Dalam menyikapi variasi sumber belajar apa yang harus dilakukan oleh guru

Setiap guru ingin siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa dalam pelajaran adalah wujud semangat dan antusiasme mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa yang aktif di dalam kelas dapat dijadikan indikator bahwa mereka sudah siap mengikuti pembelajaran.

Siswa yang aktif dalam kelas adalah siswa yang aktif mengikuti pembelajaran, mau membemrikan pendapatnya, memberikan jawaban saat ditanya, dan juga berani bertanya saat mengalami kendala dalam pembelajaran. Bukan yang hanya aktif berbicara atau bertingkah sehingga membuat kelas menjadi gaduh. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran aktif? Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menggunakan metode-metode atau cara-cara jitu untuk membuat semua siswa terlibat dalam proses pembelajaran seperti bertanya, memperhatikan, menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas dari guru, dan memberikan pendapat dalam diskusi.

Untuk memancing siswa supaya aktif dan terlibat dalam pembelajaran diperlukan strategi-strategi, metode-metode, dan cara-cara khusus seperti di bawah ini:

1. Memperbanyak praktik, tidak hanya teori

Dalam menyikapi variasi sumber belajar apa yang harus dilakukan oleh guru

Foto olehAlena DarmeldariPexels

Kegiatan pembelajaran di kelas yang dapat Guru Pintar aplikasikan untuk meningkatkan keaktifan siswa yaitu dengan cara melakukan banyak kegiatan praktik. Praktik langsung ataau membuat proyek-proyek tertentu merupakan salah satu contoh pembelajaran aktif. Saat siswa hanya mendengar Guru Pintar menyampaikan materi dengan metode ceramah saja, siswa akan merasa bosan atau bahkan mengantuk. Jika melakukan praktik langsung, siswa dituntut untuk selalu aktif dalam bertanya, aktif dalam menemukan berbagai macam sumber atau referensi supaya praktik yang mereka lakukan berhasil. Dalam kegiatan yang melibatkan siswa secara langsung seperti akan membuat siswa yang pendiam dan pemalu sekalipun tergugah untuk menjadi lebih aktif dari sebelumnya.

2. Menggunakan model pembelajaran jigsaw

Dalam menyikapi variasi sumber belajar apa yang harus dilakukan oleh guru

Foto olehMART PRODUCTIONdariPexels

Salah satu model pembelajaran yang dapat Guru Pintar terapkan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar di kelas adalah model pembelajaran Jigsaw. Apakah model pembelajaran Jigsaw? Jigsaw merupakan model pembelajaran yang membuat siswa harus berdiskusi dengan teman-temannya dalam sebuah kelompok kecil. Setiap kelompok kecil akan mendiskusikan tema yang sama. Setelah memahami tema dari kelompoknya, Guru Pintar akan membentuk kelompok kecil baru yang beranggotakan perwakilan dari kelompok-kelompok kecil sebelumnya. Dalam kelompok kecil yang baru ini, masing-masing siswa akan diminta untuk menjelaskan kembali materi yang sudah mereka diskusikan dalam kelompok sebelumnya. Dengan demikian siswa dituntut untuk aktif membagikan informasi atau penegetahan yang didapat dari diskusi sebelumnya sekaligus aktif mendengarkan informasi atau pengetahuan baru yang disampaikan oleh temannya.

3. Memberikan apresiasi atau reward

Dalam menyikapi variasi sumber belajar apa yang harus dilakukan oleh guru

Foto olehNataliya VaitkevichdariPexels

Setiap siswa ingin mendapatkan penghargaan dan pengakuan baik dari Guru Pintar atau dari lingkungan sekitar. Cara membuat siswa aktif di kelas yang dapat Guru Pintar lakukan adalah dengan memberikan apresiasi atau reward kepada siswa. Hal ini dapat Guru Pintar jadikan stimulus semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas. Dengan demikian akan membuat siswa terpacu untuk melakukan yang terbaik termasuk aktif dan memberikan kontribusi dalam kelas yang dinamis. Bentuk apresiasi atau reward tidak harus berbentu benda. Guru Pintar dapat memberikan pujian-pujian yang kontruktif atau memberikan reward berupa poin-poin di mana siswa dengan jumlah poin-poin tertentu dapat memiliki keistimewaan seperti menjadi pemimpin kelas atau menjadi student of the month.

