Dari sejarah muhammad al-fatih perilaku utama yang perlu diambil pelajaran dari keberhasilan adalah

Sebagai Sulthan Utsmani ketujuh, Sulthan Muhammad Al-Fatih ingin merealisasikan janji Rasulullah saw dan mewujudkan impian para pendahulunya. Dalam upaya penaklukan Konstantinopel Sulthan Muhammad Al-Fatih banyak sekali menggunakan ide-ide cemerlang. Penaklukan Konstantinopel bukan hanya impian Sulthan Muhammad Al-Fatih saja, tetapi juga impian seluruh kaum Utsmani. Permasalahan yang dihadapi oleh Daulah Utsmaniyah dalam penaklukan Konstantinopel secara umum ini memaksa Sulthan Muhammad Al-Fatih sebagai Sulthan Utsmani ketujuh untuk melaksanakan peranannya. Hal inilah yang secara empirik dan teoritis menarik untuk dikaji. Secara empirik dengan pengkajian secara mendalam akan diketahui nilai juang Sulthan Muhammad Al-Fatih sebagai sosok pemimpin yang jujur dan bertanggung jawab dapat dijadikan sumber inspirasi bagi generasi penerus bangsa sebagai suritauladan yang baik. Sedangkan secara teoritik, banyak sumber-sumber sebagai bahan untuk menyusun penelitian ini. Sumber-sumber tersebut berupa buku-buku yang dikarang oleh sejarawan. banyak buku yang menyajikan tentang peranan Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel 1451-1453 namun masih ada celah-celah yang perlu dijelaskan dalam hal latar belakang dan strategi Sulthan Muhammad AlFatih dalam penaklukan Konstantinopel 1451-1453. Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian adalah: 1) apa saja latar belakang Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel 1451-1453?; 2) bagaimanakah strategi Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel?. Tujuan penelitian ini antara lain: 1) untuk mengetahui dan mengkaji secara mendalam apa saja latar belakang Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel 1451-1453; 2) untuk mengetahui dan mengkaji secara mendalam strategi Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel. Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1) bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Peranan Sulthan Muhammad AlFatih dalam penaklukan Konstantinopel 1451-1453. 2) bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai Peranan Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel 1451-1453. 3) bagi ilmu sejarah, dapat digunakan sebagai referensi tentang sejarah Arab terutama tentang Peranan Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel. 4) bagi Almamater FKIP Universitas Jember, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan sebagai wujud nyata dalam rangka pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, dengan langkah – langkah: Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Kesimpulan pertama, latar belakang Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel adalah karena adanya dorongan iman untuk merealisasikan kabar gembira yang pernah diucapkan Rasulullah. Faktor-faktor lainya adalah lemahnya Kekaisaran Byzantium akibat konflik dengan Kristen Katolik Roma. Keindahan negeri itu dan letaknya yang sangat strategis. Kesimpulan kedua, strategi Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel diantaranya mengadakan perjanjian dengan beberapa musuhnya, membuat benteng Anaduli Hisar dan Rumilia Hisar, mengumpulkan senjata, memperkuat angkatan perangnya menjadi 250.000 pasukan dan 400 kapal laut. Pada saat penaklukan Sulthan Muhammad Al-Fatih mempunyai ide luar biasa yaitu memindahkan kapal-kapal melalui perbukitan menuju Tanduk Emas. Sulthan Muhammad Al-Fatih meraih kemenangan pada Selasa sore 29 Mei 1453, menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota Utsmani dan dikenal sebagai Istanbul. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan kepada generasi penerus bangsa bahwa peranan Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel 1451-1453 untuk dijadikan contoh sebagai suritauladan yang baik. Saran kedua, bagi para pemimpin negara dengan mengetahui perjuangan Sulthan Muhammad Al-Fatih dalam penaklukan Konstantinopel dapat dijadikan contoh sebagai sosok pemimpin yang jujur dan bertanggungjawab.

