Jika ada makmum masbuk mendapatkan imamnya sedang rukuk apakah si makmum masbuk tersebut masih mendapatkan satu rakaat?

Jika ada makmum masbuk mendapatkan imamnya sedang rukuk apakah si makmum masbuk tersebut masih mendapatkan satu rakaat?

Sebelumnya kami mohon maaf, izinkan kami bertanya tentang bab shalat. Pertanyaan kami: dalam shalat apakah makmum wajib melengkapi bacaan Fatihah-nya? Misal saya shalat Isya’ bermakmum kepada Zaid dan ketika rakaat ketiga bacaan Fatihah saya tidak selesai, hanya sampai iyyâka na'budu wa iyyâka nasta'in dan imam langsung ruku’, apakah Fatihah saya tetap dilanjutkan atau setelah iyyâka na'budu wa iyyâka nasta'in langsung mengikuti ruku’? Terima kasih. (Sri Suharto)

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,

Penanya yang budiman, semoga Anda senantiasa mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah subhanahu wata’ala.

Imam dalam shalat jamaah memiliki fungsi yang begitu penting bagi makmum. Wajib bagi makmum untuk mengikuti segala gerakan imam. Tidak boleh ada perbedaan gerakan dengan imam. Hal ini sesuai dengan hadits:

إنما جعل الإمام ليؤتم به فلا تختلفوا عليه فإذا كبّر فكبّروا وإذا ركع فاركعوا

“Imam itu dijadikan hanya untuk diikuti, maka janganlah kalian menyelisihi imam. Jika imam telah takbir maka takbirlah kalian. Jika imam telah ruku’ maka ruku’lah kalian.” (HR Bukhari Muslim)

Terkait bacaan Fatihah-nya, makmum terbagi dalam dua jenis. Pertama, makmum muwafiq, yakni mereka yang mendapati imam pada saat berdiri sebelum ruku’ dan menemukan waktu yang cukup untuk menyempurnakan bacaan Fatihah-nya sendiri sebelum imam beranjak untuk ruku’. Maka dalam keadaan demikian wajib bagi makmum untuk menyempurnakan bacaan Fatihah-nya.

Kedua, makmum masbuq, yaitu mereka yang mendapati imam pada saat berdiri sebelum ruku’ tapi tidak menemukan waktu yang cukup untuk menyempurnakan bacaan Fatihah-nya dirinya sendiri karena imam sudah ruku’ terlebih dahulu sebelum bacaan Fatihah-nya ia baca secara komplet. Dalam keadaan demikian wajib baginya untuk langsung mengikuti ruku’ imam, tanpa perlu melanjutkan secara komplet bacaan Fatihah-nya. Sebab Fatihah-nya sejatinya telah ditanggung oleh imam. Dua pembagian makmum ini secara tegas dijelaskan dalam kitab Nihayah az-Zein:

وإن وجد الإمام في القيام قبل أن يركع وقف معه فإن أدرك معه قبل الركوع زمنا يسع الفاتحة بالنسبة للوسط المعتدل فهو موافق فيجب عليه إتمام الفاتحة ويغتفر له التخلف بثلاثة أركان طويلة كما تقدم 

وإن لم يدرك مع الإمام زمنا يسع الفاتحة فهو مسبوق يقرأ ما أمكنه من الفاتحة ومتى ركع الإمام وجب عليه الركوع معه

“Jika makmum menemukan imam pada saat berdiri sebelum ruku’, maka makmum berdiri bersamanya. Jika makmum menemukan waktu yang cukup untuk membaca Fatihah dengan bacaan yang tengah-tengah, maka ia disebut makmum muwafiq, wajib baginya untuk menyempurnakan bacaan Fatihah dan dimaafkan baginya muundur dari imam tiga rukun yang panjang. Seperti penjelasan yang telah lalu. 

Dan jika makmum tidak menemukan waktu yang cukup untuk membaca Fatihah maka ia dinamakan makmum masbuq. Ia wajib membaca Fatihah yang masih mungkin untuk dibaca, dan ketika imam ruku’ maka wajib baginya untuk ruku’ bersama dengan imam.” (Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi, Nihayah az-Zein, hal. 124) 

Sedangkan pertanyaan yang diajukan oleh penanya di atas konteksnya ketika terjadi pada rakaat ketiga, berarti makmum tidak dapat menyempurnakan bacaan Fatihah secara komplet di pertengahan rakaat. Maka dalam keadaan tersebut jika bacaan Fatihah imam memang terlalu cepat—sekiranya makmum yang bacaannya tengah-tengah (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lamban) tidak dapat menemukan waktu yang cukup untuk menyempurnakan Fatihah-nya—maka ia dihukumi makmum masbuq, sehingga ia langsung ruku’ mengikuti imam tanpa perlu melanjutkan bacaan Fatihah-nya, sebab bacaan Fatihah-nya telah ditanggung oleh imam. Ketentuan  ini juga berlaku ketika hal yang sama (bacaan imam terlalu cepat) terjadi di rakaat-rakaat lainnya. Seperti yang dijelaskan dalam Hasyiyah I’anah at-Thalibien:

وأما لو أسرع الامام حقيقة بأن لم يدرك معه المأموم زمنا يسع الفاتحة للمعتدل فإنه يجب على المأموم أن يركع مع الامام ويتركها لتحمل الامام لها، ولو في جميع الركعات.

