Berikut ini yang termasuk perubahan bentuk dari Awalan me kecuali

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak sekali (mungkin) orang-orang yang tinggal lama di Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tapi ternyata masih banyak di antara kita yang belum mengetahui bahasa Indonesia yang benar sesuai kebakuan dan aturan (grammar). Ini saya temui saat melihat skripsi mahasiswa, yang ternyata banyak sekali kesalahan penulisan di dalamnya (misalnya didalam seharusnya di dalam, di analisis seharusnya dianalisis). Adanya kesalahan yang dibiarkan ini akhirnya menjadi kesalahan yang membudaya. Sesuatu yang salah kita anggap benar (karena banyak yang salah tapi tetap dicontoh), yang benar malah dianggap salah (karena yang benar hanya sedikit). Hal ini mungkin karena kurangnya kita membaca, mengetahui, memahami. Mungkin kita hanya mendapat ilmu secara sepotong-potong dan mungkin faktor-faktor lainnya.

Salah satu contoh yang jelas adalah berapa banyak di antara kita yang menggunakan kata "silahkan"padahal yang baku adalah silakan, "merubah" padahal yang baku adalah "mengubah" (kata dasarnya ubah bukan rubah). Penulisan tanda baca juga paling banyak yang salah, misalnya tanda baca ":" seharusnya tidak boleh ada spasi di awal ":" kecuali pemerian, misalnya "sebagai berikut :" adalah salah, yang benar adalah "sebagai berikut:". Bagi yang menggunakan Microsoft Word, kita sebenarnya dibenarkan oleh si Word. Bila kita tuliskan "sebagai berikut :" (ada spasi di depan ":"), oleh si Word akan digarisbawahi karena yang benar adalah "sebagai berikut:", tapi berapa banyak dari kita yang mengikut pembenaran itu?

Tergelitik karena tulisan Mempengaruhi, Memengaruhi, Memeng aruh-aruh Hi... saya ingin memberikan sedikit informasi. Saya bukan ahli di bidang linguistik, tetapi sedang dan akan terus mempelajari bahasa Indonesia dan fenomena-fenomena yang terjadi karena saya bekerja di bidang linguistik komputasi, Natural Language Processing (NLP), salah satu topiknya stemming dan lemmatization.

Salah satu contoh yang bisa membuat kita bingung sesuai tulisan Kompasiana di atas adalah tentang morfologi kata. Bagaimana pembentukan kata setelah pemberian awalan me- dan p itu, kapan huruf p luluh dan kapan tidak.

Nah, untuk memberikan sedikit pencerahan untuk awalan me- pada kata berawalan huruf p adalah sebagai berikut.

me+(kata dasar awalan pV(okal)) --> huruf p luluh

  • me+pesona = memesona (kata dasar pesona)
  • me+pukul = memukul (kata dasar pukul)
  • me+percaya = mempercaya (kata dasar percaya)

me+bukan kata dasar awal p (kata berimbuhan per-kata dasar) --> huruf p tidak luluh

  • me+perdaya (kata dasar daya dapat awalan per-) = memperdaya
  • me+peralat (kata dasar alat dapat awalan per-) = memperalat
  • me+pe+ajar+i (kata dasar ajar, bukan pelajar) = mempelajarian

Jadi, dari contoh di atas, sebenarnya ada dua imbuhan yang diberikan pada kata dasar yaitu me- dan per-, sehingga huruf p tidak boleh luluh

me+(kata dasar awalan pK(onsonan)) --> huruf p tidak luluh

  • - me+praktik+kan = mempraktikkan
  • - me+protes+kan = memprotes

Perkecualian

Setiap bahasa memiliki perkecualian, salah satunya adalah dalam hal pembentukan kata. 


Page 2

Banyak sekali (mungkin) orang-orang yang tinggal lama di Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tapi ternyata masih banyak di antara kita yang belum mengetahui bahasa Indonesia yang benar sesuai kebakuan dan aturan (grammar). Ini saya temui saat melihat skripsi mahasiswa, yang ternyata banyak sekali kesalahan penulisan di dalamnya (misalnya didalam seharusnya di dalam, di analisis seharusnya dianalisis). Adanya kesalahan yang dibiarkan ini akhirnya menjadi kesalahan yang membudaya. Sesuatu yang salah kita anggap benar (karena banyak yang salah tapi tetap dicontoh), yang benar malah dianggap salah (karena yang benar hanya sedikit). Hal ini mungkin karena kurangnya kita membaca, mengetahui, memahami. Mungkin kita hanya mendapat ilmu secara sepotong-potong dan mungkin faktor-faktor lainnya.