4. Diskusi kelompok

Dalam menyikapi variasi sumber belajar apa yang harus dilakukan oleh guru

Foto olehRF._.studiodariPexels

Cara belajar aktif lainnya yang dapat Guru Pintar terapkan adalah dengan berdiskusi kelompok. Di dalam kelompok, Guru Pintar dapat membuat aturan-aturan yang mengharuskan semua anggotanya aktif dalam diskusi. Tidak ada yang mendominasi dan tidak ada yang hanya pasif mendengarkan saja. Tunjuk ketua kelompok yang mampu menghidupkan diskusi dan mengontrol anggotanya sehingga diskusi dapat berjalan dengan kondusif. Diskusi memiliki beberapa manfaat dalam pembelajaran. Selain dapat meningkatkan keaktifan siswa, diskusi akan melatih siswa dalam berpikir kritis dan juga membangun rasa percaya diri.

5. Memberikan pertanyaan yang HOTS

Dalam menyikapi variasi sumber belajar apa yang harus dilakukan oleh guru

Foto olehOlya KobrusevadariPexels

Cara belajar siswa aktif yang terakhir adalah dengan selalu memberikan pertanyaan-pertanyan yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking skill. Pertanyaan-pertanyaan tertutup yang hanya mengkonfirmasi hapalan tidak akan membuat siswa tertantang. Dengan pertanyaan-pertanyaan HOTS, siswa dituntut berpikir kritis dan juga kreatif. Dengan demikian siswa akan terlatih untuk bernalar sekaligus berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Itulah kelima cara yang dapat Guru Pintar terapkan di dalam pembelajaran di kelas untuk meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar dan mengajar.

a. Pengertian Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi merupakan hal yang perlu dilakukan saat proses pembelajaran. Menurut Alma (2009: 42) membuat variasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam perilaku keterampilan mengajar. Variasi dalam hal ini adalah menggunakan berbagai metode, gaya mengajar, sumber bahan pelajaran, media pengajaran, dan variasi dalam bentuk interaksi antara guru dan peserta didik.

Menurut Usman (2009: 84) variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan peserta didik sehingga dalam situasi belajar-mengajar, peserta didik senantiasa menunjukkan ketekunan, antusias, serta penuh partisipasi.

Sesuai dengan pendapat Mulyasa (2015: 78) mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.

Selanjutnya menurut Saud (2012: 70) variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para peserta didik serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Prestasi belajar yang maksimal dapat diupayakan oleh guru dengan melakukan hal-hal yang bisa membangun atau menambah semangat dan motivasi belajar peserta didik berupa keterampilan mengadakan variasi, karena semangat dan motivasi peserta didik dalam belajar akan sangat berpengaruh pada prestasi belajar yang dicapai peserta didik.

b. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Mengadakan Variasi
Penggunaan keterampilan mengadakan variasi terutama ditujukan kepada peserta didik dan memiliki maksud yang ingin dicapai oleh guru. Maksud dalam hal ini adalah tujuan guru untuk menggunakan keterampilan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sukirman (2012: 266) terdapat beberapa poin penting yang menjadi tujuan dan manfaat dari variasi stimulus, di antaranya yaitu:

  1. Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
  2. Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai akibat dari kegiatan yang bersifat rutinitas.
  3. Meningkatkan perhatian dan motivasi siswa.
  4. Mengembangkan sifat keingintahuan siswa terhadap hal-hal yang baru.
  5. Menyesuaikan model pembelajaran dengan cara belajar siswa yang berbeda-beda.
  6. Meningkatkan kadar aktivitas belajar siswa.


Variasi dalam pembelajaran menurut Mulyasa (2015: 78) bertujuan untuk:
  1. Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan.
  2. Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.
  3. Memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran.
  4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.


Selanjutnya menurut Asril (2010: 86) tujuan proses pembelajaran variasi adalah menumbuhkembangkan perhatian dan minat peserta didik agar belajar lebih baik, sedangkan manfaat keterampilan variasi dalam proses pembelajaran adalah:
  1. Menumbuhkan perhatian peserta didik.
  2. Melibatkan peserta didik berpartisipasi dalam berbagai kegiatan proses pembelajaran.
  3. Dengan bervariasinya cara guru menyampaikan proses pembelajaran, maka akan membentuk sikap positif bagi peserta didik terhadap guru.
  4. Dapat menanggapi rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki peserta didik.
  5. Melayani keinginan dan pola belajar para peserta didik yang berbeda-beda.


