Berikut yang tidak termasuk pengelompokan ragam hias pada kain batik adalah

RAGAM RIAS KAIN BATIK 45 Ragam Hias Kain Batik A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari ragam hias kain batik Nusantara. Batik merupakan cara menghias latar kain melalui teknik celup rintang. Cara ini telah dilakukan sejak masa pelukisan dindingdinding gua. Batik kemudian berkembang dan menjadi sarana untuk mengekspresikan diri, kepercayaan, serta perlambangan. Nusantara merupakan daerah perkembangan batik yang terbaik. Di wilayah tersebut dapat ditemukan batik dengan beraneka ragam hias sehingga kebutuhan masyarakat keraton dan mancanegara dapat terpenuhi. Peruntukan inilah yang kemudian membagi batik dalam dua kelompok besar, yaitu batik keraton yang mengacu pada aturan keraton, dan batik pesisiran yang mengikuti permintaan pasar secara umum. Ragam hias yang dihasilkan masing-masing juga menampilkan keindahan dan keunikannya.

46 TEKSTIL B. TUJUAN Setelah mempelajari materi ini, kita diharapkan memiliki kemampuan dalam: 1. Memahami berbagai pengetahuan tentang sejarah, teknikteknik ragam hias batik, pengelompokan serta pembagian bidang-bidang corak pada kain batik. 2. Menghayati keragaman corak ragam hias pada kain batik Nusantara. C. RAGAM HIAS PADA KAIN BATIK NUSANTARA Sejarah Ragam Hias Batik Nusantara Batik merupakan tradisi penduduk Nusantara yang berkembang sejak masa lalu. Kebiasaan membuat ragam hias sudah dilakukan sejak orang-orang purba melukis dinding-dinding gua. Lukisan dinding gua, antara lain terdapat di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Pulau Muna, Pulau Seram, Pulau Kei Kecil, Papua dan Kalimantan. Ada bermacam-macam bentuk lukisan pada dinding gua, antara lain lukisan manusia dengan berbagai posisi, seperti berjongkok, menari, berkelahi, dan berdiri. Di samping itu, terdapat pula lukisan hewan, seperti kadal, buaya, anjing, rusa, kuda, burung; aneka alat dan senjata, seperti perahu, tombak, perisai, serta alam sekitar, seperti matahari. Namun bentuk lukisan yang paling banyak adalah telapak tangan. Cara melukisnya adalah tangan Gambar 4.1: Penelitian arkeologi menemukan lukisan dinding gua zaman purbakala masa manusia mulai berburu. Lukisan itu ditemukan di Sulawesi, Pulau Muna, Pulau Seram, Papua dan Kalimantan direntangkan pada dinding, lalu dilukis dan dibubuhi pewarna. Bagian lukisan yang tertutup tangan tidak terkena pewarna. Tangan telah menghalangi

RAGAM RIAS KAIN BATIK 47 tertempelnya pewarna pada dinding gua. Inilah teknik pewarnaan dengan bahan perintang yang mula-mula dikenal manusia. Cara ini merupakan dasar teknik batik, yakni bagian-bagian tertentu ditutupi agar tidak terkena warna. Di samping itu, ada pula teknik membatik yang menggunakan alat lain sehingga bentuk-bentuknya lebih lentur dan rinci, seperti malam contohnya. Malam adalah sejenis lilin yang dicairkan dengan cara pemanasan. Malam digoreskan pada permukaan kain. Bentuk goresan dapat berbentuk titik dan garis sehingga menghasilkan corak. Setelah proses tersebut selesai, kain dicelup ke dalam zat pewarna. Bagian-bagian yang tertutup oleh malam tidak akan tertembus zat warna saat dicelup. Corak terbentuk melalui perbedaan warna antara bagian permukaan kain yang terhalang oleh warna dan yang langsung menyerap warna. Ragam hias batik merupakan ekspresi jati diri dan lingkungan pembuatnya. Ragam hias menjadi tempat curahan imajinasi perorangan maupun kelompok masyarakat. Ragam hias juga dapat menggambarkan cita-cita mereka terhadap hal-hal yang ideal. Apabila kebiasaan ini dikembangkan secara kontinu, maka kebiasaan ini akan menjadi tradisi. Seperti halnya kebudayaan, ragam hias juga dapat mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh berkembangnya keadaan lingkungan dan norma yang dianut. Sehubungan dengan itu ragam hias batik dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu, Batik Keraton dan Batik Pesisiran. C.1 Batik Keratonan Batik keraton adalah batik yang tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat keraton, khususnya keraton di Jawa Tengah. Ragam hias kelompok batik ini dibuat atas dasar filsafat kebudayaan Jawa yang mengacu pada nilai-nilai spiritual dan pemurnian diri. Paham ini juga memandang manusia dalam konteks keselarasan dalam semesta alam yang tertib, serasi dan seimbang. Tata krama Jawa, khususnya di lingkungan keraton sangat berpengaruh dalam pembuatan batik. Berbagai ketentuan tentang

