestasi membanggakan di kancah internasional terkait Edukasi E-Resources Library Mahasiswa TRKB20/09/2022 FTMM NEWS – Sebanyak 25 mahasiswa Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan (TRKB) ikuti kelas pembelajaran e-resources library, dari praktisi Perpustakaan Sistem Hidroponik NFT Otomatis Menggunakan Arduino25/02/2022 FTMM NEWS – Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah. Budidaya tanaman ini mengutamakan media air yang sudah Kunjungi Fakultas Teknik Universiti Malaya, FTMM Jajaki Potensi Kerjasama03/10/2022 FTMM NEWS – Delegasi Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga melakukan lawatan ke Universiti Malaya, Senin (03/10). Kunjungan ini Mengapa dengan menghapus email dapat menyelamatkan bumi?Konsumsi energi dan gas emisi dalam jumlah besar tersebut dapat dikurangi dengan aktivitas sederhana, yakni menghapus email. Jika semua orang di dunia menghapus 10 email, maka itu akan mengurangi beban kapasitas penyimpanan sebesar 1.725 GB. 1 GB email atau 1.000 email mengonsumsi 32 kWh listrik.
Apa pengaruh email untuk bumi?Lantaran mengirim email juga ternyata berkontribusi pada emisi karbon yang dapat memicu pemanasan global. Semakin banyak email yang menumpuk maka semakin besar juga kinerja server yang menyimpan email, yang lebih lanjut akan menghasilkan polusi lebih banyak lagi.
|