Salah satu contoh yang jelas adalah berapa banyak di antara kita yang menggunakan kata "silahkan"padahal yang baku adalah silakan, "merubah" padahal yang baku adalah "mengubah" (kata dasarnya ubah bukan rubah). Penulisan tanda baca juga paling banyak yang salah, misalnya tanda baca ":" seharusnya tidak boleh ada spasi di awal ":" kecuali pemerian, misalnya "sebagai berikut :" adalah salah, yang benar adalah "sebagai berikut:". Bagi yang menggunakan Microsoft Word, kita sebenarnya dibenarkan oleh si Word. Bila kita tuliskan "sebagai berikut :" (ada spasi di depan ":"), oleh si Word akan digarisbawahi karena yang benar adalah "sebagai berikut:", tapi berapa banyak dari kita yang mengikut pembenaran itu?

Tergelitik karena tulisan Mempengaruhi, Memengaruhi, Memeng aruh-aruh Hi... saya ingin memberikan sedikit informasi. Saya bukan ahli di bidang linguistik, tetapi sedang dan akan terus mempelajari bahasa Indonesia dan fenomena-fenomena yang terjadi karena saya bekerja di bidang linguistik komputasi, Natural Language Processing (NLP), salah satu topiknya stemming dan lemmatization.

Salah satu contoh yang bisa membuat kita bingung sesuai tulisan Kompasiana di atas adalah tentang morfologi kata. Bagaimana pembentukan kata setelah pemberian awalan me- dan p itu, kapan huruf p luluh dan kapan tidak.

Nah, untuk memberikan sedikit pencerahan untuk awalan me- pada kata berawalan huruf p adalah sebagai berikut.

me+(kata dasar awalan pV(okal)) --> huruf p luluh

  • me+pesona = memesona (kata dasar pesona)
  • me+pukul = memukul (kata dasar pukul)
  • me+percaya = mempercaya (kata dasar percaya)

me+bukan kata dasar awal p (kata berimbuhan per-kata dasar) --> huruf p tidak luluh

  • me+perdaya (kata dasar daya dapat awalan per-) = memperdaya
  • me+peralat (kata dasar alat dapat awalan per-) = memperalat
  • me+pe+ajar+i (kata dasar ajar, bukan pelajar) = mempelajarian

Jadi, dari contoh di atas, sebenarnya ada dua imbuhan yang diberikan pada kata dasar yaitu me- dan per-, sehingga huruf p tidak boleh luluh

me+(kata dasar awalan pK(onsonan)) --> huruf p tidak luluh

  • - me+praktik+kan = mempraktikkan
  • - me+protes+kan = memprotes

Perkecualian

Setiap bahasa memiliki perkecualian, salah satunya adalah dalam hal pembentukan kata. 


Berikut ini yang termasuk perubahan bentuk dari Awalan me kecuali

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Banyak sekali (mungkin) orang-orang yang tinggal lama di Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tapi ternyata masih banyak di antara kita yang belum mengetahui bahasa Indonesia yang benar sesuai kebakuan dan aturan (grammar). Ini saya temui saat melihat skripsi mahasiswa, yang ternyata banyak sekali kesalahan penulisan di dalamnya (misalnya didalam seharusnya di dalam, di analisis seharusnya dianalisis). Adanya kesalahan yang dibiarkan ini akhirnya menjadi kesalahan yang membudaya. Sesuatu yang salah kita anggap benar (karena banyak yang salah tapi tetap dicontoh), yang benar malah dianggap salah (karena yang benar hanya sedikit). Hal ini mungkin karena kurangnya kita membaca, mengetahui, memahami. Mungkin kita hanya mendapat ilmu secara sepotong-potong dan mungkin faktor-faktor lainnya.

Salah satu contoh yang jelas adalah berapa banyak di antara kita yang menggunakan kata "silahkan"padahal yang baku adalah silakan, "merubah" padahal yang baku adalah "mengubah" (kata dasarnya ubah bukan rubah). Penulisan tanda baca juga paling banyak yang salah, misalnya tanda baca ":" seharusnya tidak boleh ada spasi di awal ":" kecuali pemerian, misalnya "sebagai berikut :" adalah salah, yang benar adalah "sebagai berikut:". Bagi yang menggunakan Microsoft Word, kita sebenarnya dibenarkan oleh si Word. Bila kita tuliskan "sebagai berikut :" (ada spasi di depan ":"), oleh si Word akan digarisbawahi karena yang benar adalah "sebagai berikut:", tapi berapa banyak dari kita yang mengikut pembenaran itu?

Tergelitik karena tulisan Mempengaruhi, Memengaruhi, Memeng aruh-aruh Hi... saya ingin memberikan sedikit informasi. Saya bukan ahli di bidang linguistik, tetapi sedang dan akan terus mempelajari bahasa Indonesia dan fenomena-fenomena yang terjadi karena saya bekerja di bidang linguistik komputasi, Natural Language Processing (NLP), salah satu topiknya stemming dan lemmatization.

Salah satu contoh yang bisa membuat kita bingung sesuai tulisan Kompasiana di atas adalah tentang morfologi kata. Bagaimana pembentukan kata setelah pemberian awalan me- dan p itu, kapan huruf p luluh dan kapan tidak.