“Jika Imam membaca Fatihah dengan cepat, sekiranya makmum tidak menemukan waktu yang cukup untuk membaca Fatihah secara komplet dengan bacaan yang tengah-tengah (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lamban) maka wajib bagi makmum untuk ruku’ bersama dengan imam dan meninggalkan bacaan Fatihah-nya, sebab Imam sudah menanggung bacaan Fatihah makmum, meskipun hal ini terjadi di semua rakaat.” (Syekh Abu Bakar Muhammad Syatha, Hasyiyah I’anah at-Thalibien, Juz 2, hal. 40)

Sedangkan ketika bacaan imam biasa-biasa saja, hanya saja bacaan makmum terlalu lamban hingga ia tidak dapat menyelesaikan bacaan Fatihah-nya secara komplet maka dalam keadaan demikian makmum tetap wajib melanjutkan bacaannya sampai selesai selama ia tidak tertinggal dari imam melebihi tiga rukun yang panjang. Sekiranya bacaan Fatihah-nya sudah selesai sebelum imam beranjak dari sujudnya yang kedua. Ketertinggalan makmum dalam hal ini merupakan uzur yang dimaafkan, sebab ia tergolong makmum muwafiq yang mestinya mendapatkan waktu yang cukup untuk menyempurnakan Fatihah. Hal ini ditegaskan dalam kitab Fath al-Wahab:

ـ (والعذر كأن أسرع إمام قراءة وركع قبل إتمام موافق) له (الفاتحة) وهو بطئ القراءة (فيتمها ويسعى خلفه ما لم يسبق بأكثر من ثلاثة أركان طويلة) ـ

“Contoh uzur seperti imam membaca Fatihah dengan cepat dan ruku’ sebelum makmum muwafiq menyempurnakan Fatihah-nya, karena faktor bacaan dia yang pelan. Maka makmum wajib menyempurnakan bacaannya dan melanjutkan rukunnya di belakang imam selama imam tidak mendahuluinya lebih dari tiga rakaat yang panjang.” (Syekh Zakaria al-Anshari, Fath al-Wahab, juz 1, hal. 117)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hal yang menjadi pijakan adalah apakah ditemukan waktu yang cukup untuk membaca Fatihah secara komplet atau tidak. Ketika bacaan imam terlalu cepat sampai-sampai makmum yang bacaannya tengah-tengah (kecepatan sedang) tidak selesai membaca Fatihah secara komplet maka makmum dalam keadaan ini langsung mengikuti imam tanpa perlu meneruskan Fatihah-nya. Sedangkan ketika bacaan imam tengah-tengah yang mestinya para makmum biasanya dapat menyempurnakan Fatihah-nya secara komplet, tapi karena bacaan salah satu makmum yang terlalu lamban maka dalam keadaan demikian wajib bagi makmum tersebut untuk meneruskan dan dimaafkan baginya tertinggal dari imam dengan tiga rukun yang panjang. Sedangkan standar bacaan dianggap cepat atau lamban disesuaikan dengan penilaian masyarakat di wilayah sekitar (‘urf). Wallahu a’lam.

Ustadz M. Ali Zainal Abidin, pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah Kaliwining Rambipuji Jember 

Kumpulan Khutbah Jumat Hari Santri

Jika ada makmum masbuk mendapatkan imamnya sedang rukuk apakah si makmum masbuk tersebut masih mendapatkan satu rakaat?

Dream - Mengikuti gerakan imam dari awal hingga akhir sholat jemaah tentu merupakan keutamaan. Amalan itu dihitung sebagai bagian dari sholat jemaah.

Tetapi, kita mungkin kerap mengalami kejadian terlambat sholat jemaah. Alhasil, kita ketinggalan beberapa rakaat yang sudah dikerjakan imam dan makmum.

Wudhu dengan Makeup Masih Menempel Sempurna, Sahkah?

Jika dalam keadaan demikian, kita diharuskan melaksanakan rakaat yang tertinggal tadi. Bagaimana jika kita masih bisa mengikuti imam ketika rukuk, apakah harus mengulang satu rakaat?

Dikutip dari laman rumaysho, jumhur (mayoritas) ulama menyatakan mendapati rukuk imam berarti mendapat satu rakaat sholat. Hal ini seperti dalam hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah RA, dari Rasulullah Muhammad SAW.

Siapa yang mendapatkan satu rakaat, maka ia mendapatkan sholat jemaah.

Dalam hadis Abu Dawud, terdapat riwayat mengenai persoalan ini.

