Jelaskan faktor yang Mempengaruhi PERTUMBUHAN fisik dan perkembangan emosi remaja

Yuk mulai berikan pengaruh baik demi kematangan emosi Si Kecil

Perkembangan anak perlu diperhatikan secara menyeluruh. Termasuk perkembangan sosial emosional. Untuk itu, orang tua perlu pahami apa saja faktor yang memengaruhi emosi anak.

Meski sebenarnya aspek ini tidak mudah diukur dan dilihat seperti perkembangan fisik dan kecerdasan, tetapi baik atau buruknya perkembangan sosial emosional anak juga dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.

Demi membangun kepribadian dan karakter baik hingga anak dewasa nanti, coba lihat dulu beberapa faktor yang memengaruhi emosi anak berikut ini, Moms.

Baca Juga: Anak Suka Berbohong, Jangan Marah dan Terbawa Emosi Dulu Moms!

Faktor yang Memengaruhi Emosi Anak

Apa saja ya faktor yang memengaruhi emosi anak? Simak selengkapnya!

1. Sikap dan Temperamen Anak

Jelaskan faktor yang Mempengaruhi PERTUMBUHAN fisik dan perkembangan emosi remaja

Foto: anak dan ayah (Orami Photo Stock)

Para pakar sepakat bahwa sikap dan temperamen yang ditunjukkan anak sebenarnya adalah wujud dari ekspresi dirinya.

Apa yang dimaksud dengan sikap disini adalah hasil evaluasi anak terhadap orang, objek, atau peristiwa yang sedang, sudah, atau akan terjadi.

Walaupun anak masih kecil, dia bisa saja bersikap seperti orang dewasa saat dihadapkan pada suatu masalah. Biasakan anak merasakan emosinya.

Menurut Malti dari UTM's Laboratory for Social-Emotional Development, rasa kecewa atau emosi akan membantu anak menahan diri dari agresi dan perilaku antisosial lainnya.

Penerimaan pada rasa kecewa adalah emosi yang penting untuk dimiliki, karena akan bikin anak berpikir tindakan selanjutnya.

Sedangkan temperamen adalah gaya dan cara khas seorang anak dalam berperilaku dan menanggapi suatu hal. Temperamen setiap anak juga berbeda, ada yang pasif, aktif, bahkan agresif.

Nah, sudah menjadi tugas bagi orang tua dalam perkembangan anak untuk menuntun pembentukan sikap dan temperamennya, agar berkembang menjadi karakter dan kepribadian yang positif.

Jadi, mumpung masih dalam masa perkembangan karakter, jangan segan menasihati serta meluruskan sifat dan temperamen anak yang kurang pantas ya, Moms.

Baca Juga: Yuk, Kenali Tahapan Perkembangan Sosial Emosional Anak Sesuai Usianya

2. Tingkat Aktivitas Sosial

Jelaskan faktor yang Mempengaruhi PERTUMBUHAN fisik dan perkembangan emosi remaja

Foto: anak bermain (Orami Photo Stock)

Faktor yang memengaruhi emosi anak berikutnya ialah tingkat aktivitas sosial Si Kecil.

Anak yang jarang bersosialisasi cenderung memiliki sifat pendiam sedangkan anak yang tingkat aktivitas sosialnya tinggi biasanya memiliki karakter supel dan aktif.

Tinggi atau rendahnya tingkat aktivitas sosial anak sebenarnya bukan masalah, selama tidak mencapai titik ekstrem seperti terlalu banyak atau terlalu sedikit bersosialisasi.

Alasannya adalah karena aktivitas sosial yang terlalu tinggi akan membuat mental anak cepat lelah, sedangkan aktivitas sosial yang terlalu rendah akan membuatnya merasa kesepian dan tidak penting bagi orang lain.

Supaya perkembangan sosial emosional anak tetap optimal, Moms perlu terus memantau tingkat aktivitas sosial anak dan melakukan intervensi jika perlu.

Baca Juga: Kekerasan pada Anak: Tanda, Jenis, Dampak, dan Cara Mengatasinya

3. Contoh dan Panutan dari Orang di Sekitarnya

Jelaskan faktor yang Mempengaruhi PERTUMBUHAN fisik dan perkembangan emosi remaja

Foto: anak dan orang tua (Orami Photo Stock)

Sebagai bagian dari perkembangan emosi anak, dia akan banyak meniru dan bereksperimen dengan berbagai perilaku untuk tahu mana yang dapat diterima dengan baik secara sosial.

Ini juga yang menjadi faktor yang memengaruhi emosi anak.

Karena itulah, bagi anak yang masih banyak melakukan imitasi dalam proses pembentukan karakter dan pencarian jati diri, pengaruh orang tua serta orang lain yang ada di sekitarnya sangatlah besar.

Anak akan melihat contoh dan panutan dari setiap individu yang ada di sekitarnya, untuk belajar cara bersosialisasi membuat keputusan, berperilaku, dan masih banyak lagi.

Untuk membentuk perilaku, pola pikir, dan karakter yang positif, Moms dan semua orang yang ada di sekitar anak perlu terus memberikan contoh sikap dan perilaku yang positif untuk dijadikan panutan.

