Contoh kosakata ilmiah dalam pidato persuasif

Ilustrasi menulis kata emotif. Foto: Shutter Stock

Kata emotif merupakan ragam kata yang dapat menimbulkan emosi subjektif suatu individu atau kelompok. Kata ini mampu menciptakan perasaan positif dan negatif pada seseorang melalui sentuhan pancaindranya (penglihatan, sentuhan, rasa, aroma, dan pendengaran).

Mengutip buku Bahasa Indonesia SMP/MTs untuk Kelas VII karya Agus Trianton, kata emotif dikenal juga dengan istilah konotatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konotatif diartikan sebagai tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang.

Kata konotatif umumnya tidak menunjukkan arti yang sesungguhnya. Sehingga, ragam kata ini lebih banyak digunakan dalam karya tulis yang bernilai sastra.

Bagaimana bentuk kata emotif dalam bahasa Indonesia dan seperti apa contohnya? Nah, berikut kami rangkum penjelasannya untuk Anda.

Ragam Kata Emotif dalam Bahasa Indonesia

Kata emotif biasa digunakan sebagai kaidah kebahasaan pada teks pidato dan deskripsi. Penggunaannya bisa berbeda, bergantung pada fungsi, karakter, serta tujuan dari teks itu sendiri.

Ilustrasi menulis kata emotif. Foto: Shutter Stock

Pada teks deskripsi, kata emotif hanya menggunakan ungkapan yang mengandung pikiran dan perasaan positif saja. Sedangkan pada teks pidato, kata emotif biasanya diisi dengan pikiran dan perasaan yang beragam.

Menurut Rafael Raga dalam buku Pengantar Logika, kata emotif dapat membawa pengaruh emosional yang kuat bagi pembacanya. Sebab, dalam kata ini, pembaca diajak untuk berimajinasi dan berekspresi menggunakan pancaindra mereka.

Contohnya, kata birokrat, pejabat pemerintah, dan pelayan publik memiliki arti literal yang hampir identik. Namun, dalam arti emotif setiap kata itu memiliki makna yang berbeda.

Kata birokrat umumnya cenderung mengekspresikan kekesalan, kemarahan, dan celaan. Sementara kata pelayan publik biasanya diartikan sebagai sesuatu hal yang terhormat. Kata ini cenderung mengekspresikan dukungan dan persetujuan dari masyarakat.

Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengaruh emotif suatu kata selalu berkaitan dengan ciri-ciri yang diacu oleh referennya. Kata mawar mengacu pada tanaman dengan batang berduri yang berbau harum.

Kata ini bisa mewakili suatu perumpamaan pada situasi dan kondisi tertentu. Penulis bebas mengekspresikan emosinya secara subjektif, dengan pandangan yang positif ataupun negatif. Ini bisa dijadikan sarkasme atau sindiran pada individu atau kelompok tertentu.

Ilustrasi menulis kata emotif. Foto: Shutter Stock

Contohnya,“Kamu pikir dirimu itu siapa, pejabat penting dari Departemen Pendidikan Nasional?”

Kata ‘pejabat penting’ dalam kalimat di atas dapat bermakna 'senang memerintah dan banyak mengatur'. Namun, makna itu juga dapat memiliki arti yang berbeda, tergantung pada nilai rasa seseorang pada individu itu sendiri.

Dikutip dari beberapa sumber, berikut contoh kata emotif yang bisa Anda simak:

  • Ayolah bung, janganlah kau terus bermasam muka seperti itu!

  • Mari kita didik anak-anak kita supaya tidak terjebak ke dalam arus pergaulan bebas.

  • Oleh karena itu, kita mesti lebih kritis terhadap pemberitaan media agar kita tidak termakan oleh berita palsu.

  • Senyumanmu begitu manis semanis madu.

  • Gantungkanlah cita-cita kalian setinggi angkasa.

  • Tuntutlah ilmu hingga ke ujung dunia.

  • Raihlah cita-citamu dan dobraklah pintu kemustahilan.

  • Engkau adalah tulang rusukku yang aku cari selama ini.

  • Berusahalah hingga titik darah penghabisan!

  • Kau adalah belahan jiwa yang aku cari sedari dulu.

  • Cintaku ini suci, sesuci bayi yang baru terlahir ke dunia.