Cara untuk mencapai berbagai tujuan keterampilan mengadakan variasi tersebut, guru harus memahami tentang keterampilan mengadakan variasi dan mengetahui hal-hal yang diperlukan demi tercapainya tujuan tersebut. Pembelajaran akan berjalan maksimal ketika tujuan keterampilan mengadakan variasi dapat dilaksanakan secara optimal.

c. Prinsip-prinsip Keterampilan Mengadakan Variasi
Pelaksanaan keterampilan mengadakan variasi dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Menurut Saud (2012: 71) prinsip-prinsip keterampilan mengadakan variasi yaitu; 
  1. variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai,
  2. variasi harus digunakan dengan lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian peserta didik dan tidak mengganggu pelajaran, dan
  3. variasi harus direncanakan secara baik dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.

Sesuai dengan pendapat di atas, menurut Setiani dan Donni (2015: 21) terdapat tiga prinsip utama yang perlu diperhatikan dalam penggunaan variation skills, yaitu kejelasan maksud, berkesinambungan, dan direncanakan.

Menurut Darmadi (2012: 3) penerapan keterampilan mengadakan variasi harus dilandasi dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan materi dan latar belakang sosial budaya serta kemampuan peserta didik, berlangsung secara berkesinambungan, serta dilakukan secara wajar dan terencana.

Selanjutnya menurut Usman (2009: 84) prinsip penggunaan keterampilan mengadakan variasi yaitu:
  1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
  2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian peserta didik dan tidak mengganggu pelajaran.
  3. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.

Secara umum prinsip-prinsip dalam keterampilan mengadakan variasi yaitu kejelasan maksud dan tujuan, sesuai dan berkesinambungan, serta direncanakan dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut sebagai acuan dalam melaksanakan keterampilan mengadakan variasi secara tepat.

d. Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari beberapa komponen. Menurut Djamarah (2005: 124) keterampilan mengadakan variasi proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu;
  1. variasi dalam gaya mengajar,
  2. variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, serta
  3. variasi dalam interaksi antara guru dengan peserta didik.

Selanjutnya menurut Usman (2009: 85) komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi adalah sebagai berikut;
  1. variasi dalam cara mengajar guru,
  2. variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran, dan
  3. variasi pola interaksi dan kegiatan peserta didik.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2012: 66-67) komponen keterampilan variasi antara lain, yaitu variasi dalam gaya mengajar guru, variasi penggunaan media dan bahan-bahan pengajaran, serta variasi pola interaksi dan kegiatan peserta didik. Selanjutnya menurut Darmadi (2012:3) keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu variasi gaya mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan variasi pola interaksi.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan komponen keterampilan mengadakan variasi berdasarkan pendapat Djamarah (2005: 124) yaitu;
  1. variasi dalam gaya mengajar,
  2. variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, serta
  3. variasi dalam interaksi antara guru dengan peserta didik.

Menurut Djamarah (2005: 126-130) berikut indikator yang tercermin dari sub-sub komponen keterampilan mengadakan variasi, yaitu:
1) Variasi dalam gaya mengajar guru
a) Variasi suara
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan.

b) Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan penekanan secara verbal biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan.

c) Pemberian waktu (pausing)
Untuk menarik perhatian peserta didik dapat dilakukan dengan mengubah suasana menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan/diam, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya.

d) Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan peserta didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas menatap mata setiap peserta didik untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.

e) Gerakan anggota badan (gesturing)
Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi.

f) Pindah posisi
Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau di antara peserta didik dari belakang ke samping peserta didik.

2) Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran
a) Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi.

b) Variasi media taktil
Variasi media taktil adalah penggunaan media yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran.

3) Variasi dalam interaksi antara guru dengan peserta didik
a) Peserta didik mandiri
Peserta didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.

b) Peserta didik pasif
Peserta didik mendengarkan dengan pasif, situasi didominasi oleh guru, dimana guru berbicara kepada peserta didik.