Jakarta -

Sultan Muhammad al-Fatih, merupakan salah satu pahlawan besar umat Islam selain Shalahuddin al-Ayyubi. Di usia yang masih muda, yakni 25 tahun Muhammad al-Fatih mampu menaklukkan Konstantinopel di Romawi Timur. Putra dari pasangan Sultan Murad II dengan Turki Hatun binti Abdullah itu seperti jawaban atas Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dalam hadits Ahmad berikut ini:"Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan." Berikut 5 Fakta Muhammad Al-Fatih:

1. Biografi Muhammad Al-Fatih

Muhammad Al-Fatih terlahir dengan nama Muhammad II (dalam Bahasa Turki: Mehmet-I Sani) di ibu kota Utsmaniah, 29 Maret 1432 dari pasangan Sultan Murad II dan Huma Hatun. Dia merupakan keturunan Dinasti Turki Utsmani. Dikutip dari Buku, The Great of Shalahuddin al-Ayyubi & Muhammad al-Fatih, nama Al-Fatih yang berarti Sang Penakluk merupakan julukan padanya lantaran bisa menaklukkan Konstantinopel. Selain diberi gelar Al-Fatih, Muhammad II juga mendapat julukan Abi al-Futuh dan Abi al-Khairat.

2. Karakter Pemimpin

Sejak kecil Muhammad Al-Fatih mendapatkan pendidikan yang cukup baik dari orang tuanya. Sang ayah Sultan Murad II sangat memperhatikan pendidikan anaknya, agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh.

Murad II menunjuk Syekh Ahmad ibn Ismail al Kurani, seorang ulama yang faham sekali dengan Al Qur'an. Tak heran sejak kecil Muhammad al-Fatih sudah menghafalkan Al-Quran 30 Juz, mempelajari hadits-hadits, mempelajari ilmu fiqih, matematika, ilmu falaq dan strategi perang.

Al-Fatih disiapkan sejak kecil untuk menjadi pemimpin, namun tetap dalam bimbingan para ulama. Sehingga pemikirannya tetap berada di jalan yang benar.

3. Mengguncang Konstantinopel

Di usia yang belia Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel, sekaligus menjadi penanda bahwa abad pertengahan telah berakhir. Al-Fatih menyiapkan 4 Juta tentara untuk mengepung wilayah barat dan laut. Pengepungan ini terjadi selama 50 hari.

Pasukan Al-Fatih berhasil menyeberangkan 70 kapal laut melewati hutan yang ditumbuhi pohon pohon besar. Tentu saja setelah sebelumnya selama satu malam pasukan menebangi pohon yang merintangi perjalanan. Pasukan Muhammad II berhasil menaklukkan Konstantinopel. Dan sejak itu dia mendapat gelar Sultan Muhammad Al-Fatih alias sang penakluk.

4. Peradaban yang Dibangun

Selama berkuasa yakni tahun 1451 Masehi hingga 1484, Sultan Muhammad Al-Fatih telah membangun lebih dari 300 Masjid, 57 Sekolah dan 59 tempat pemandian di berbagai wilayah di Utsmani. Salah satu peninggalannya yang terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II dan Jami' Abu Ayyub Al-Anshari.

5. Wafat dan Wasiat Sang Penakluk

Pada Rabiul Awal 1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih menderita sakit. Namun dia nekat meninggalkan Istanbul untuk berjihad. Dalam perjalanan kondisinya semakin memburuk. Tenaga kesehatan dan obat sudah tidak lagi bisa menyembuhkannya. Sang Penakluk itu pun wafat pada usia 50 tahun di tengah pasukannya pada 3 Mei 1481 M atau 4 Rabiul Awal tahun 86 Hijriah.

Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada keluarganya, khususnya Sultan Bayazid II agar dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan menjaga agama untuk pribadi, masyarakat, serta kerajaan.