48 TEKSTIL Gambar 4.2: Batik keraton dengan corak Wahyu Temurun perilaku turut mengatur keluarga raja beserta kerabat keraton, baik dalam bertindak, berbicara, maupun berbusana. Penghalusan perilaku dan kegiatan seni budaya, seperti mendalang, menari, membuat keris, dan juga membatik menjadi sangat penting dalam mencapai nilai-nilai harkat ideal. Perwujudan bentuk yang jelas, teratur dan formal serta hubungan antara corak utama dengan corak latar merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam membuat batik keraton. Oleh karena itu, batik keraton cenderung bernuansa tertib, namun sarat dengan nilai dan makna spiritual, serta perlambangan alam semesta. Bagi pembatik keraton, membatik adalah ibadah, suatu seni tinggi yang mengikuti aturan dan arahan filosofi aristokrasi Jawa. Kesemuanya menyebabkan batik memiliki daya tarik tersendiri. Karena itu, hingga kini batik masih digemari masyarakat dunia. C.2 Batik Pesisiran Batik pesisiran adalah kain-kain batik yang berasal dari luar benteng keraton. Batik ini mengalami pertumbuhan yang berbeda

RAGAM RIAS KAIN BATIK 49 Gambar 4.3: Batik Madura dengan corak bunga-bungaan dengan batik keraton. Faktor penyebabnya antara lain adalah masyarakat pembuat batik pesisiran berasal dari kalangan ini yang tidak berinduk kepada alam pikiran keraton. Sifat, iklim serta kondisi masyarakat pesisiran berbeda dengan penghuni keraton. Aktivitas membuat batik bukan pekerjaan utama masyarakat pesisir. Mereka membuat batik di sela-sela pekerjaan utama, yakni bertani, beternak dan menangkap ikan. Karena itu, membatik merupakan alat untuk mengungkapkan ekspresi yang bebas dan tidak terikat pada aturanaturan khusus. Oleh karenanya ragam hias yang dihasilkan tampak lebih spontan dan apa adanya. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan adanya perbedaan antara batik keraton dan pesisiran adalah fungsi batik bagi masyarakat pesisiran. Bagi masyarakat pesisiran kain batik lebih berfungsi sebagai barang dagangan. Ragam hias yang dipilih masyarakat pesisiran umumnya sudah dikenal secara turun temurun dan menjadi tradisi di daerah tersebut. Karena itu, mereka dapat membatik dan membuat ragam hias secara langsung pada kain tanpa disinggung terlebih dahulu. Cara menggambar seperti ini sangat cepat dan spontan, tetapi tidak teliti. Umumnya coraknya hanya dibuat dengan canting klowongan, tanpa menggunakan variasi canting lain. Warna yang digunakan sesuai dengan tradisi setempat.

50 TEKSTIL Sebagai barang dagangan, batik pesisiran banyak dikembangkan oleh para pedagang. Minat pasar yang besar akan jenis batik ini membangkitkan jiwa wirausaha banyak orang. Di beberapa tempat, batik pesisiran ini sempat menjadi barang dagangan sampai ke mancanegara. Hal itu menyebabkan perkembangan ragam hias dan warna batik masyarakat pesisiran mengacu pada permintaan pasar. Karena itu, produk batik daerah ini memiliki corak dinamis dan beraneka ragam, dengan proses pembuatan yang efisien, cepat, dan mutu yang stabil. Ragam hias batik sangat banyak jumlahnya. Coraknya hadir dalam ungkapan seni rupa yang amat beragam pula, baik dalam variasi bentuk maupun warna. Hal ini terjadi karena perbedaan latar belakang yang mendasari pembuatan kain batik. Perbedaan ini dipengaruhi antara lain oleh letak geografis, kepercayaan, adat istiadat, tatanan sosial, gaya hidup masyarakat serta lingkungan setempat. Hal-hal tersebut menyebabkan setiap daerah memiliki ciri khas batik masing-masing. Di lain pihak ada pula faktor-faktor yang menyebabkan adanya kemiripan ragam hias antardaerah. Misalnya cita rasa yang sama, hubungan niaga, serta kekerabatan akibat perkawinan di antara pembuat batik dan sebagainya. D. PEMBAGIAN POLA BIDANG CORAK PADA KAIN BATIK Sehelai kain batik memuat sejumlah corak yang dapat dikelompokkan menjadi corak utama, corak tambahan (isen-isen), dan corak pinggir. Corak-corak ini ditempatkan pada latar kain dengan posisiposisi tertentu. Posisi-posisi ini disebut kepala kain, badan kain, tumpal, pinggir, atau isen-isen. Corak utama terletak pada badan dan kepala kain serta tampak dominan. Isen-isen adalah corak yang mengisi bidang-bidang di antara corak utama dan berfungsi sebagai latar belakang. Corak pinggir diletakkan pada sisi-sisi kain. Bagian ini ditampilkan melalui penggambaran yang bersifat pengulangan yang berirama. Corak-corak ini dapat tampil dalam bentuk geometris dan non-geometris. Corak geometris yang termasuk dalam