Abu Bakrah rukuk sebelum masuk shaf, kemudian ia berjalan menuju shaf. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selesai sholat, beliau berkata, " Siapa di antara kalian yang tadi rukuk sebelum masuk shaf lalu ia berjalan menuju shaf?" Abu Bakrah mengatakan, " Saya." Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, " Semoga Allah memberikan terus semangat padamu. Namun seperti itu jangan diulangi."

Selengkapnya...

Orang yang masbuq, kemudian ketika masuk masjid mendapati imam dalam keadaan rukuk, maka hendaknya takbiratul ihram lalu rukuk. Dan ia sudah dapat rakaat tersebut walau tidak baca Al Fatihah.

Dalam hadits Abu Bakrah Nafi’ bin Al Harits radhiallahu’anhu:

أنَّهُ انْتَهَى إلى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وهو رَاكِعٌ، فَرَكَعَ قَبْلَ أنْ يَصِلَ إلى الصَّفِّ، فَذَكَرَ ذلكَ للنبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَقالَ: زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا ولَا تَعُدْ

“Ia mendapati Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam keadaan rukuk, maka ia pun rukuk sebelum ia berjalan masuk ke shaf. Maka hal ini pun disampaikan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda: semoga Allah menambahkan semangat kepadamu wahai Abu Bakrah, namun shalatmu tidak perlu diulang” (HR. Bukhari no.783).

Baca Juga: Mas, Kok Tidak Sholat Berjama’ah?

Demikian juga Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhu mengatakan:

من لم يدرك الإمام راكعا لم يدرك تلك الركعة

“Orang yang tidak mendapat rukuk bersama imam, maka ia tidak mendapati shalat” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 2/262).

Demikian juga terdapat riwayat dari Umar bin Khathab radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:

من أدرك الإمام راكعا، فركع قبل أن يرفع الإمام رأسه، فقد أدرك تلك الركعة

“Barangsiapa yang mendapati imam rukuk, maka rukuklah sebelum imam bangkit. Maka ia telah mendapati rakaat tersebut” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 2/263).

Ini adalah pendapat jumhur ulama. Al Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan:

وهذا الذي ذكرناه من إدراك الركعة بإدراك الركوع هو الصواب الذي نص عليه الشافعي , وقاله جماهير الأصحاب وجماهير العلماء , وتظاهرت به الأحاديث وأطبق عليه الناس , وفيه وجه ضعيف مزيف أنه لا يدرك الركعة

“Inilah pendapat yang kami kuatkan, yaitu didapatkannya rakaat dengan mendapati rukuk. Inilah pendapat yang benar yang dinyatakan oleh Asy Syafi’i dan juga merupakan pendapat jumhur ulama Syafi’iyyah dan juga jumhur ulama. Banyak hadits-hadits yang mendasarinya dan ini yang diterapkan oleh para ulama. Memang ada pendapat yang lemah dan aneh yang menyatakan bahwa tidak didapatkan rakaat dengan didapatkannya rukuk” (Al Majmu’, 4/112).

Baca Juga: Serba-Serbi Ramadhan: Qiyam Ramadhan

Namun al idrak (dapat rakaat) di sini ada 3 syarat. Disebutkan oleh Ibnu Badran rahimahullah:

الإدراك له ثلاثة شروط: أن يكبر المأموم قائما, و أن يركع و الإمام راكع, و أن لا يشك في أن ركوعه كان في حال ركوع الإمام أو في حال رفعه من الركوع

Al idrak (dapat rakaat) ada 3 syarat: [1] makmum bertakbir dalam keadaan berdiri (sempurna), [2] dan dia rukuk ketika imam masih rukuk, [3] dan ia tidak ragu apakah rukuknya tersebut ketika imam masih rukuk juga ataukah ketika imam sudah mulai berdiri” (Hasyiyah ‘ala Akhsharil Mukhtasharat, 120).

Jika syarat nomor 1 tidak terpenuhi, shalat tidak sah. Karena takbiratul ihram adalah rukun dan wajib dikerjakan dalam keadaan berdiri jika mampu. Jika syarat nomor 2 atau 3 tidak terpenuhi, maka belum dapat rakaat.

Dan berdasarkan hadits-hadits di atas juga, makmum masbuq yang hanya mendapati rukuk bersama imam, ia mendapatkan rakaat walaupun tidak membaca Al Fatihah. Kewajiban membaca Al Fatihan gugur darinya. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan, “masbuq jika ia masuk ke dalam shalat ketika imam sudah rukuk, atau sebelum rukuk namun tidak memungkinkan lagi untuk membaca Al Fatihah, maka dalam keadaan ini kewajiban membaca Al Fatihah gugur darinya” (Majmu Fatawa War Rasail, 13/128).

Baca Juga: 

Demikian semoga bermanfaat. Wabillahi at taufiq was sadaad.

Penulis: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.Or.Id

🔍 Nabi Zulkarnain, Hari Arofah, Hukum Khitan Wanita, Hukum Mengganti Nama, Pendukung