Jadi, jangan hanya fokus pada perkembangan fisik dan kecerdasan saja ya, Moms.

Karena bagaimana pun juga, perkembangan sosial emosional anak di masa sekolah akan ikut menentukan kesuksesan dan kebahagiaan anak di masa depan.

Baca Juga: Dampak Ibu Bekerja Pada Perkembangan Sosial dan Emosional Anak

4. Faktor Keluarga

Jelaskan faktor yang Mempengaruhi PERTUMBUHAN fisik dan perkembangan emosi remaja

Foto: keluarga (Orami Photo Stock)

Faktor yang memengaruhi emosi anak lainnya tentu saja berasal dari keluarga.

Menurut jurnal International Seminar of Islamic Studies keluarga adalah lingkungan pertama yang akan dikenali anak.

Melalui keluarga, anak harus belajar tentang cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Inilah kemampuan yang diperoleh anak melalui kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang di lingkungan mereka.

Baik orang tua, saudara kandung, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.

Namun, beberapa kondisi yang kurang baik, seperi adanya orang tua yang mengalami gangguan mental penyalahgunaan zat oleh orang tua, penahanan orang tua, pengangguran orang tua, kekerasan keluarga dan kemiskinan, bisa mempengaruhi cara anak dalam berinteraksi maupun bereaksi.

Misalnya, jika orang tua melakukan kekerasan, anak-anak juga akan mengadopsi hal yang sama.

Sementara bila Moms dan Dads terlalu memanjakan anak-anak, ada kemungkinan mereka menjadi tidak disiplin dan keras kepala.

Sebaliknya, jika orang tua cenderung tidak menunjukkan kasih sayang, mereka dapat tumbuh menjadi sosok yang introver dan penurut.

Intinya, hubungan dalam keluarga dan cara mereka mengekspresikan emosi akan mempengaruhi perkembangan emosional seorang anak.

Jika orang tua memiliki stabilitas dalam perilaku dan mengekspresikan perasaan secara seimbang, anak-anak juga akan mengikutinya.

5. Pengaruh Lingkungan Sekitar

Jelaskan faktor yang Mempengaruhi PERTUMBUHAN fisik dan perkembangan emosi remaja

Foto: anak di sekolah (Orami Photo Stock)

Seperti halnya keluarga, masyarakat juga menjadi faktor yang memengaruhi emosi anak.

Ketika anak tinggal di komunitas yang tidak aman atau tidak sehat, seperti kualitas udara yang buruk dan polutan lingkungan lainnya.

Atau ketika Si Kecil menerima pengasuhan anak berkualitas rendah, kurangnya sumber daya yang tersedia di masyarakat, kurangnya kebijakan yang mendukung anak-anak dan keluarga, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan sosial serta emosional mereka.

Keadaan lingkungan yang tidak baik cenderung membuat anak memiliki perkembangan emosional buruk.

Misalnya, jika suatu lingkungan memiliki kondisi emosional yang naik-turun, anak juga cenderung menjadi tidak stabil secara emosional. Sementara apabila orang stabil dan memiliki kendali atas emosi mereka, anak pun tetap demikian.

Perlu Moms ketahui bahwa, anak-anak akan belajar mengendalikan emosi mereka dan mencoba menyesuaikan diri dengan perilaku yang dapat diterima secara sosial.

Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Anak Nakal dan Manja, Hindari Memarahinya!

6. Kondisi Dalam Diri Anak

Jelaskan faktor yang Mempengaruhi PERTUMBUHAN fisik dan perkembangan emosi remaja

Foto: emosi anak (Orami Photo Stock)

Selain faktor dari luar, seperti keluarga dan lingkungan sekitar tempat tinggal, kondisi dalam diri Si Kecil juga bisa menjadi faktor yang memengaruhi emosi anak.

Dalam hal ini yang dimaksud adalah temperamen anak, keterlambatan perkembangan dan masalah kesehatan yang serius.

Dikutip dari Mom Junction, anak-anak yang memiliki kesehatan yang baik dapat mengontrol emosi mereka dengan lebih baik.

Sedangkan mereka yang mengalami masalah kesehatan biasanya banyak menunjukkan sifat lekas marah, kegembiraan, dan emosi lain yang tidak stabil.

Itu dia penjelasan mengenai hal-hal yang bisa mempengaruhi emosi Si Kecil.

Apakah Moms tahu, faktor yang memengaruhi perkembangan emosi anak lainnya? Bagikan dengan sesama Moms di kolom komentar, yuk!

  • http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/insis/article/view/6436/pdf_232
  • https://www.momjunction.com/articles/factors-that-influence-childrens-social-and-emotional-development_0077207/
  • https://www.kidsmentalhealthinfo.com/providers/early-care-and-education-providers/concerns-about-a-child-2/consider-factors-that-influence-childrens-social-and-emotional-development/

Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya (Ali & Asrori, 2006).
Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan; terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa.

Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.

Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:

Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

  1. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.

  1. Perubahan Pola Interaksi dengan Teman Sebaya

Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.

Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut :

  • Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang- kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku emosional.
  • Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki- laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat populer dan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
  • Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
  1. Perubahan Interaksi dengan Sekolah

Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.