RAGAM RIAS KAIN BATIK 51 Gambar 4. 4: Bentuk swastika (banji) sebagai corak pengisi latar (isen-isen) a : badan; b : papan; c : tumpal; d : pinggir; e: pinggir a : badan; b : papan; c : tumpal; d : pinggir Gambar 4.5: Corak Alas-alasan (alas = hutan). Corak ini menggambarkan hutan dengan segala isinya dan merupakan perlambangan dari bumi dan alam sekitar garis miring, silang serta bentuk anyam, antara lain parang, ceplok, kawung, banji. Di samping itu, terdapat pula aneka corak nitik, untu walang, segitiga tumpal dan lain sebagainya. Adapun corak nongeometris mencakup bentuk yang lebih bebas, seperti semen, lunglungan, buketan, cemukiran, modang dan sebagainya. D.1 Corak Utama Corak utama umumnya merupakan penghayatan pembatik terhadap alam fikiran serta falsafah yang dianutnya. Bagian ini merupakan ungkapan perlambangan atau biasanya menjadi nama kain. Corak-corak tersebut antara lain alas-alasan (alas = hutan). Alasalasan melukiskan kehidupan flora dan fauna khususnya yang terdapat di dalam hutan. Ada pula corak kawung yang menggambarkan biji buah kawung / buah aren (Arenga saccharifera Labil)

52 TEKSTIL Gambar 4.6: Corak alas-alasan yang tersusun diagonal dua arah. Ragam hias ini biasanya menjadi corak utama pada sehelai kain. Namun tidak jarang pula corak ini digunakan sebagai hiasan latar kain yang digabung dengan corak lainnya. Di Cirebon terdapat ragam hias yang bernama mega mendung. Mega mendung berarti kumpulan awan. Ragam hias ini menampilkan aneka lajur berlekuk dengan nuansa warna kebiruan dengan gradasi ke arah putih. Selain itu, terdapat pula ragam hias yang namanya bermakna secara menyeluruh, seperti Sidomukti, Pisan Bali, Madubranta, Parang Rusak dan sebagainya. Gambar 4.7: Corak Sidomukti, digunakan pada kain batik dari Jawa D.2 Isen-isen Isen-isen merupakan corak tambahan. Corak ini hanya sebagai pengisi latar kain khususnya pada bidang kosong di sela-sela corak utama. Umumnya isen-isen berukuran kecil dan dibuat sesudah pembuatan corak utama selesai digambar. Corak isen-isen memiliki nama tersendiri untuk setiap macamnya. Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama sebab setiap bidang kosong diisi sampai serinci mungkin. Tidak jarang isen-isen ini dibentuk lebih rinci dan rumit daripada corak utama. Secara umum jenis ragam hias ini dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu:

RAGAM RIAS KAIN BATIK 53 Pengisi latar kain di sela-sela corak utama, antara lain corak galar atau galaran (garis horizontal), rawan (alur garis berombak), ukel (kecil), dan udar (besar), belara sineret (sirap daun), anam klasa (anyaman), sisik melik, dan sebagainya. Pengisi bidang di dalam ragam hias, seperti cecek waljinah, kembang jeruk, kembang cengkeh, sawut gabahan, kemukus, serit (deretan garis rinci), atau untu walang (segitiga berderet sejajar) dan sebagainya. Corak isen-isen dibuat berdasarkan penghayatan terhadap kesan keseluruhan yang diterima, tanpa mempersoalkan ketepatan bentuk. Faktor inilah yang senantiasa banyak digemari orang karena dapat menampilkan keindahan hasil penghayatan yang mendalam dan bukan ketepatan bentuk. D.3 Corak Pinggir Corak pinggir kain atau pinggiran biasanya dijumpai pada kain-kain panjang batik pesisir dan kain sarung. Pada kedua jenis kain ini pinggiran terletak pada sisi memanjang kain. Seperti juga corak utama dan isen-isen, corak pinggir hadir dalam aneka ragam bentuk. Ada Gambar 4.8: Batik dengan isen-isen corak geringsing Gambar 4.9: Baris kecil pada bagian bawah dari kain batik ini disebut pinggir