(erd/erd)


Page 2

Jakarta -

Sultan Muhammad al-Fatih, merupakan salah satu pahlawan besar umat Islam selain Shalahuddin al-Ayyubi. Di usia yang masih muda, yakni 25 tahun Muhammad al-Fatih mampu menaklukkan Konstantinopel di Romawi Timur. Putra dari pasangan Sultan Murad II dengan Turki Hatun binti Abdullah itu seperti jawaban atas Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dalam hadits Ahmad berikut ini:"Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berikut 5 Fakta Muhammad Al-Fatih:

1. Biografi Muhammad Al-Fatih

Muhammad Al-Fatih terlahir dengan nama Muhammad II (dalam Bahasa Turki: Mehmet-I Sani) di ibu kota Utsmaniah, 29 Maret 1432 dari pasangan Sultan Murad II dan Huma Hatun. Dia merupakan keturunan Dinasti Turki Utsmani. Dikutip dari Buku, The Great of Shalahuddin al-Ayyubi & Muhammad al-Fatih, nama Al-Fatih yang berarti Sang Penakluk merupakan julukan padanya lantaran bisa menaklukkan Konstantinopel. Selain diberi gelar Al-Fatih, Muhammad II juga mendapat julukan Abi al-Futuh dan Abi al-Khairat.

2. Karakter Pemimpin

Sejak kecil Muhammad Al-Fatih mendapatkan pendidikan yang cukup baik dari orang tuanya. Sang ayah Sultan Murad II sangat memperhatikan pendidikan anaknya, agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh.

Murad II menunjuk Syekh Ahmad ibn Ismail al Kurani, seorang ulama yang faham sekali dengan Al Qur'an. Tak heran sejak kecil Muhammad al-Fatih sudah menghafalkan Al-Quran 30 Juz, mempelajari hadits-hadits, mempelajari ilmu fiqih, matematika, ilmu falaq dan strategi perang.

Al-Fatih disiapkan sejak kecil untuk menjadi pemimpin, namun tetap dalam bimbingan para ulama. Sehingga pemikirannya tetap berada di jalan yang benar.

3. Mengguncang Konstantinopel

Di usia yang belia Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel, sekaligus menjadi penanda bahwa abad pertengahan telah berakhir. Al-Fatih menyiapkan 4 Juta tentara untuk mengepung wilayah barat dan laut. Pengepungan ini terjadi selama 50 hari.

Pasukan Al-Fatih berhasil menyeberangkan 70 kapal laut melewati hutan yang ditumbuhi pohon pohon besar. Tentu saja setelah sebelumnya selama satu malam pasukan menebangi pohon yang merintangi perjalanan. Pasukan Muhammad II berhasil menaklukkan Konstantinopel. Dan sejak itu dia mendapat gelar Sultan Muhammad Al-Fatih alias sang penakluk.

4. Peradaban yang Dibangun

Selama berkuasa yakni tahun 1451 Masehi hingga 1484, Sultan Muhammad Al-Fatih telah membangun lebih dari 300 Masjid, 57 Sekolah dan 59 tempat pemandian di berbagai wilayah di Utsmani. Salah satu peninggalannya yang terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II dan Jami' Abu Ayyub Al-Anshari.

5. Wafat dan Wasiat Sang Penakluk

Pada Rabiul Awal 1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih menderita sakit. Namun dia nekat meninggalkan Istanbul untuk berjihad. Dalam perjalanan kondisinya semakin memburuk. Tenaga kesehatan dan obat sudah tidak lagi bisa menyembuhkannya. Sang Penakluk itu pun wafat pada usia 50 tahun di tengah pasukannya pada 3 Mei 1481 M atau 4 Rabiul Awal tahun 86 Hijriah.

Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada keluarganya, khususnya Sultan Bayazid II agar dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan menjaga agama untuk pribadi, masyarakat, serta kerajaan.

(erd/erd)