Nah, untuk memberikan sedikit pencerahan untuk awalan me- pada kata berawalan huruf p adalah sebagai berikut.

me+(kata dasar awalan pV(okal)) --> huruf p luluh

  • me+pesona = memesona (kata dasar pesona)
  • me+pukul = memukul (kata dasar pukul)
  • me+percaya = mempercaya (kata dasar percaya)

me+bukan kata dasar awal p (kata berimbuhan per-kata dasar) --> huruf p tidak luluh

  • me+perdaya (kata dasar daya dapat awalan per-) = memperdaya
  • me+peralat (kata dasar alat dapat awalan per-) = memperalat
  • me+pe+ajar+i (kata dasar ajar, bukan pelajar) = mempelajarian

Jadi, dari contoh di atas, sebenarnya ada dua imbuhan yang diberikan pada kata dasar yaitu me- dan per-, sehingga huruf p tidak boleh luluh

me+(kata dasar awalan pK(onsonan)) --> huruf p tidak luluh

  • - me+praktik+kan = mempraktikkan
  • - me+protes+kan = memprotes

Perkecualian

Setiap bahasa memiliki perkecualian, salah satunya adalah dalam hal pembentukan kata. 


Berikut ini yang termasuk perubahan bentuk dari Awalan me kecuali

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 4

Banyak sekali (mungkin) orang-orang yang tinggal lama di Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tapi ternyata masih banyak di antara kita yang belum mengetahui bahasa Indonesia yang benar sesuai kebakuan dan aturan (grammar). Ini saya temui saat melihat skripsi mahasiswa, yang ternyata banyak sekali kesalahan penulisan di dalamnya (misalnya didalam seharusnya di dalam, di analisis seharusnya dianalisis). Adanya kesalahan yang dibiarkan ini akhirnya menjadi kesalahan yang membudaya. Sesuatu yang salah kita anggap benar (karena banyak yang salah tapi tetap dicontoh), yang benar malah dianggap salah (karena yang benar hanya sedikit). Hal ini mungkin karena kurangnya kita membaca, mengetahui, memahami. Mungkin kita hanya mendapat ilmu secara sepotong-potong dan mungkin faktor-faktor lainnya.

Salah satu contoh yang jelas adalah berapa banyak di antara kita yang menggunakan kata "silahkan"padahal yang baku adalah silakan, "merubah" padahal yang baku adalah "mengubah" (kata dasarnya ubah bukan rubah). Penulisan tanda baca juga paling banyak yang salah, misalnya tanda baca ":" seharusnya tidak boleh ada spasi di awal ":" kecuali pemerian, misalnya "sebagai berikut :" adalah salah, yang benar adalah "sebagai berikut:". Bagi yang menggunakan Microsoft Word, kita sebenarnya dibenarkan oleh si Word. Bila kita tuliskan "sebagai berikut :" (ada spasi di depan ":"), oleh si Word akan digarisbawahi karena yang benar adalah "sebagai berikut:", tapi berapa banyak dari kita yang mengikut pembenaran itu?

Tergelitik karena tulisan Mempengaruhi, Memengaruhi, Memeng aruh-aruh Hi... saya ingin memberikan sedikit informasi. Saya bukan ahli di bidang linguistik, tetapi sedang dan akan terus mempelajari bahasa Indonesia dan fenomena-fenomena yang terjadi karena saya bekerja di bidang linguistik komputasi, Natural Language Processing (NLP), salah satu topiknya stemming dan lemmatization.

Salah satu contoh yang bisa membuat kita bingung sesuai tulisan Kompasiana di atas adalah tentang morfologi kata. Bagaimana pembentukan kata setelah pemberian awalan me- dan p itu, kapan huruf p luluh dan kapan tidak.

Nah, untuk memberikan sedikit pencerahan untuk awalan me- pada kata berawalan huruf p adalah sebagai berikut.

me+(kata dasar awalan pV(okal)) --> huruf p luluh

  • me+pesona = memesona (kata dasar pesona)
  • me+pukul = memukul (kata dasar pukul)
  • me+percaya = mempercaya (kata dasar percaya)

me+bukan kata dasar awal p (kata berimbuhan per-kata dasar) --> huruf p tidak luluh

  • me+perdaya (kata dasar daya dapat awalan per-) = memperdaya
  • me+peralat (kata dasar alat dapat awalan per-) = memperalat
  • me+pe+ajar+i (kata dasar ajar, bukan pelajar) = mempelajarian

Jadi, dari contoh di atas, sebenarnya ada dua imbuhan yang diberikan pada kata dasar yaitu me- dan per-, sehingga huruf p tidak boleh luluh

me+(kata dasar awalan pK(onsonan)) --> huruf p tidak luluh

  • - me+praktik+kan = mempraktikkan
  • - me+protes+kan = memprotes

Perkecualian

Setiap bahasa memiliki perkecualian, salah satunya adalah dalam hal pembentukan kata. 


Berikut ini yang termasuk perubahan bentuk dari Awalan me kecuali

Lihat Humaniora Selengkapnya