54 TEKSTIL yang amat sederhana, seperti sered, atau bentuk-bentuk geometris segitiga (untu walang) yang menghiasi bagian tepi pinggir pada kain panjang dan selendang. Selain itu, ada juga corak pinggir yang berbentuk rumit dan rinci seperti kain-kain batik gaya Cina dan Indo. Tidak semua corak pinggir terletak pada tepi kain, bisa juga corak pinggir terletak di tengah sebagai pembatas antara kelompok corak utama. D.4 Corak-corak Larangan Gambar 4.10: Corak Udan Liris (hujan gerimis) Gambar 4.11: Corak Parang Rusak Gambar 4.12: Corak Kawung Pada batik keraton terdapat corak-corak tertentu yang hanya diperuntukkan bagi kalangan raja dan kerabatnya saja. Corakcorak ini disebut corak larangan. Artinya, masyarakat umum yang bukan keturunan ningrat tidak diperkenankan mengenakannya. Menurut informasi, sejauh ini hanya keraton Yogyakarta dan Surakarta yang mengumumkan peraturan seperti itu. Masa awal pemberlakuan peraturan corak larangan tercatat tahun 1769, 1784, dan 1790 melalui maklumat Sunan Solo. Corak-corak tersebut adalah: Sawat, Parang Rusak, Cemukiran, Kawung dan Udan Liris. Sementara itu, pihak keraton

RAGAM RIAS KAIN BATIK 55 Yogyakarta mengeluarkan peraturan serupa dengan terperinci. Pemilihan corak bergantung pada tingkat keningratan seseorang. Berbagai aturan yang diberlakukan untuk penggunaan corak larangan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Penguasa, putera mahkota, dan permaisuri atau istri mereka harus menggunakan corak: a. Semua jenis corak Parang Rusak. b. Sambegan huk. c. Garuda Ageng. 2. Khusus bagi para anggota keluarga yang bergelar pangeran serta keturunan penguasa menggunakan corak: a. Semua corak semen dengan sayap garuda berganda maupun tunggal. b. Udan Liris. 3. Kerabat jauh yang bergelar Raden Mas atau Raden menggunakan corak: a. Semua corak semen tanpa bentuk-bentuk sayap. b. Kawung. c. Rujak Sente, mirip Udan Liris yang umumnya menggunakan garis-garis diagonal bercorak. Ragam Hias Kain Batik Kompetensi Konsepsi 1. Buatlah latihan yang bertujuan untuk memahami keterkaitan antara pola corak kain dan sarung batik beserta fungsinya. a. Kumpulkan gambar kain dan sarung batik yang terdapat dalam koran atau majalah bekas, Internet, foto, buku, dan lain-lain. b. Jelaskan dan gambarkan perbedaan pola corak kain dan sarung batik yang telah kamu peroleh.

56 TEKSTIL c. Uraikan mengapa terdapat perbedaan pola corak antara kain dan sarung batik jika ditinjau dari fungsi kain dan sarung. d. Ungkapkan pendapatmu tentang keterkaitan antara pola corak dan fungsi kain dan sarung batik. Apa yang berhasil kamu temukan dalam proses belajar ini? Bagaimana pendapatmu tentang proses dan hasil yang kamu peroleh. 2. Buatlah latihan yang bertujuan untuk memahami karakteristik batik Nusantara ditinjau dari unsur isen-isennya. a. Kumpulkan berbagai macam bentuk isen-isen (10 macam) pada kain atau sarung batik. b. Uraikan perbedaan bentuk dan nama dari jenis isen-isen yang terdapat pada latar kain dan sarung batik tersebut. c. Uraikan pendapatmu tentang keterkaitan antara bentuk dan nama isen-isen dalam contoh-contoh batik yang kamu temukan. Tuliskan pendapatmu tentang proses dan hasil yang kamu peroleh. Kompetensi Apresiasi 1. Pilihlah gambar kain batik yang kamu sukai. Salin isen-isen yang terdapat pada gambar tersebut ke atas kertas tipis atau plastik transparan. a. Uraikan perasaanmu terhadap proses penyalinan isen-isen dari kain ke kertas atau plastik. b. Uraikan apakah kamu memerlukan keterampilan, ketelitian dan kesabaran untuk memindahkannya? Jelaskan bagaimana perasaanmu ketika mengerjakan latihan itu. c. Ungkapkan perasaanmu ke dalam tulisan, atau gambar, serta puisi atau cerita tentang pembatik dan karya kain batik Nusantara yang sangat beragam dan indah.