Bayangkan elo punya sebuah usaha dagang, misalnya produk-produk skincare, deh. Setiap kali elo melakukan transaksi pembelian atau penjualan, tentunya perlu elo catat, kan? Nah, ketika elo lakukan ini secara terus menerus, maka elo telah melakukan pencatatan metode perpetual. Show Kali ini, gue bakal ngebahas pencatatan persediaan dengan sistem perpetual. Let’s get started! Sistem Persediaan PerpetualUntuk memahami pencatatan persediaan barang dagang dengan metode perpetual, elo perlu memahami dulu, apa aja sih, ciri-ciri dari pencatatan tersebut? Pertama, pencatatan persediaan barang dagang dilakukan secara terus menerus setiap ada transaksi pembelian atau penjualan pada kartu persediaan. Dalam pencatatan metode perpetual pada kartu persediaan, kalau misalnya ada transaksi pembelian, nanti langsung dicatat sebagai persediaan barang dagang yang bertambah. Misalnya pada tanggal 1 Januari elo beli 10 botol pelembap, angka tersebut dimasukkan ke dalam persediaan. Begitu pula seterusnya kalau elo beli lagi di tanggal 4, 7, dan seterusnya. Tapi kalau misalnya nih, pada tanggal 10 Januari elo ada transaksi penjualan 5 botol pelembap, maka yang dicatat dalam kartu persediaannya adalah HPP (harga pokok penjualan) dan persediaan barang yang berkurang. Udah mulai kelihatan belum, perbedaannya dengan pencatatan persediaan periodik? Kalau yang periodik biasanya persediaan barang baru dihitung di akhir periode ya, sedangkan yang perpetual, sesuai dengan salah satu cirinya, dilakukan terus menerus. Nggak perlu nunggu di akhir dulu. Baca Juga: Sistem Pencatatan Persediaan Periodik – Materi Ekonomi Kelas 12 Kartu PersediaanKetika menggunakan metode perpetual, kayak apa sih, bentuk dan isi dari kartu persediaannya? Nah, berikut udah gue siapkan contoh tampilan kartu persediaannya. Kartu persediaan yang digunakan dalam pencatatan metode perpetual. (Arsip Zenius)Sekarang gue akan bahas setiap komponen dari kartu persediaan di atas. Untuk bagian jenis barang, mudah aja ya, langsung aja elo tulis barang dagang elo apa. Untuk satuan juga tinggal elo isi dengan satuan yang elo pakai untuk menjual barangnya apa? Contohnya mungkin unit atau pcs. Kemudian ada metode juga: ada FIFO, LIFO, atau average, yang akan gue bahas lebih lanjut nanti. Lalu untuk bagian tabelnya, elo bisa isi mulai dari tanggal transaksinya. Kalau transaksi pembelian ya, elo tulis di bagian pembelian. Kalau transaksi penjualan, elo catat di bagian HPP. Terus nanti setelah elo isi bagian-bagian tersebut, bisa elo hitung deh, saldo barangnya. Bagian persediaan akan elo isi per transaksi baik itu pembelian maupun penjualan, supaya elo bisa lihat perubahan yang terjadi terhadap saldo barang setelah melakukan setiap transaksi. Gampang, kan? Metode-Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang PerpetualDalam pencatatan persediaan barang dagang perpetual, ada 3 metode yang bisa elo gunakan, yaitu FIFO, LIFO, atau average. Gue bakal coba jabarkan satu persatu menggunakan contoh-contohnya, ya! First In First Out (FIFO)Gimana sih, cara mengisi kartu persediaan kalau kita mau pakai metode FIFO? Misalnya, kali ini barang yang mau elo catat transaksinya adalah masker wajah. Bukan masker K94 yang warnanya gemes-gemes buat melindungi diri dari Covid-19 ya, kan ceritanya elo jualan skincare nih, misalnya masker wajah extra-glowing deh! Misalnya di tanggal 2 April elo membeli 20 pcs masker wajah dengan harga Rp18.000,00 per pcs. Lalu, di tanggal 7 April, elo beli lagi 15 pcs, tapi gara-gara maskernya lagi viral, harganya naik menjadi Rp20.000,00. Pada tanggal 10 April, elo tiba-tiba kebanjiran orderan, nih. Ada yang borongan beli 15 pcs masker wajah biar glowing dengan lebih cepat. Kalau elo pakai metode FIFO, maka masker yang akan elo jual terlebih dahulu adalah yang duluan masuk. Yang mana? Yes, yang harganya Rp18.000,00. Selanjutnya kalau ada lagi transaksi penjualan, pokoknya elo harus habiskan dulu stok yang elo beli di awal sebelum pindah ke yang elo beli belakangan. Kalau dicatat dalam kartu persediaannya, akan menjadi sebagai berikut: Contoh kartu persediaan barang dagang perpetual metode FIFO. (Arsip Zenius)Last In First Out (LIFO)Kebalikan dari FIFO, kalau pakai LIFO, barang yang terakhir masuk, itu yang pertama keluar. Kita pakai contoh yang sama dari masker wajah tadi. Kalau transaksi penjualan pertamanya 15 pcs, maka yang diambil adalah yang terakhir dibeli, yaitu yang seharga Rp20.000,00 per pcs. Contoh kartu persediaan barang dagang perpetual metode LIFO. (Arsip Zenius)Elo bisa nonton video pengisian kartu persediaan dengan metode LIFO ini dengan klik banner di bawah ini, lho! AverageKalau pakai metode average agak beda, nih. Kita sekalian ganti barang dagangnya, yuk, sekarang sunscreen asyik kali, ya? Oke, misalnya pada tanggal 5 Mei elo beli 10 botol sunscreen dengan harga Rp20.000,00. Kemudian, di tanggal 8 Mei elo beli lagi 10 botol, tapi harganya beda, yaitu Rp22.000,00. Kalau pakai metode average, elo nggak perlu mencatat saldo barangnya satu persatu dengan harga yang berbeda seperti FIFO dan LIFO, melainkan langsung ditambahkan aja dari saldo sebelumnya. Lalu, untuk menentukan harga per unit, caranya adalah dengan membagi total harga persediaan dengan jumlah unitnya, makanya disebut dengan average alias rata-rata. Untuk contohnya, simak kartu persediaan berikut ini, ya! Contoh kartu persediaan barang dagang perpetual metode average (Arsip Zenius)Baca Juga: Jurnal Umum – Fungsi, Cara Membuat, dan Contohnya – Materi Ekonomi Kelas 12 Penutup dan Contoh SoalOke, elo baru aja selesai belajar tentang pencatatan metode perpetual dalam persediaan barang dagang. Sekarang udah siap jualan, belum? Hehe. Sebelum itu, coba review lagi dulu, yuk, hasil belajar elo untuk materi ini dengan mengerjakan contoh-contoh soal berikut!
Pembahasan
Sip, udah jago nih, soal pencatatan metode perpetual. Sampai di sini dulu ya, sampai jumpa di artikel Zenius lainnya! Baca Juga: Cara Membuat Jurnal Khusus Pengeluaran Kas – Materi Ekonomi Kelas 12 |